NovelToon NovelToon
Terpaut Cinta Suami Mama

Terpaut Cinta Suami Mama

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Arish_girl

Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepergian Rossa

Tok tok tok...

Steven yang baru saja membuka laptopnya seketika kembali menatap ke arah pintu. Dahinya mengernyit, "ada apa lagi anak itu kembali mencariku?" batin steven. "masuk!!" teriak Steven, karena memang posisi pintu sedang tidak dalam keadaan terkunci.

Dengan cepat Viona membuka pintu itu dan menemui Steven yang sedang duduk di atas ranjangnya, sambil memegang laptop. Viona menatap tajam ke arah Steven.

"Ada apa lagi?" desah Steven.

"gue mau ketemu mama." sahutnya singkat.

""untuk apa? Bukankah sudah aku katakan bahwa mamamu sekarang sedang keluar kota?" kata Steven.

"bohong! gue sudah tahu di mana mama! Mama sekarang dirawat di rumah sakit, bukan?" tanyanya.

Steven terdiam, Tentu saja dia keheranan karena memang apa yang ditanyakan Gadis itu benar, bahwa Rossa saat ini sedang dirawat di rumah sakit. Tapi anehnya, dari mana Viona mengetahui kabar tersebut?

"kenapa lo diam? Apakah benar Mama saat ini sedang dirawat di rumah sakit? Dia menderita leukimia tahap akhir? Apakah itu benar?" Viona bertanya dengan suara bergetar dengan kedua bola mata yang mengembun, hatinya perih dan sakit mendengar kabar saat ini mamanya sedang berjuang melawan maut, sedangkan ia tidak tahu apapun soal penyakit mamanya.

"dengarkan aku, Vio. bukan maksud aku untuk menyembunyikan ini dari kamu. Tapi, ini semua kemauan dari mamamu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginannya."

"jadi benar, Mama di rumah sakit?" Tanyanya kembali memastikan dengan suara yang bergetar

Steven hanya bisa mengangguk.

"gue mau ketemu mama!" kata Viona dengan suara yang mendesak dan tangisnya tak terbendung.

"okey, Vio. Aku akan bawa kamu ke mama kamu. Tapi, kamu harus janji untuk kuat di depan mama kamu, kamu tidak boleh cengeng dan bersedih di hadapannya." kata Steven memberikan syarat kepada Viona. Viona hanya mengangguk, entah dia bisa kuat atau tidak ketika melihat kondisi ibunya.

Akhirnya Steven memutuskan untuk membawa Viona ke rumah sakit, akan tetapi begitu mereka baru sampai di halaman, terlihat Sisil sedang masuk dengan motornya ke gerbang rumah Viona.

"tunggu, Viona!" teriak Sisil begitu menyadari bahwa Viona berada di dalam mobil bersama ayah tirinya. Steven menghentikan mobil itu dan membiarkan Sisil ikut masuk ke dalam mobil. Gadis itu pun duduk di belakang dengan keheranan.

"Vio, mau ke mana sih? Bukankah kita sudah janjian bakal ketemu di sini? lu bakal cerita apa yang telah terjadi kemarin sewaktu kita pergi kemping?" tanya Sisil tampak keheranan.

"sorry, Sisil. Sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat buat kalian bercerita, Steven yang berada di posisi mengemudi mobil membantu menjawab pertanyaan sahabat Viona, karena Viona masih terhanyut dalam kesedihannya.

"Maaf, om. Sebenarnya ada apa?" kening Viona tampak berkerut dia sepertinya kebingungan, apalagi saat melihat Viona sedang menangis.

"sudah lah, Jangan banyak bertanya! ikutlah bersama kami, nanti kamu akan tahu sendiri." lanjut Steven.

Sisil pun akhirnya diam, dia hanya menatap Viona dan ayah tirinya dengan tatapan penuh tanya.

Suasana di dalam mobil itu tampak hening, hingga tiba-tiba terdengar dering ponsel milik Steven. Steven mengangkat panggilan tersebut dengan mode loudspeaker. Pria itu tahu, panggilan itu berasal dari rumah sakit.

Tak ingin menyembunyikan apapun dari Viona, akhirnya dia meletakkan ponselnya di atas dashboard mobil dan membiarkan panggilan dalam mode suara keras. "Iya halo!" kata Steven setelah panggilannya terangkat.

"Halo, dengan bapak Steven?" tanya suara seberang yang tak lain dia adalah petugas rumah sakit.

"Iya, saya sendiri!" sahut Steven sembari terus menatap ke depan fokus pada perjalanannya.

Viona dan Sisil ikut memasang telinga, ikut menyimak panggilan di ponsel.

"bapak, Steven, anda di harapkan untuk segera ke rumah sakit. Ibu Rossa saat ini kritis."

