Cinta Setelah Bercerai

Entah kenapa, hati Ryuka sedikit mencelos saat mendengar pernyataan Alea, padahal sebelumnya dia sangat mendukung jika Rifky kembali bersatu dengan Alea.

"Omong kosong macam apa yang kamu katakan?!" Kata Rifky, tangannya makin mempererat genggamannya pada tangan Ryuka.

Alea terisak sambil berjalan makin mendekat pada Rifky. "Kamu lupa ini? ... Lupa ? Hah?!!!" Alea melempar selembar foto vulgar mereka.

Ryuka terbelalak saat melihat foto tersebut yang terjatuh di lantai, foto Rifky dan Ryuka sedang berada di selimut yang sama dan nampak tak memakai pakaian.

Haha, laki-laki. Cibir Ryuka dalam hati.

Rifky mengambil foto itu dengan perlahan, dan melepas genggaman tangannya pada Ryuka.

Sial, apa yang sudah aku lakukan, kenapa aku sama sekali tidak mengingatnya. Batin Rifky saat memandang selembar foto tersebut.

"Ayo besarkan anak kita bersama Rifky, ini kan keinginan kita selama berpacaran dulu, menikah dan mempunyai anak, maka dari itu nikahilah aku sebelum perutku makin membesar." Mohon Alea, dia menyandarkan kepalanya di bahu Rifky.

Rifky menggelengkan kepalanya, pria itu masih tidak percaya dengan apa yang sudah dia lakukan.

"Sudahlah Rif, nikahi Alea ... Dan ceraikan Ryuka." Ucap Hana mengompori.

"Kakak bayangkan jika itu terjadi pada Anggita Kak, Gita pasti sedih banget kalau jadi kak Alea." Kata Anggita menambahkan.

Ryuka menundukkan kepalanya, dia terus memainkan jari-jari tangannya karena suasana yang menegangkan ini, ada rasa bahagia ketika membayangkan menghirup udara bebas tanpa aturan, tapi di sisi lain ... Ryuka merasakan perasaan kehilangan, perasaan yang seharusnya tidak pernah dia rasakan.

"Ceraikan Ryuka Rifky, ayo! Sebagai laki-laki kamu harus bertanggung jawab." Desak Hana, sambil mengusap lembut punggung Alea.

Tujuanku menikah dengan Ryuka memang untuk membuat Alea menyesal dan tersiksa seperti apa yang aku rasakan dulu, saat dia menerima pertunangan itu. Tapi ... Kenapa aku berat menceraikan Ryuka dan muak sekali melihat Alea? Padahal dulu aku menjadi budak cinta Alea, apapun kesalahannya aku pasti memaafkan.

Mungkin, aku harus kembali mencoba membuka hati untuk Alea dan menerima anak hasil hubunganku yang di lakukan secara tidak sadar itu.

"Ryuka ... " Ucap Rifky.

*Jantung Ryuka memompa lebih cepat dari pada biasanya.

Suasana hening, ketiga lawan Ryuka itu ingin mendengarkan dengan seksama saat-saat Rifky akan menceraikan Ryuka.

"Aku menceraikanmu, dan semua urusan kita sudah ku anggap selesai."

Ryuka menegakan kepalanya, dia mendadak lemas ... rasanya seperti tidak bertulang, padahal Rifky hanyalah suami di atas kertas, tapi kenapa rasanya akan seperti ini.

"Bb-bbbaik pak." Sahut Ryuka dengan bibir gemetar.

"Mari, aku bantu menyiapkan semua barang-barangmu." Ajak Rifky pada Ryuka.

Alea masih saja tidak terima dengan ajakan Rifky pada Ryuka untuk membantu menyiapkan barang-barang.

"Kamu disini saja Rif!" Protes Ryuka dengan suara membentak, tapi Rifky sama sekali tidak menggubrisnya.

"Sshuttt Alea! kontrol emosimu, yang terpenting Rifky sudah menceraikan Ryuka." Kata Hana menenangkan.

"Iya kak, mungkin Kak Rifky harus mengawasi barang-barang di dalam kamarnya, siapa tau barang berharga nya nanti di curi dan di masukan ke dalam koper oleh wanita itu." Kata Anggita.

.

.

*Dikamar.

Ryuka berjalan lebih dulu, rasanya sudah tidak perlu lagi untuk memberi hormat dan bersikap sopan pada Rifky, karena semua kesepakatan telah selesai.

