Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Tok..tok.. Pintu kamar Rania diketuk. Rania yang sedang mengaji langsung berdiri dan membuka pintu. Terlihat Rafa berada di depan pintu dengan pakaian yang sudah rapi. Celana panjang hitam dan kaos pendek berwarna abu muda, sangat cocok dengan kulit putih Rafa.
"Ada apa, Bang?" tanya Rania yang masih menggunakan mukena dan membawa Al-qur'an.
"Kamu dah selesai?" tanya Rafa.
"Sudah selesai shalat, lagi ngaji aja. Kenapa, Bang?"
"Abang mau ngajakin kamu makan diluar. Kalau kamu belum selesai ngajinya, Abang tunggu di bawah"
"Oh, sebentar kalau begitu. Rania ganti baju dulu" Rafa mengangguk pelan, setelah itu pergi ke bawah.
Beberapa menit kemudian, Rania menyusul Rafa ke bawah. Rafa yang sedang main handphone langsung memasukan handphonenya ke dalam saku ketika melihat kehadiran Rania.
"Kita mau makan dimana, Bang?" tanya Rania yang sudah berdiri didekat Rafa.
"Kamu suka steak?"
"Lumayan, Bang"
"Ya sudah, ayo kita makan steak" ajak Rafa yang berjalan duluan.
Sesampainya dibasement, Rafa langsung mencari keberadaan mobilnya yang selama beberapa hari ini tidak digunakan.
"Ayo" ajak Rafa ketika mobilnya sudah ketemu. Didepan sana mobil hitam dengan logo merk terkenal terparkir, merk Rolls - Royce Phantom. Rafa membuka pintu dan duduk rapi dibelakang kemudi.
"Ini mobil Abang?" tanya Rania yang tidak percaya ketika sudah duduk di samping Rafa. Rafa hanya mengangguk.
"Sekaya apa suamiku ini?" gumam Rania dalam hati. Rania tidak pernah bertanya apapun tentang Rafa, yang Rania tahu jika kedua orang tua Rafa sudah berpisah. Tapi sejak pindahan hari ini Rania mulai penasaran dengan suaminya.
Mobil yang dikendarai Rafa melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota. Suara musik rock n roll memecah kesunyian yang terjadi diantara sepasang suami istri. Suara Rafa yang sedang bernyanyi mengikuti musik terdengar merdu.
"Suara Abang bagus" puji Rania yang masih menatap pemandangan kota yang berada di depannya.
"Terima kasih" jawab Rafa menyunggingkan senyumnya.
Restoran yang menjadi tujuan Rafa untuk makan malam sudah terlihat. Rafa langsung membelokkan mobilnya dan mencari parkiran yang kosong. Restoran yang dituju Rafa sangat ramai.
"Ayo" ajak Rafa kembali membuka pintu mobil. Rania hanya bisa mengikuti dibelakang Rafa.
"Buat berapa orang kak?" tanya pelayan restoran yang ditugaskan untuk menyambut tamu.
"Dua"
"Mari saya antar" ucap pelayan itu kembali dengan ramah. Rafa dan Rania mengikuti langkah pelayan restoran itu.
"Silahkan Kak. Mau pesan sekarang atau lihat-lihat dulu?" tanya pelayan itu ketika melihat Rafa dan Rania sudah duduk dikursi. Rafa lekas membuka buku menu dan melihatnya.
"Sekarang aja, saya pesan set A 1 sama Juice Avocado 1. Kamu gimana, Ran?" Rafa menutup buku menu dan meletakannya kembali di meja. Rania jelas bingung, ini pertama kalinya dia pergi ke restoran ini dan Rania tidak mengerti tentang menu makanannya.
"Rania ikut Abang aja" Rafa mengangguk dan memesankan menu yang sama untuk Rania. Tidak perlu menunggu lama, pesanan mereka sudah dihidangkan di meja.
"Ini" Rafa menukar piring yang berada di depan Rania dengan piring yang dagingnya sudah dipotong Rafa.
"Terima kasih, Bang" ucap Rania dengan senyum khasnya. Rafa hanya mengangguk pelan. Restoran yang ramai membuat suasana menjadi meriah. Hilir mudik bergantinya tamu meberi kesan jika restoran yang mereka datangin sangat terkenal.
"Rafa" sebuah suara membuat Rafa dan Rania menoleh. "Kamu dari mana saja, Rafa? Bella sibuk mencarimu" Rafa mengenalnya karena wanita yang menyapanya adalah sahabat Bella, Dina.
"Ga kemana-mana" jawab Rafa dingin dan lanjut makan steaknya. Rafa tidak menghiraukan kehadiran Dena.
"Ini siapa? Apa Bella tahu kalau kamu sedang makan berdua dengan wanita lain?" tanya Dena yang sedang memperhatikan Rania dari atas sampai bawah.
"Dia is ....."
