NovelToon NovelToon
Terima Kasih "Teman"?

Terima Kasih "Teman"?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:902
Nilai: 5
Nama Author: Bintang Arsyila

Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 23

"iya...aku masih nungguin Shafa. Kamu duluan aja ke ballroom nya. Aku langsung kesana kok" ucap David yang tengah menelpon Maya

"kamu hati hati ya di jalannya. Gak usah ngebut, gapapa telat juga. Tapi Shafa udah cerita kenapa dia sampai nangis gitu?" Maya sudah tahu kondisi Shafa, karena ketika David menelpon Shafa, saat itu mereka memang sedang bersama di hotel tempat acara pertunangan itu di gelar.

"belum mau cerita dia." balas David, sesekali menengok ke dalam rumah Shafa yang terbuka.

"biar sama aku aja tanyain nya. Yaudah aku siap siap dulu ya..dadah sayang"

"bye sayang" David memasukan kembali ponselnya ke saku celananya.

"Shafa...masih lama? Gak pingsan kan Lo??" David sedikit berteriak ke arah dalam rumah Shafa, pasalnya dia tidak mendengar pergerakan berarti di dalam rumah Shafa.

"masih hidup gue. Bentar lagi" Shafa ikut berteriak di dalam kamarnya.

Tak lama Shafa keluar rumah, menggunakan gaun hitam simple, terkesan imut dan pas dengan umurnya. Rambutnya ia ikat tengah, dan jangan lupakan poni andalannya yang selalu terpampang rapi.

"gimana? Lumayan kan?" tanya Shafa sedikit memamerkan gaunnya yang tergolong murah namun tidak murahan.

"lumayan." balas David, namun tangannya bergerak sedikit mengusak poni Shafa yang langsung di hadiahi pukulan di dadanya.

"David ih" Shafa menatap nyalang David yang iseng

"aduh,!! Mau jadi petinju Lo,,tenaga nya kuat amat jadi cewek!" gerutu david

"udah ah ayok...eh kita kesananya pake apa?" Shafa bertanya bingung

"unta,!!"

jawaban yang mengundang tangan Shafa untuk kembali memukul David.

"eh iya iya ampun..!! Udah gue pesenin taksi online"

"btw mata gue keliatan banget gak bengkaknya?" tanya Shafa mendekatkan wajahnya pada David yang dibalas toyoran di kening Shafa.

Dengan wajah mengamati secara serius mata Shafa, David mendecih "dikit,! Lagian kenapa sih Lo pake acara nangis nangis gitu. dijalan lagi?! di tolak cowok?"

Shafa hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan David. Hatinya kembali sakit jika mengingat kejadian itu.

David yang tidak mendapat jawaban Shafa, memasang wajah terkejut dengan mata membelalak

"beneran Shaf?? Lo di tolak??"

"berisik" jawab Shafa datar

David menatap Shafa lama, sampai akhirnya taksi yang dipesan datang. Masih dengan curi curi pandang, karena penasaran David mencoba mencari tahu lagi penyebab Shafa menangis.

"Lo..."

"ntar gue ceritain ke kalian berdua" Shafa memotong ucapan David secepat kilat.

"oooo...oke"

"eh tapi si Juna....?" lanjut David menggantung, dia menunggu reaksi Shafa

"dia mau tunangan"

"hah?" David melongo mendengar penuturan Shafa

menghela nafas sejenak, Shafa menoleh ke arah David yang masih menunjukan muka tidak mengertinya

"si Juna mau tunangan. Dua Minggu lagi katanya"

"bentar bentar...jadi Lo nangis karena si Juna mau tunangan?"

Shafa memukul kepala David cukup keras

"nggak lah. Beda urusan!!"

"hah??" David memasang wajah cengo dengan tangan yang masih mengusap usap kepalanya yang tadi di pukul Shafa

"hah hoh hah hoh Lo.!! Kebanyakan dipukul gue kali ya, jadinya Lo ketularan bego!" Shafa membolak balik tangannya yang ia pakai memukul David.

"jadi lo bukan patah hati karena si Juna mau tunangan, tapi karena Lo di tolak cowok?!!" David menyimpulkan.

Shafa hanya memandang datar David, dengan menghela nafas pendek.

