JEBAKAN JODOH
Disalah satu kamar dirumah berlantai dua, dua orang gadis terlihat tengah merapikan peralatan make up yang sudah selesai di gunakan. Diandra Putri Katrina, MUA 24 tahun yang juga konten kreator terkenal di salah satu platform media sosial bersama sahabatnya Githa Naniodra selaku hairstylist.
Keduanya mendapat orderan make up tunangan, acara pertunangan tersebut akan dilaksanakan pukul 19.00 waktu setempat. Jam yang terdapat dinangkas sudah menunjukan pukul 17.50, yang artinya satu setengah jam lagi acara akan dimulai.
"Kak, kalo udah nanti makan dulu ya."
Hilda Agustin Miranti, Clien Diandra tengah duduk di ujung sofa yang terdapat di dalam kamar tersebut memperhatikan gerak gerik Diandra dan Githa yang masih sibuk memasukan ini dan itu kedalam koper yang berisi peralatan make up milik Diandra yang bukan main banyaknya. Sedangkan barang barang milik Githa sudah dimasukan kedalam ransel yang wanita itu bawa. Barang Githa tidaklah banyak seperti barang Diandra.
"Oke kak, ini bentar lagi selesai kok."
Githa menoleh kearah gadis yang saat ini memakai kebaya berwarna soft pink dan bawahan rok span batik ketat yang membetuk lekuk tubuhnya.
Tak lama kemudian, Hilda di anggil oleh fotografer untuk melakukan sesi foto bersama keluarga besar dari pihak wanita, sedangkan dari pihak pria yang Diandra dengar tadi masih di jalan menuju kemari.
"Akhirnya selesai juga."
Diandra menghembuskan nafas lelah setelah hampir 5 jam melakukan tugasnya. Sebenarnya Diandra memiliki satu asisten, namun hari ini asistennya itu tidak bisa ikut karena sedang berada di rumah sakit. Semalam asistennya mengabari bahwa dirinya demam tinggi disertai muntah muntah, dan dilarikan ke klinik terdekat.
"Yuk makan, gue laper banget. Nih, liat. Tangan gue sampe gemetar gini." Githa mengangkat tangannya dengan dramatis.
"Halah, drama aja lu. Tadi udah makan kue juga."
Mendengar perkataan Diandra, Githa lantas cengengesan. Tadi mereka memang sempat dibawakan oleh salah satu Tante Hilda kue-kue tradisional yang menjadi hidangan dicara pertunangan Hilda dan calon suaminya.
Diandra dan Githa pun meletakkan koper serta tas disamping pintu kamar tempat mereka merias Hilda dan ibu dari wanita itu. Lalu keduanya menuju dapur sesuai arahan yang tadi sempat Hilda berikan.
Sesampainya di dapur, keduanya segera mengambil piring dan mengisi piring masing-masing dengan nasi dan lauk pauk yang tersedia. Rasanya seperti sedang kulineran, berbagai macam makanan ada. Sate, soto, bakso, mie ayam, rendang, opor, dan masih banyak lagi yang lainnya.
"Duh, gila. Tunangan holang kaya memang beda ya Di, paket komplit ini teh."
Githa tersenyum senang menatap Diandra yang juga tengah tersenyum. Yang ditatap menganggukan kepala setuju. Diandra dan Githa bukanlah orang yang hidup pas-pasan, keduanya juga anak orang kaya. Dan juga tidak pernah pamer harta orang tuanya.
"Bener banget anjir, berasa lagi kulineran tapi versi gratis."
Diandra sendiri adalah pencinta makanan, segala macam makanan Diandra suka. Jika ada waktu liburan maka hal pertama yang akan Diandra lakukan adalah kulineran ke berbagai daerah untuk mencicipi makanan baik tradisional maupun yang umum ditemukan. Perbedaan cara masak dan rempah-rempah yang digunakan di setiap daerah, itulah yang Diandra cari.
Diandra dan Githa duduk di meja makan, hanya ada mereka berdua disana. Para pekerja yang ditugaskan oleh tim event organizer tentu saja sibuk diluar, tepat di halaman belakang kediaman Hilda. Sedangkan para keluarga tentu saja masih sibuk foto foto cantik sembari menunggu rombongan dari pihak laki-laki.
"Gue denger calonnya polisi ya?"
Githa yang tengah minum mengangguk, mengiyakan pertanyaan Diandra. Gadis yang sejak kuliah berteman dengan diandra itu mengambil tisu lalu mengelap ujung bibirnya sendiri.
"Katanya sih iya. Pangkatnya yang gue denger IPTU."
"Gue nggak ngerti pangkat-pangkatan kayak gitu ah." Diandra mengibaskan tangannya sambil menggeleng pelan.
"Lu pikir gue ngerti? Kagak. Udah ayo naik lagi."
Diandra dan Githa yang sudah menyelesaikan makannya segera menuju wastafel dan mencuci piring bekas makannya masing-masing. Mumpung makannya di dalam rumah, kalau di luar sih mereka ogah mencuci piring, ribet say harus masuk kerumah orang. Mending kalau pemilik welcome, lah kalau judes?