"Maaf, mba. Saya sepupu jauh Bang Rafa" potong Rania mengenalkan diri sambil berdiri dan mengajak salaman sebelum Rafa menyelesaikan kalimatnya. Rafa menatap tajam pada Rania. Bagaimana bisa Rania berkata seperti itu? Apa dia malu punya suami seperti Rafa? Itu yang ada difikiran Rafa saat ini.
Dena membalas uluran tangan Rania dengan tersenyum. "Oh, maaf saya tidak tahu kalau kamu saudara Rafa"
"Tidak apa-apa, Mba" jawab Rania.
"Kalau begitu, silahkan dilanjut. Maaf ya sudah ganggu makan malamnya. Fa, jangan lupa kabarin Bella. Dia seperti orang gila kehilangan kabar kamu" ucap Dena sebelum pergi.
Ting. Rafa meletakkan garpu dan pisaunya dengan kasar. Tatapan tajam dilayangkan Rafa pada Rania. Rania menyadarinya.
"Kenapa kamu bilang kalau kamu saudara Abang, Rania? Kamu malu punya suami seperti Abang?"
"Bukan begitu, Bang. Semakin kita mengenalkan diri sebagai suami-istri maka akan menjadi panjang urusannya. Padahal sebentar lagi kita juga akan pisah. Apalagi Abang sudah punya kekasih, bagaimana kalu kekasih abang tahu kalau abang sudah nikah sama Rania? Rania ga mau dicap sebagai pelakor, Bang" lirih Rania.
"Kami sudah pisah dan itu bukan karena kamu"
Sepanjang perjalanan pulang baik Rafa dan juga Rania tidak ada yang memulai percakapan. Kebisuan di dalam mobil terasa sesak. Seperti halnya berangkat tadi, Rania lebih fokus melihat jalanan. Berbeda dengan berangkat yang cerah, sekarang ini hujan menerpa kota Jakarta.
"Jangan memberiku harapan, Bang" gumam Rania.
***
Pagi-pagi sekali, Rania sudah berada di dapur setelah shalat. Dengan bahan yang ada di dapur, Rania melakukan tugasnya sebagai istri menyiapkan sarapan untuknya dan suaminya. Rania tidak tahu kalau sebentar lagi akan datang Asisten Rumah Tangga.
Pintu rumah terbuka, Rania yang kaget langsung menoleh. Sosok ibu-ibu bertubuh sedikit gemuk masuk dengan santai. Hari ini adalah jadwal Bi Rani beres-beres penthouse Rafa. Sama halnya dengan Rania, Bi Rani juga kaget.
"Maaf, ibu siapa?" tanya Rania yang duluan menegur. Dengan hati yang was-was Rania mencoba mendekat.
"Mbaknya siapa? Saya Art disini dan kebetulan hari ini jadwal saya bekerja" jelas Bi Rani yang memperhatikan wanita berhijab didepannya.
"Saya Rania, Bi. Saya ......" gantian kalimat Rania yang terpotong.
"Dia istri Rafa, Bi" Rafa yang baru saja selesai mandi langsung melihat jam. Tanpa memakai baju dan hanya menggunakan handuk, Rafa langsung turun ke bawah dan benar dugaannya Bi Rani sudah datang. Rania yang melihat Rafa seperti itu langsung memalingkan wajah.
"Mas Rafa sudah nikah? Kok Bibi ga diundang?" Bi Rani bingung padahal beberapa hari lalu mereka ketemu tapi Rafa tidak ada bilang apa-apa.
"Mendadak, Bi. Oh, iya kamar tamu ga usah dibersihkan Bi. Sekarang lagi digunain Rania buat belajar" kata Rafa berbohong, Rafa tidak ingin Bi Rani tahu jika kamar itu jadi kamar Rania.
"Baik, Mas Rafa"
"Ran, ini Bi Rani. Bi Rani akan datang kesini seminggu tiga kali untuk beres-beres" kenalkan Rafa. Rania hanya mengangguk tanpa menoleh.
"Kamu lagi masak?" tanya Rafa mendekat ke Rania karena melihat beberapa bahan makanan ada di atas meja dapur.
"Maaf, Bang. Rania ga izin dulu, Rania hanya ingin buat sarapan" Rania menunduk merasa bersalah.
"Ga papa, gunain aja rumah ini sesukamu. Kamu istri Abang" ucap Rafa mengelus kepala Rania sebelum kembali ke kamar. Rania yang kaget mengangkat kepalanya.
"Bang, tolong jangan buat hati Rania goyah. Lakuin aja seperti biasanya" gumam Rania dalam hati. Sosok Rafa menghilang di ujung tangga.
"Dulu Mas Rafa mana mau sarapan disini, mbak. Setiap pagi, Mas Rafa hanya minum kopi dan itu pun buat sendiri. Semoga dengan keberadaan Mbak Rania disamping Mas Rafa membuat Mas Rafa bahagia" kata Bi Rani tersenyum. Rania hanya bisa mengangguk perih.
"Pernikahan kami hanya bertahan tiga bulan, Bi" lirih Rania pelan dan hanya terdengar oleh Rania.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku