Brian Kurnia adalah laki laki dari keluarga miskin yang sedang mengambil kuliah disalah satu universitas kedokteran di kota jasin. Karena kebutuhan mendesak untuk membayar pengobatan ibunya, dia nekat melakukan rekaya kecelakaan dijalan raya. Namun naasnya dia bertemu pengendara yang salah, alih alih menginjak rem pengendara itu malah menginjak gas dalam dalam sambil menutup mata dengan kedua tangannya. dengan perasaan menyesal Brian tertabrak mobil tersebut dengan kencang. Setelah Brian ditabrak, dia tidak sadarkan diri dan dalam alam bawah sadarnya dia mendapatkan sebuah warisan jurus medis kuno. Setelah mendapatkan warisan itu dia mengetahui segala hal mengenai semua jenis ilmu pengobatan dan jurus bela diri yang luar biasa dan berhasil membuat banyak wanita suka kepada nya. Dalam perjalanannya Brian berhasil membuat namanya menjadi dikenal diseluruh dunia dengan kemampuan pengobatan dan ilmu beladirinya yang hebat. sampai suatu ketika terjadi invasi dari alam lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biaya Pengobatan Keluarga Hanata
Setelah para preman itu dibawah ke dalam mobil, Raymond menatap Brian sambil berkata, “Bu Sherlene, siapa dia?”
Brian menjawab, “Oh, aku kakeknya.”
Melihat pria ini mengambil keuntungan dari dirinya lagi, Sherlene lantas memelototinya dengan tajam.
“Mobilku sudah ditabrak dan masih banyak orang yang menunggu untuk ditangani. Kamu kembalilah sendiri,” perintah Sherlene.
“Baiklah.” Sambil berkata, Brian membuka pintu mobil dan mengeluarkan barang barangnya.
Brian juga tidak ingin tinggal terlalu lama bersama Sherlene. Kalau Sherlene tahu para preman ini sebenarnya datang untuk menyerang dirinya, Wanita ini mungkin akan membuat masalah lagi.
Brian membawa perlangkapan dapurnya sambil berjalan menuju sekolah.
Di dalam mobil SUV, Nicho tampak kebingunan. Polisi memang sudah datang, tapi mereka tidak menangkap sesuai rencananya, Orang yang ditangkap polisi bukanlah Brian, tapi malah para preman utusannya.
Kobra berseru dengan penuh emosi, “Nicho, apa yang terjadi? Kenapa kapak sepupumu menangkap semua bawahanku?”
Nicho berkata dengan ragu ragu, “Aku…. aku… juga tidak tahu.”
“Hei, Nicho! Aku peringkatkan, ya. Kalau kamu tidak mengeluarkan bawahanku dari kantor polisi hari ini, tunggu saja kamu…..” Saat Kobra sedang berkata, Sherlene berbralik dan melirik mereka.
Saat melihat bahwa Wanita itu adalah Sherlene, Kobra langsung ingin mati saja saat itu.
Ternyata dirinya sudah membiarkan anak buahnya mengepung putri sulung Keluarga Hanata, wakil kapten tim criminal. Bukankah dirinya sama saja dengan tidak ingin hidup lagi, dan sedang mencari mati?
Apa status Keluarga Hanata di Kota Jasin? Mereka bisa melenyapkan dirinya dengan menjentikkan jari saja.
Kalau tahu hal ini dari awal, jangankan 400 juta, diberi empat triliun pun Kobra tidak akan berani menerima pekerjaan ini. Bagaimana pun juga, meski uang yang ditawarkan sangat banyak, nyawa tetap menjadi taruhannya.
Saat memikirkan hal ini, Kobra sangat emosi, dia langsung mencengkram leher Nicho samnil memarahinya, “Nicho, kamu benar benar sudah mencelakaiku. Berani beraninya kamu membuatku menyerang putri sulung keluarga Hanata, apa yang kamu ingikan?”
Pada saat ini, Nicho juga melihat Sherlene. Dia berusaha mendorong cengkraman Kobra, “Kak Kobra, aku juga tidak tahu tentang hal ini. Siapa yang menyangka putri sulung Keluarga Hanata akan mengemudi mobil Jetta jelek.”
Kobra berkata dengan marah, “Aku tidak peduli. Bagaimanapun, kejadia kali ini disebabkan olehmu. Kamu harus mengeluarkan semua anak buahku dari kantor polisi dan memberiku 20 miliar sebagai kompensasi.”
“Dua puluh miliar?” Meski Nicho memiliki uang, dua puluh miliar bukanlah jumlah yang kecil, dia berkata, “Kak Kobra, bukankah dua puluh miliar itu terlalu banyak?”
Kobra langsung menamparnya, “Tidak banyak, aku sudah mencari masalah dengan putri sulung Keluarga Hanata dan harus menghabiskan uang untuk menyelesaikan masalah itu. Dua puluh miliar juga belum tentu cukup, kalau kurang sepeser pun, aku akan membunuhmu!”
Saat memikirkan kekejaman Kobra, Nicho bergegas berkata, “Kak, Kobra, jangan awah, aku pasti akan memberimu dua puluh miliar tanpa kurang sepeser pun.”
Pada saat ini, Nicho sangat membenci Brian. Entah keberuntungan seperti apa yang dimiliki Brian, bisa bisanya dia bersama dengan putri sulung Keluarga Hanata.
Setelah Keluarga Hanata dan Xandro pergi, Tordy berkata kepada Chandra, “Ayah, hari ini kita melupakan satu hal, kita belum membayar biaya pengobatan kepada Dokter Genius.”
Chandra menjawab, “Ayahmu belum pikun, bagaimana mungkin aku bisa lupa?”
Tordy bertanya dengan bingung, “Ayah, kalau begitu apa maksud ayah?”
Chandra menjawab, “Aku telah bekerja di militer sepanjang hidup dan telah melihat banyak orang dalam hidup ku. Orang seperti Dokter Genius Brian pasti akan mejad oang yang berguna, Keluarga Hanata harus memiliki hubungan bak dengannya.
Kali ini, dia sudah menyelamatkan hidupku dan kebetulan juga ini adalah kesempatan bagi Keluarga Hanata, kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menjalin hubungan dekat dengannya.
Kalau hanya memberikannya sejumlah uang, sepertinya sulit bagi Dokter Genius menghormati kita. Jadi, kali ini kita harus memberikan sesuatu yang baru untuk biaya pengobatan ku agar dia dapat merasakan ketulusan dari Keluarga Hanata.
“Oh”. Tordy sudah lumayan mengerti maksud dari Chandra, yaitu mencoba yang terbaik untuk memenangkan hati Brian. Mengenai hal ini, dia sangat menyetujuinya.
Jangan membahas apa yang akan terjadi kelak, menjalin hubungan baik dengan Dokter Genius bukanlah hal buruk, berteman dengannya berarti memiliki satu nyawa ekstra di saat saat genting.
Tordy bertanya, “Ayah, menurut Ayah Keluarga Hanata harus memberi apa untuk biaya pengobatan?”
Chandra menjawab, “Kita harus berpengetahuan dalam memberi hadiah, seperti memberi batuan Ketika orang lain membutuhkan. Hanya dengan memberi apa yang dia butuhkan seseorang, maka bantuan itu baru bisa berguna sepenuhnya. Kamu segera utus seseorang menyelidiki Dokter Genius secara rinci, lihat apa yang paling dia butuhkan sekarang, lalu Keluarga Hanata akan memberinya benda itu.”
“Baik, Ayah.” Setelah Tordy setuju, dia langsung meninggalkan ruangan dan pergi mengutus bawahannya untuk menyelidiki Dokter Genius.
Brian tidak mengetahui hal itu. Karena dia merasa masih terlalu awal baginya untuk pergi makan malam, jadi dia membawa peralatan dapur dan bahan obatnya memasuki hotel bintang lima di sebelah.
Bagaimana pun juga, tempat tinggalnya di Universitas adalah asrama. Di sana akan banyak orang yang berlalu Lalang dan tidak cocok untuk melakukan pemurnian pil fondasi dasar. Sebaliknya, di hotel jauh lebih tenang.
Brian memesan sebuah kamar dan berjalan masuk dengan barang barang bawaanya. Pada saat yang bersamaan, ponsel di sakunya berdering.
Dia mengeluarkan ponsel itu dan meliriknya sekilas, itu adalah nomor telepon asing dengan tiga angka 8 di nomor terakhir.
Brian menjawab panggilan itu dan bertanya, “Halo, kam cari siapa, ya?”
Terdengar suara Wanita dari ujung telepong, “Aku Lancy.”
Brian langsung kegirangan. Sejak liburan, dia tidak dapat menghubungi pacarnya dan ber[ikir telah terjadi sesuatu padanya.
Brian berseru dengan penuh semangat, “Lancy, kamu ada di mana sekarang? Kenapa beberapa hari ini aku tidak bisa menghubungi mu? Kenapa kamu tidak memberi tahu aku kalau kamu sudah mengganti nomor telepon?”
Beberapa hari ini Brian terus mencari Lancy dan ingin berbagi kabar baik dengannya. Namun, sayang sekali panggilannya tidak dapat terhubung ke nomor teleponnya.
Lancy menjawab dengan sinis, “Kamu tidak perlu tahu aku sedang di mana. Hari ini akum au memberi tahu kalau kita sudah putus.”
“Lancy, apa yang kamu katakana?” Tiba tiba Brian merasa seperti disiram dengan air dingin, suasana hatinya yang tadi sangat kegirangan perlahan lahan menjadi tenang. Tidak disangka, setelah beberapa hari tidak bisa menghubungi Lancy, begitu terhubung dengan Lancy dia langsung meminta putus.
“Apa kamu tidak mengerti dengan perkataanku? Mulai hari ini, kita sudah putus dan tidak ada hubungan lagi,” ujar Lancy.
Brian bertanya, “Kenapa? Pasti ada alasan untuk putus, ‘kan?”
Brian sangat mementingkan hubungan ini, dia berpikir Lancy adalah pasangan yang akan hidup dengannya selamanya dan tidak pernah berpikir bahwa Lancy akan meminta putus.
“Brian, kamu masih tidak tahu malu untuk bertanya alasannya padaku?”
Di telepon, terdengar Lancy berkata dengan sinis, “Kamu sudah melihat nomor teleponku, ‘kan? Nomor ini diberikan oleh Pak Wedny, dia memberiku Iphone keluaran terbaru dan nomor telepon dengan tiga angka terakhir yang sama. Apa kamu tahu berapa harganya setelah ditambahkan? Aku sudah lama berpacaran denganmu, tapi apa yang kamu berikan untukku?” Dengan penampilanmu yang lusuh itu, mungkin seumur hidup pun kamu tidak akan sanggup membelikanku ponsel Iphone.”
Saat mendengar keluhan Lancy, Brian berkata dengan perasaan yang campur aduk, “Lancy, apa kamu minta putus dengan ku hanya karena uang?”
“Ya, memang karena uang, memangnya siapa yang tidak suka dengan uang?” kata Lancy, “Aku sudah bersama Pak Wendy selama tiga bulan, dia sudah membelikanku pardum Chanel, sepatu Prada dan tas Louis Vuitton. Barang yang ada di tubuhk ini seharga 200 juta. Pak Wedy kaya raya, dia tidak bisa dibandingkan dengamu yang miskin ini.”
“Apa? Kamu bahkan sudah bersamanya selama tiga bulan?” Hati Brian dipenuhi dengan kemarahan, beberapa hari yang lalu Lancy masih menatapnya dengan tatapan yang lembut, tidak disangka bahwa dia sudah lama berkhianat darinya.
“Memangnya kenapa kalau benar? Karena kamu sangat miskin. Mulai hari ini, kita sudah tidak ada hubungan apa apa lagi, kelak jangan mencariku lagi.” Setelah selesai berbicara, Lancy langsung mengakhiri panggilannya.