Saat akan menaiki tangga menuju kamar tempat keduanya merias Hilda tadi terdengar gaduh dari keluarga Hilda yang sedang foto foto-foto diruang tamu.
"Eh Hilda, itu calon suami kamu datang. Masuk dulu ke kamar lagi."
"Eh, iya iya. Nanti ngga jadi kejutan kalo si Fandi ngeliat kami yang cantik banget gini."
"Iya iya, sana ih."
"Ohh, namanya Fandi?"
Githa berbisik pelan disebelah Diandra. Diandra sih hanya mengangguk saja. Fandi ya? Diandra jadi ingat, Abang-Abang polisi tampan yang dulu tidak sengaja Diandra lempar pakai adonan tepung di sekolahnya semasa SMA.
Diandra dan Githa yang tadinya sudah akan naik ke anak tangga paling bawah lalu mundur kembali melihat ibu-ibu yang dengan semangat menarik Hilda kembali ke lantai atas. Bahkan Hilda hampir saja jatuh jika tidak berpegangan pada sisi sofa. Melihat hal itu, Diandra dan Githa reflek berpandangan dengan mulut mengangga.
"Anjir, nggak kebayang kalo jatoh terus benjol kepalanya."
Githa bergumam pelan, Diandra yang mendengar hal itu segera menabok pelan bahu Githa. Lalu keduanya kompak tertawa kecil, lalu kembali melanjutkan langkah menuju kamar tadi.
"Gila, akhirnya bisa rebahan juga."
Diandra mendesah pelan merasakan empuknya kasur. Disusul Githa yang juga langsung rebahan setelah masuk ke kamar tempat merias tadi. Keduanya belum pulang karena biasanya mereka akan tetap standby sampai acara selesai, oleh karena itu kamar ini disiapkan khusus untuk merias sekaligus tempat istirahat bagi Diandra dan Githa.
Baru saja Diandra akan terlelap terdengar ketukan pintu tadi luar. Githa yang saat itu masih bermain ponsel segera beranjak untuk membuka pintu.
"Iya, cari siapa?"
Bau parfum yang menenangkan langsung masuk ke indra penciuman ketika Githa membuka pintu seketika membuat Diandra teduduk dan menatap kearah pintu. Pintu yang terbuka lebar membuat Diandra bisa melihat dengan jelas seorang pria tampan nan gagah dengan kulit sawo matang dan juga tinggi kurang lebih 180 cm. Hidung mancung serta pipi sedikit chaby. Jangan lupakan potong rambut comma hair yang membuatnya berkali-kali lipat lebih tampan.
Dia, Fandi. Fandi Gentala Dierja, pria yang tengah memakai kemeja batik berlengan panjang senada dengan bawahan yang tadi digunakan Hilda. Dia, Fandi. Calon suami Hilda, sekaligus pria yang pernah tidak sengaja Diandra lempar dengan adonan tepung semasa SMA Diandra. Dia, Fandi. Crush Diandra semasa SMA. 'Fandinya Diandra' kembali setelah menghilang bertahun-tahun lamanya entah kemana.
Diandra membatu menatap Fandi yang sedang berdiri diambang pintu, begitu pula sebaliknya. Bahkan Githa sekarang sudah menyingkir dari hadapan Fandi dan ikut menatap Diandra. Githa memang dulu belum berteman dengan Diandra, keduanya satu sekolah berbeda kelas. Namun cerita tentang Diandra yang melempar Abang polisi ganteng dengan adonan tepung siapa yang tidak tau.
Bahkan satu sekolah sempat heboh dengan inseden tersebut. 'Diandra ngelempar Abang polisi pake adonan tepung' topik itu bahkan menjadi perbincangan disekolah selama hampir dua bulan.
Lelaki yang mengisi masa SMA nya dengan cerita serta julukan absurd, lelaki yang beberapa kali datang ke sekolah mereka untuk melakukan kegiatan rutin sekolah yang diadakan bersama Polsek setempat. Lelaki itu kembali.
Fandi Gentala Dierja masih sama. Tampan dan tinggi. Yang berbeda sekarang pria itu tampil dengan versi matang. Rambut yang dulu dipotong pendek sekarang berubah menjadi lebih panjang namun masih terlihat rapi. Tubuhnya yang dulu berisi kini terlihat semakin gagah dengan otot-ototnya. Bahkan mungkin terdapat roto sobek di perut pria itu.
Namun semua itu tak lagi sama seperti dulu. Fandi mungkin masih sama, tapi kondisinya sekarang berbeda. Fandi calon suami orang, dan orang itu saat ini menjadi clien Diandra. Dan jika boleh jujur, Diandra ingin berlari dan memeluk erat pria yang saat ini masih membatu menatap kearahnya.
Tetapi Diandra tidak bisa, sekarang semuanya berbeda. Diandra rindu, namun juga ada sedikit benci. Bahkan dulu Diandra berfikir bahwa mungkin saja Fandi sudah mati, atau bahkan dikirim ke daerah terpencil. Dan sekarang lelaki itu kembali juga membangkitkan kembali perasaan yang sudah lama Diandra kubur. Dia kembali, dengan wangi parfum itu. Parfum yang Diandra pilihkan dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments