NovelToon NovelToon
SUAMI TAK PERNAH KENYANG

SUAMI TAK PERNAH KENYANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Angst / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Euis Setiawati

Judul: Suamiku Tak Pernah Kenyang
Genre: Drama Rumah Tangga | Realistis | Emosional

Laila Andini tak pernah membayangkan bahwa kehidupan rumah tangganya akan menjadi penjara tanpa pintu keluar. Menikah dengan Arfan Nugraha, pria mapan dan tampak bertanggung jawab di mata orang luar, ternyata justru menyeretnya ke dalam pusaran lelah yang tak berkesudahan.

Arfan bukan suami biasa. Ia memiliki hasrat yang tak terkendali—seakan Laila hanyalah tubuh, bukan hati, bukan jiwa, bukan manusia. Tiap malam adalah medan perang, bukan pelukan cinta. Tiap pagi dimulai dengan luka yang tak terlihat. Laila mencoba bertahan, karena “istri harus melayani suami,” begitu kata orang-orang.

Tapi sampai kapan perempuan harus diam demi mempertahankan rumah tangga yang hanya menguras

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Euis Setiawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

nyalon bersama rani

Setelah Laila mencurahkan seluruh isi hatinya kepada Rani, ia merasa lebih lega. Perasaan yang tadinya mengganjal di dada, perlahan mencair meski belum sepenuhnya hilang. Rani, dengan gaya bicara yang lembut namun tegas, mampu menenangkan gejolak hati Laila yang masih menyimpan kecurigaan terhadap Bi Ratmi.

Rani menatap wajah Laila yang mulai kembali berseri.

"Lai, kamu itu terlalu banyak pikiran. Sekarang waktunya kamu mikirin diri kamu sendiri. Ayo kita manjain diri, ke salon, cuci muka, creambath, maskeran, apa aja lah. Udah lama kamu nggak perawatan, kan?"

Laila tertawa kecil.

"Iya juga ya. Wajahku udah kayak wajan kena minyak panas."

Rani mendecak.

"Wah, jangan lebay. Tapi emang bener, kamu butuh waktu buat dirimu sendiri. Ayo, kita mulai saja perawatannya."

Laila mengangguk semangat. Mereka pun keluar dari kafe dan meluncur ke sebuah salon langganan Rani yang sudah terkenal nyaman dan profesional.

Salon itu tidak terlalu besar, tapi penuh nuansa feminin dan wangi aroma terapi melati yang menenangkan. Musik instrumental mengalun lembut, membuat siapa pun yang masuk langsung merasa rileks.

Begitu sampai, Laila dan Rani langsung disambut oleh dua terapis salon yang ramah.

“Selamat siang, Mbak Rani, Mbak Laila. Mau perawatan apa hari ini?”

Rani menjawab mantap, “Creambath, totok wajah, dan masker. Lengkap.”

Laila terkekeh.

“Saya ikut saja, yang penting bisa rebahan.”

Tak lama kemudian, mereka duduk di kursi perawatan. Laila memejamkan mata, merasakan tangan-tangan hangat dari terapis yang memijat kepala dan bahunya dengan lembut. Aroma minyak kemiri menyusup ke rongga hidungnya, membuat pikirannya mulai terbang ke mana-mana.

Namun, satu bayangan masih menetap: Bi Ratmi.

Ada satu hal yang masih mengganjal di hati Laila. Bukan karena perempuan itu tidak becus bekerja justru sebaliknya, Bi Ratmi terlalu sempurna. Mulai dari membersihkan rumah, memasak, hingga merawat tanaman di taman belakang, semuanya dilakukan dengan rapi dan telaten. Tapi, yang paling membuat Laila was-was adalah sikap Bi Ratmi terhadap Arfan.

Senyumnya yang selalu sopan setiap kali Arfan pulang kerja. Cara ia berdiri di pojok dapur tapi sesekali melirik ke arah ruang keluarga. Atau caranya mengantarkan minum untuk Arfan tanpa diminta. Laila mulai merasa, entah itu hanya firasat atau kenyataan, bahwa Bi Ratmi punya perhatian lebih terhadap suaminya.

Namun Laila juga menyadari, mungkin itu cuma kekhawatirannya sendiri. Rani bilang, semua pembantu dari yayasan itu memang dididik dengan sopan santun dan pelayanan terbaik. Tapi tetap saja, Laila merasa waspada. Apalagi setelah melihat Arfan beberapa kali tersenyum kecil saat bicara dengan Bi Ratmi.

“Kalau kamu terus mikirin itu, nanti kerutan di dahi kamu nambah, loh,” goda Rani sambil membuka mata.

Laila membuka mata dan menatap Rani lewat kaca.

“Aku takut kebanyakan mikir malah bikin aku curiga tanpa dasar.”

“Curiga itu wajar, asal jangan overthinking. Tapi kamu juga harus belajar percaya. Kalau ada yang terasa ganjil, perhatikan, tapi jangan langsung menyimpulkan.”

Laila mengangguk pelan. Ia pun memutuskan untuk menikmati waktu ini. Sekali-sekali, memanjakan diri bukanlah hal yang egois.

Sementara itu di rumah, suasana jauh berbeda.

Arfan sedang duduk santai di sofa, mengenakan kaus oblong dan celana pendek, matanya fokus menatap layar televisi. Suara pertandingan bola memenuhi ruangan, sesekali ia bersorak atau mengumpat kecil ketika tim andalannya gagal mencetak gol.

Tanpa ia sadari, dari balik pintu dapur, sepasang mata mengamatinya diam-diam.

Bi Ratmi berdiri di balik pintu dapur, tangan memegang lap yang tadi digunakan untuk mengelap meja makan. Wajahnya tampak datar, tapi sorot matanya memancarkan rasa ingin tahu yang dalam. Ia memperhatikan setiap gerak-gerik Arfan. Senyum yang muncul sesekali di wajah pria itu, nada suaranya saat mengumpat kesal, cara ia menggoyangkan kaki saat duduk.

Tak lama kemudian, Bi Ratmi kembali ke dapur dan merapikan gelas-gelas yang sudah dicuci. Tapi beberapa kali, ia mengintip ke ruang keluarga lagi, seolah ingin memastikan bahwa Arfan masih di sana.

Setelah menimbang sebentar, ia pun mengambil dua potong pisang goreng dari piring di meja makan. Dengan langkah pelan, ia menuju ruang keluarga.

"pak Arfan, ini ada pisang goreng. Barusan saya goreng. Mumpung masih hangat," ucap Bi Ratmi sambil tersenyum ramah.

Arfan menoleh. Ia tampak sedikit kaget, tapi tersenyum.

“Wah, boleh juga tuh. Lagi pas nonton bola.”

Bi Ratmi meletakkan piring kecil di meja depan Arfan, lalu mundur perlahan.

“Kalau ada yang kurang, bilang saja ya, pak.”

Arfan mengangguk dan langsung menyantap satu potong.

“Hmm, enak juga. Gurih.”

Bi Ratmi hanya tersenyum, lalu kembali ke dapur. Tapi sebelum ia benar-benar menghilang di balik pintu, ia sempat menoleh sekali lagi, memperhatikan punggung Arfan yang sedang menikmati gorengannya sambil tetap menonton bola.

Matanya menyipit sejenak. Lalu ia pergi.

Sore mulai menjelang ketika Laila dan Rani keluar dari salon. Wajah mereka tampak lebih segar, rambut Laila tampak lebih rapi dan lembut, dan senyum Rani tak henti-hentinya meledek sahabatnya itu.

“Kalau Arfan lihat kamu sekarang, bisa-bisa kamu diajak honeymoon ulang!”

Laila tertawa.

“Aminin aja. Tapi jangan bilang honeymoon ke Bali ya, aku takut naik pesawat.”

Mereka berdua tertawa riang. Namun begitu masuk mobil, dan Rani menurunkan Laila di depan rumahnya, suasana hati Laila berubah kembali serius.

Setelah mengucap terima kasih pada Rani dan melambaikan tangan, Laila pun masuk ke rumah. Ia melihat sandal Arfan ada di rak berarti suaminya masih ada di rumah.

Begitu masuk, Laila mendengar suara TV dari ruang keluarga. Ia melepas sepatunya perlahan, lalu berjalan ke ruang tengah.

Di sana, Arfan masih duduk santai. Piring kosong ada di meja. Laila melirik ke dapur pintunya terbuka sedikit, dan ia bisa melihat bayangan Bi Ratmi sedang mengelap kompor.

Laila memutuskan untuk tidak berkata apa-apa dulu. Ia hanya tersenyum pada Arfan dan duduk di sebelahnya.

“Hai, Mas. Gimana hari ini?”

Arfan mengangguk, masih fokus ke TV.

“Santai. Tadi Bi Ratmi gorengin pisang, enak juga.”

Laila diam sejenak. Lalu mengangguk pelan.

“Oh ya? Syukur deh kalau kamu suka.”

Namun dalam hatinya, ia menyimpan satu tanya: apakah itu hanya perhatian biasa dari seorang pembantu… atau ada yang lebih?

Laila tahu, ia tak boleh gegabah. Tapi ia juga tak ingin terlambat menyadari bila ada sesuatu yang menyimpang di rumah tangganya.

Ia akan mengamati. Diam-diam.

Dan hari-hari berikutnya akan menjadi ujian kesabaran dan kewaspadaan bagi seorang istri yang ingin mempertahankan rumah tangganya.

1
Vanni Sr
ini laila ny terlalu bodoh sib klo kt aku mah ya, udh tiap mlm d gempur terus apa² d pendem, gada ketegsan jg, laki ny jg seenk ny sndri, crta ny kek yg udh² suami main sm pembatu. tnggl cari org but rawat ibu ny yg skit ini malah lama2 d kampung , mending dah pisah aja. krn g cm sekali berhubungn psti tuh mereka
Zoe Medrano
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
Euis Setiawati: terimakasih ka....😍
total 1 replies
Mepica_Elano
Emosinya terasa begitu dalam dan nyata. 😢❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!