Rifky hanya diam mematung saat Ryuka memasukan barang-barangnya ke dalam koper, tapi satupun dia tidak membawa baju yang sebelumnya memang sudah Rifky siapkan untuknya.

Setelah semuanya selesai.

Alea sudah siap dengan kopernya, dan berjalan menuju pintu kamar untuk segara keluar.

"Ryuka, ini ... " Rifky memperlihatkan ponselnya, dan tertera bukti bahwa dia sudah mentransfer sejumlah 100 juta untuk Alea.

"Sebagai tanda terimakasih." Tambahnya.

"Sebenarnya tidak perlu pak, tapi karena sudah terlanjur di transfer, baiklah saya terima." Ucap Ryuka dengan senyum yang di paksakan.

"Hutang ayahmu sudah lunas, hiduplah dengan baik, jangan sakit, terimakasih sudah melayaniku selama ini, maaf jika sering membuatmu sakit hati."

Rifky mendekat, lalu menempelkan keningnya pada kening Ryuka, mereka sama-sama memejamkan mata, merasakan saat-saat terakhir bisa sedekat ini.

"Perlakukan istri dan anak bapak dengan baik, aku pamit." Kata Ryuka, air matanya menetes dengan cepat karena rasa haru.

"Jika aku tidak melakukan hal itu, mungkin kau akan —."

Belum selesai Rifky berbicara tapi suara teriakan Hana mengacaukan suasana.

"Ryuka! Tunggu apalagi! Lama sekali!" Teriak Hana dari luar kamar.

"A-aku pamit." Ryuka dengan cepat berjalan keluar kamar,dan Rifky hanya diam mematung menatap ke arah lain, dia tak sanggup melihat kepergian Ryuka yang sangat mendadak itu.

Ryuka melewati Hana, Alea dan juga Anggita tanpa berkata apapun, ketiganya tersenyum puas, begitu juga dengan Alea, walaupun wajahnya basah karena air mata, tapi senyum kemenangan tak bisa lagi dia sembunyikan.

 .

.

"Sayang ... " Alea mendekat pada Rifky yang saat ini sedang melamun di sofa kamarnya.

"Jangan mendekat!" Kata Rifky tanpa memandang wajah Alea sedikitpun.

Alea mundur dengan perlahan, "Baiklah sayang, mungkin kamu butuh waktu, oh ya mulai malam ini aku akan tinggal disini sampai hari pernikahan kita tiba."

"Aku tak peduli." Sahut Rifky.

"Kamu tau? Mama sangat senang dengan cucunya yang saat ini ada di dalam perutku."

"Keluar, sebelum aku menyakitimu!" Ancam Rifky.

"Iya iya, aku keluar." Akhirnya Alea menyerah setelah Rifky pertama kalinya bersikap ketus padanya.

.

.

Rifky masih berdiam diri merenungi kesalahan yang dia tak merasa melakukannya.

Aku harus melakukan tes DNA ketika anak itu lahir. Batin Rifky.

Perasaan kalut membuatnya tidak jadi untuk berangkat ke kantor hari ini, padahal sejak pagi perasaan nya sedang ceria, apalagi dengan Ryuka yang selalu sigap melayaninya.

***

Ryuka berada di dalam bis, tujuannya bukan rumah, melainkan tempat baru untuknya, Ryuka memilih untuk tinggal seorang diri dan menjauh dari orang tuanya untuk beberapa waktu.

Akan lebih baik seperti ini, lagipula mereka tahu aku di rumah Pak Rifky, mereka juga tidak pernah memperdulikan keberadaanku, lebih baik aku menenangkan diri dan memulai hidup baru sendirian.

Sambil memandang ke arah jendela bis, Ryuka mengingat awal pertemuan dengan Rifky sampai akhirnya dia bisa mengendalikan emosi pria itu.

Apakah Alea akan melayaninya dengan baik? Ah ... Untuk apa aku memikirkannya.

Sampai di sebuah penghujung kota, Ryuka pergi ke sebuah mesin ATM untuk menarik beberapa lembar uang guna keperluannya mencari sewa rumah dan membeli kebutuhan lainnya.

Setelah bertanya ke setiap sudut, ternyata ada kontrakan kosong dan harus masuk ke sebuah gang kecil untuk sampai kesana.

Selesai melihat-lihat ditemani dengan pemilik, Ryuka langsung mantap untuk tinggal di kontrakan ini dan memulai hidup barunya.

Sesekali aku akan mengunjungimu ibu, maafkan aku.