Dalam pusaran dunia mafia yang gelap, Alex, putra mahkota dari klan Moralez, dihadapkan pada ultimatum ayahnya, Marco Moralez, seorang mafia kejam tanpa belas kasihan.
Untuk membuktikan dirinya layak memimpin klan, Alex harus menemukan adiknya yang bertahun-tahun hilang, sebagai syarat.
Namun, di tengah pencarian nya terhadap sang adik, Alex justru bertemu dengan seorang gadis yang menarik perhatiannya, gadis yang mampu menggetarkan hatinya setelah lama mati.
Akankah dia berhasil menemukan adiknya dan memimpin klan ? Dan bagaimanakah kisah cinta akan mengubah arah hidupnya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAMAKU..........
Alex di papah oleh gadis misterius, keluar dari club malam. Tangannya diletakkan di bahu gadis itu sambil mereka berjalan melewati lorong sepi dan gelap, suara musik keras masih terdengar samar-samar, kontras dengan kesunyian lorong yang mereka lalui. Gadis itu sesekali menoleh, memastikan langkah Alex tetap stabil, lalu bertanya. "Tuan, apakah kau masih kuat berjalan?" sambil terus memegang erat tangan Alex di bahunya.
Alex mengangguk dengan kondisi setengah sadar dan tidak. "Ya, tapi mungkin kesadaran ku akan segera hilang,"ujarnya pelan.
Jika saja orang itu bukan Alex, mungkin ia sudah pingsan karena mendapat pukulan yang lumayan keras di tengkuknya. Saat langkah mereka hampir mencapai pintu keluar club, tiba-tiba terdengar suara keras dari arah lorong, "Cari dia sampai dapat!"
"Ash, sial!" Ucap gadis itu dengan nada jengkel, karena langkah mereka hampir berhasil keluar dari sana.
Sekitar sepuluh pria berbadan kekar dengan wajah garang berhenti di depan si gadis misterius. Mereka memandang tajam ke arah gadis itu dan salah satu pria bertanya dengan nada keras, "Hey, Nona! Apa kau melihat seorang pria berjalan di sekitar sini?!"
Ketika berlari sampai di depan pintu keluar, para anak buah kekasih Dahlia Smith, menemukan seorang gadis yang tengah duduk dengan gaya cool sedang menyesap rokoknya. Gadis itu menoleh ke arah mereka dengan santai, lalu mengepulkan asap tipis sebelum menjawab. "Ah, apakah pria tersebut memakai topi hitam dan pakaian berwarna senada?" Tanyanya dengan tatapan tenang.
"Ya, pergi ke arah mana dia!" Ucap salah satu dari pria tersebut.
Gadis misterius itu tersenyum tipis sambil menunjuk ke arah koridor sebelah timur dengan gerakan santai, "Kurang lebih ke arah sana, sekitar lima menit yang lalu."
Mendengar ucapan sang gadis, salah satu dari mereka yang mungkin adalah pemimpin, segera memberi perintah. "Sebaiknya kita berpencar, cari dia di setiap sudut club ini, jangan biarkan dia lolos!"
Kesepuluh pria tersebut pun berpencar. Setelah berhasil mengalihkan perhatian mereka, gadis misterius itu dengan cepat menginjak puntung rokoknya, dan memakai topinya lagi. Ia berbalik menghampiri Alex, yang masih bersembunyi di sudut lorong.
Gadis itu menepuk bahu Alex sambil bertanya, "Tuan, apakah kau masih sadar?" Suaranya lirih, penuh perhatian, dan menunjukkan kekhawatiran terhadap keadaan Alex.
"Ya, aku masih sadar."
Gadis itu bernapas lega, "Syukurlah," ia kembali meraih tangan Alex dan memapahnya. "Tuan, tolong bertahan sedikit lagi. Percayalah, aku akan membawamu keluar ke tempat yang aman." Gadis itu menuntun Alex dengan langkah cepat dan hati-hati. Mereka terus bergerak maju, mata gadis misterius itu terus memindai sekitar, bersembunyi di balik setiap mobil, mencari celah aman untuk keluar. Tiba-tiba, terlihat dua anak buah kekasih Dahlia, yang mondar-mandir mencari di area parkir. Gadis misterius itu merapatkan tubuhnya pada Alex, "Jangan bergerak, Tuan," bisiknya tepat di telinga Alex, dan Alex hanya mengangguk, menahan napas sementara gadis itu mengintip ke sekeliling, menunggu momen yang tepat untuk meloloskan diri.