"wow..." hanya itu ucapan yang bisa David keluarkan karena masih speechless dengan nasib teman temannya.

Dia kira Shafa menaruh hati juga pada Juna, tapi ternyata cinta sepihak yang Juna rasakan. David memang mengetahui jika Juna menaruh rasa lebih pada Shafa. Bukan hanya David sebenernya, orang lain yang melihat sikap Juna pada Shafa, bisa menyimpulkan sendiri jika Juna memang menyukai Shafa lebih dari sekedar teman. hanya Shafa saja yang tidak tahu, entah Shafa yang terlampau bego atau dia memang pura pura tidak tahu.

"si Juna udah datang, nanyain Lo nih." David menyodorkan isi percakapannya dengan Juna di ponsel.

"oya? Gue belum ngecek hape dari pagi."

"eh tapi..Lo jangan cepuin gue ke si Juna ya,!" lanjut Shafa

"tumben..?"

"dia mau bawa ceweknya." balas Shafa

"oooo....ok! Tapi gak dikasih tahu juga bakalan tahu sendiri si Juna."

"keliatan banget emang?" Shafa kembali mendekatkan wajahnya pada David dengan mata yang ia buka selebar mungkin

"makanya belajar make up" kembali David menoyor kening Shafa supaya menjauh darinya

"btw..kalau Lo ada info tentang lowongan pekerjaan, kasih tahu gue ya"

"kenapa gitu sama yang sekarang?"

"kayanya mau pindah deh gue"

"hm? Gajinya kurang?"

"kurang nyaman aja" cicit Shafa sedikit menundukkan kepalanya.

Shafa sudah memikirkan ini ketika sampai di rumahnya tadi. ia tidak ingin kecanggungan antara ia dan Faiz mengacaukan kinerja kerjanya. Ia tidak yakin masih bisa berdekatan dengan Faiz setelah semua yang terjadi di antara mereka. Mungkin Faiz bisa, tapi Shafa? Ia hanya cewek puber biasa yang baru merasakan rasanya ciuman, dan sialnya berakhir tragis.

"tar gue cariin.." ucap David sedikit menenangkan, tangannya beralih mengusap pelan rambut Shafa.

Tiba di hotel tempat acara, David dan Shafa bergegas ke ballroom yang sudah mulai ramai dengan para tamu.

"gue cari Maya dulu ya..Lo tunggu disana aja" David menunjuk ke sisi ruangan tersebut.

"oke" Shafa menatap ke depan aula ballroom tersebut.

Di depan sana, tuan rumah sedang memberi pidato singkat. Terlihat Maya dan David berdiri berdampingan bersama keluarga Maya dan juga calon besan kakak Maya. Pemandangan yang membahagiakan.

"udah ke tahap serius ya mereka?" gumam Shafa tersenyum melihat kedekatan David dan keluarga Maya.

Shafa berjalan perlahan ke arah tempat minuman yang tersedia, sembari melirik kiri kanan, berharap menemukan orang yang ia kenal.

"hei" ucap seseorang menepuk pelan bahunya. Shafa sedikit terlonjak kaget dengan tepukan itu.

"Juna..." ucapnya dengan riang. Segera ia genggam tangan Juna dan menarik sedikit Juna ke tempat yang lebih kosong oleh tamu.

"kapan nyampe?" tanyanya kemudian

"udah dari sore tadi. Lo kemana aja? chat sama telpon gue gak di jawab" bala Juna mencoba mengintrogasi Shafa. sebaliknya, yang di tanya hanya cengengesan.

"hehehehe sorry, sibuk"

Juna mencoba menelisik wajah Shafa, ada yang berbeda dengan mata gadis itu. Melirik kanan dan kiri, tanpa aba aba Juna menarik Shafa ke lorong yang lebih sepi. Menemukan ruangan kosong, Juna membawa Shafa untuk masuk, dan menutup rapat pintunya.

"kenapa kesini?" tanya Shafa heran dengan sikap Juna

"ada masalah?" Juna bertanya to the point

"hm??? Nggak ada" Shafa sedikit menundukkan kepalanya, mencoba tidak menatap langsung mata Juna.

Juna mengapit dagu Shafa dengan jarinya, menatap langsung mata Shafa yang masih mencoba meliarkan pandangannya.

"jujur" suara Juna sedikit terdengar lebih tegas

"hmm...Lo datang sama Nadia kan? dia pasti nyariin Lo..keluar lagi aja yuk" Shafa mencoba meraih tangan Juna untuk mengajaknya kembali ke acara inti keluarga Maya.

"Shafa." hanya dengan menyebut namanya saja, Juna bisa membuat Shafa menahan nafas dan tertunduk lesu. percuma ia mengelak dari Juna, toh Juna selalu mengetahui apapun dari Shafa.

"boleh peluk?" Shafa terdengar bergumam, mencoba menahan air mata yang tiba tiba ingin keluar lagi.

Tak butuh waktu lama, Juna segera memeluk erat tubuh mungil Shafa. mencoba menghirup aroma dari gadis yang dirindukannya.

Air matanya tak kuasa ia pendam, shafa menangis terisak di dada bidang Juna. Terasa hangat dan menenangkan, Shafa membalas pelukan erat Juna.

Cukup lama mereka berpelukan, Juna melepas pelan pelukannya, meneliti wajah gadis itu yang terlihat memerah. Menghapus jejak air mata Shafa dengan jempolnya, Juna tak mengalihkan tatapannya dari wajah itu.

Shafa menahan nafas sejenak, karena tatapan Juna yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. Wajahnya kembali memerah, bukan karena tangisannya yang kembali pecah, namun karena rasa malu tiba tiba menyerang Shafa dan detak jantungnya yang berdetak kuat. Ada apa dengan Shafa??

"kenapa?" tanya Juna melembut, dengan tangan yang tak lepas dari tengkuk Shafa. Masih dengan jarak yang terlampau dekat, Shafa hanya diam menatap lekat wajah Juna yang baru ia sadari jika Juna setampan itu. Dengan setelan jas hitam dan kacamata tergantung manis di hidung bangirnya.

"kalau gue cium Lo, Lo bakal marah gak?" tanya Shafa tiba tiba.

Juna tertegun mendengar perkataan Shafa. sebelum Juna sempat menjawab pertanyaan itu, bibir Shafa tanpa di duga mendarat di bibirnya.

kembali tertegun dengan sikap Shafa, namun Juna tak ada niatan untuk menjauhkan wajahnya dari Shafa. Dia memilih memejamkan mata sama seperti yang di lakukan Shafa.

Sepersekian detik Shafa mencium Juna, hanya menempelkan bibirnya tanpa bergerak. Namun kesadarannya kembali secara tiba tiba, dengan mata yang membelalak dan perasaan kaget, Shafa mendorong dada Juna secara spontan.

"Jun,, sorry! Gue,,gue,,gue gak tau..." ucap Shafa terbata bata, matanya ia bergerak dengan gelisah dengan tangan bertautan. entah setan apa yang baru saja merasukinya, Shafa tidak mengerti dengan perasaannya sekarang.

terlanjur malu dengan tindakannya, Shafa mencoba kabur dari hadapan Juna. Namun sebelum mencapai daun pintu, pergerakannya terhenti karena tarikan di tangannya. Juna menyekal tangan Shafa, cukup kuat dengan tatapan datar yang menghunus langsung tepat ke dalam mata Shafa.

Juna kembali mendekatkan wajahnya dengan pelan ke hadapan Shafa, dengan wajah tegang dan menahan nafas, Shafa merapatkan matanya. Ia tidak berani menatap Juna.

"kita bicara lagi nanti" hembusan nafas Juna terasa jelas di telinganya yang membuat bulu kuduk Shafa merinding.

Shafa mengangguk canggung beberapa kali, seperti orang yang kehilangan arah, Shafa hanya menurut ketika Juna kembali menggenggam tangannya. Kali ini lebih lembut, Juna menuntun Shafa kembali ke ballroom tempat acara di gelar.

1
partini
ga usah nangis be strong move on jangan pernah terlihat menyedihkan di depan orang yg ada di hatimu kalau bisa pergi jauh dulu
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya
CantStopWontstop
Terhibur banget!
Rukawasfound
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Anthea
Meleleh sudah air mata menunggu update terbaru, thor~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!