"ok, baiklah saya sekarang menuju ke sana." sahut Steven kemudian mematikan panggilannya.

"mama!! mama!!" lirih Viona di iringi tangis yang bergetar.

"sabar, Vio!" Sisil mencoba menenangkan Viona.

Steven terus melaju hingga akhirnya mobil pun telah sampai di parkiran rumah sakit. Dengan langkah cepat, Steven masuk di ikuti oleh Viona dan Sisil.

"bagaimana dengan istri saya?" tanya Steven begitu ia sampai di ruangan ICU.

"silakan masuk!" kata perawat.

Steven langsung masuk di ikuti oleh Viona dan Sisil. Entah mengapa ruang ICU yang biasanya hanya di perbolehkan dengan satu pengunjung tiba-tiba di masuki 3 orang tidak di larang. Viona melangkah dengan kaki gemetar, tiap langkah ia selipkan do'a terbaiknya agar sang mama baik baik saja.

"Rossa, kau baik baik saja?" tanya Steven, meskipun ia sendiri sudah tau jawaban dari pertanyaannya.

Wajah Rossa yang pucat terlihat mengukir senyum yang dipaksa. "iya, Steven aku baik."

Kemudian mata Rossa yang menangkap ada Viona di belakang suaminya mengernyit. "Steven, kau bawa Viona?" ucap Rossa dengan suara berat.

"iya, Viona sudah tahu semuanya." sahut Steven.

Rossa menatap lekat wajah putrinya, bola mata Rossa mengembun, tatapan matanya sendu menatap putrinya. "Viona, anakku sayang?" ucapnya dengan bibir bergetar.

"mama, kenapa mama menyembunyikan semua ini dari Vio? apakah mama tidak sayang Vio?" Viona mendekat pada Rossa dengan air mata yang tak bisa di bendung. Viona terisak dalam pelukan sang mama.

"tidak, nak. Jangan bicara seperti itu. Mama sayang sama Vio. mama sangat sayang sama Vio. Mama sengaja menyembunyikan semua ini karena mama tidak mau kamu bersedih, nak. Mama hanya ingin agar kamu fokus sama sekolah kamu. Sebentar lagi kamu kan akan lulus sekolah, mama tidak mau menggangu konsentrasi belajar kamu." Rossa membalas pelukan Viona dengan hangat.

"Mama harus sembuh, mama tidak boleh ninggalin Vio." ucap Viona saat ia menyadari telapak tangan sang mama yang terasa begitu dingin seperti es.

"Vio, dengerin mama, nak. Mama sudah tidak bisa lagi terus bersama kamu. Mama minta maaf jika suatu saat nanti mama tidak bisa menemani kamu." kata Rossa dengan suara berat dan tercekat.

"tidak! Mama harus sembuh Mama tidak boleh sakit." tangis viona semakin menjadi.

"nak Maafkan mama, Setiap kehidupan pasti akan memiliki akhir, kita hanya menjalaninya saja. Semua sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa karena itulah Mama berpesan sama kamu agar kamu bisa menerima Steven sebagai ayah kamu. Mama sangat percaya dia pria yang baik, jika mama sudah pergi hanya dia yang bisa menjaga kamu.

"tidak! Mama tidak boleh pergi! Vio mau ikut mama!" jerit Viona saat ia menyadari suara Mamanya sudah terputus-putus dan dengan nafas tersengal-sengal.

"Sisil! tante juga minta maaf, tante harap kamu bisa menjaga Fiona seperti kamu menjaga saudara kamu sendiri. Kamu mau kan?" Rossa menatap Sisi yang tertegun menyaksikan semua ini.

Sisil mengangguk dengan deraian air mata hatinya juga ikut pilu menyaksikan kondisi Mama sahabatnya saat ini.

Sisi pun ikut mendekat menepuk pelan pundak Fiona mencoba memberikan kekuatan kepada sahabatnya.

"Steven aku percaya padamu! kau bisa menjaga Viona seperti aku menjaganya!" tatapan Rossa beralih pada Steven, ia sangat berharap suami barunya bisa menjaga putrinya selepas kepergiannya nanti.

Steven mengangguk, "tentu Rossa! Aku akan menjaga putrimu sesuai yang kau harapkan." sahutnya namun waktu terasa seakan begitu cepat sehingga Rossa pun sudah sampai pada titik akhir kehidupannya. Dengan nafas yang tersengal-sengal Rosa berusaha Tegar dalam kenyataannya akan tetapi takdir berkata lain Rossa semakin kesusahan untuk bernafas hingga akhirnya ia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Ruangan itu mendadak dipenuhi oleh tangis air mata Fiona, Steven dan Sisil mereka bertiga menangis di saat tubuh Rossa tidak lagi bergerak dan terasa sangat dingin

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!