Saat bodyguard itu berbalik arah, gadis misterius itu langsung menarik Alex, mereka berlari kecil menuju sebuah mobil yang terparkir di dekatnya. Dengan gerakan cepat dan gesit, gadis itu membuka pintu mobil dan memasukkan Alex, kemudian ia bergegas masuk ke sisi kemudi. Pintu mobil ditutup dengan cepat, dan gadis itu langsung menghidupkan mesin, meninggalkan area parkir.
Mereka bernapas lega saat mobil meluncur dengan mulus, meninggalkan area club malam di Hamburg. Gadis misterius itu mengemudi dengan tenang, namun tetap waspada, dan terus memantau kaca spion untuk memastikan tidak ada yang mengikuti mereka.
Alex duduk di sebelah gadis misterius itu, dengan mata terpejam. Malam ini dirinya begitu kesal, alih-alih berhasil menangkap Dahlia, malah ia sendiri yang hampir tertangkap oleh anak buah kekasih Dahlia. Ia merasa heran dan frustrasi, mengapa para anak buahnya menghilang dan tidak ada yang membantunya. Kemana mereka? Pertanyaan itu terus berputar di pikirannya.
...💣💣💣💣💣...
Mobil terus melaju, membawa mereka semakin jauh dari bahaya. Gadis misterius membawa Alex ke sebuah hotel, tempatnya menginap. Setelah tiba di kamarnya, gadis itu mendudukkan Alex di sebuah sofa. Kemudian, ia mengambil ranselnya dan mencari kotak P3K yang selalu di bawa kemana-mana.
Dengan gerakan yang hati-hati, gadis itu membuka jaket Alex. Namun, dengan cepat Alex menahan tangannya, "Kau mau apa?" tanyanya dengan suara parau, memandang gadis itu dengan rasa penasaran dan waspada.
Gadis itu berhenti sejenak, "Aku hanya ingin memeriksa lukamu, kulihat kau terkena luka tembak tadi." Alex kemudian pasrah dan membiarkannya. Saat gadis itu membuka pakaian Alex, terlihat luka tembak yang cukup serius. "Tuhkan, benar. Aish, pelurunya masuk agak dalam, Tuan. Tahanlah sebentar," kata gadis itu sedikit khawatir, lalu menyiapkan peralatan untuk mengeluarkan peluru tersebut. Setelah peluru berhasil dikeluarkan, gadis itu menjahit luka dengan hati-hati dan telaten menggunakan benang jahit steril dan jarum bedah, memastikan jahitan rapi untuk meminimalkan risiko infeksi.
Sesekali ia melirik ke wajah Alex, merasa heran kenapa sedari tadi manusia di hadapannya ini terlihat tidak merasakan sakit dan hanya berwajah datar.
Apakah ia sudah terbiasa mengalami hal ini ?Pikirnya dalam hati.
Setelah jahitan selesai, ia membersihkan area sekitar luka dengan antiseptik dan menutupinya dengan perban steril untuk melindungi luka dari kotoran dan bakteri.
"Tuan, apakah ada seseorang yang bisa saya bantu hubungi? Saya tidak bisa berlama-lama disini."
"Ya, tolong cari ponselku di jaket dan hubungi asistenku bernama Alvin,"katanya. "Tapi kau mau kemana? Ini kamarmu, dan seharusnya aku yang pergi."
Gadis itu menggeleng samar, "Tidak papa, saya harus segera pergi, Tuan. Tenang saja, anda aman disini,"ia tersenyum di balik maskernya.
"Baiklah, terima kasih atas bantuanmu. Aku punya hutang budi padamu," ujar Alex, dengan samar-samar memandang gadis di hadapannya dengan mata sayu.
Gadis misterius itu memindahkan Alex ke ranjang hotel yang empuk, setelah itu ia merapikan barang-barang nya dan bersiap pergi. Namun, sebelum pergi ia kembali mendekati Alex yang duduk bersandar di ranjang. "Tuan, saya sudah menghubungi asisten Anda yang bernama Alvin. Dia bilang, akan segera menjemput Anda,"gadis itu menjeda ucapannya sebentar. "Saya harus pergi sekarang, anda berhati-hati lah."
Ketika Gadis itu berbalik, Alex meraih tangannya dan menahannya. "Tunggu, siapa namamu?"
Gadis itu terdiam sejenak lalu menghela napasnya, tampak ragu-ragu untuk menjawab. "Namaku..........."
Belum sempat Alex mendengar gadis itu menyebutkan namanya, perlahan matanya menutup karena efek obat pereda nyeri yang diberikan gadis misterius tadi.
...----------------...