**Tidak ada adegan vulgar cinta sesama jenis disini ya***
Tawaran Menjadi istri kontrak seorang gay (Galeo davin) dengan Bayaran 1 Milyar untuk 1 tahun, membuat Resha Alea (Eca) langsung menyetujuinya, karena kebutuhan yang mendesak akibat hutang judi yang di wariskan oleh mendiang orang tuanya.
Setelah pernikahan, Eca selalu menyaksikan kebersamaan Leo dan teman dekat laki lakinya, Stavi yang bernama asli (Gustav Alvaro).
Seiring berjalannya waktu, Perlahan Leo berubah sedikit demi sedikit karena afirmasi dan perlakuan yang Eca berikan di setiap harinya.
(Novel ini ringan ya, jangan berharap konflik yang berat seberat beban hidup ... jangan!)
Yang suka silahkan lanjut baca, yang gak suka gak usah menggiring kebencian lewat kolom komentar, lebih baik di skip, okey?! ✨
Btw ini novel ke 3 author ya, makasih yang udah setia nemenin dari novel pertama, I love you so bad my readers 💜✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suapin
"Iya Del, boleh." Eca menyetujuinya, karena masakan pagi tadi masih banyak, jadi dia tidak perlu lagi memasak di sore hari, karena Leo tidak akan mempermasalahkan jika memakan menu yang sama dalam satu hari.
***
Stavi datang ke kantor Leo, dengan niatan mengajak makan siang, walaupun Leo selalu menolaknya, pria kemayu itu tidak gentar untuk selalu mencobanya.
Setelah beberapa step di lalui, akhirnya Stavi di izinkan masuk oleh Leo ke ruangannya.
"Ada apa lagi? Hm?" Tanya Leo yang menyilangkan kedua tangannya di hadapan Stavi.
"Keren banget penampilan kamu hari ini." Puji Stavi sambil berjalan mendekat pada Leo.
"Hey, stop! Ada perlu apa datang kesini?" Ucap Leo menghentikan langkah Stavi.
"Makan siang yuk, aku yang traktir."
"udah berapa kali gue bilang sama lo, kalau gue gak selalu minat makan siang di luar."
"Tapi dulu, kamu sering makan di luar bareng aku." Ucap Stavi dengan nada Yeng memelas.
"Sekarang, gue udah ada Eca yang membuatkan menu makanan setiap hari, gue membayarnya mahal dan kasih dia uang untuk berbelanja semua bahan, jadi buat apa gue makan siang di luar? Dan lagipula dia selalu membawakan ini." Leo mengangkat tas bekalnya di hadapan wajah Stavi.
"Dulu aku yang menyelamatkan kamu dari pria-pria gay jahat saat kamu mabuk di club, kalau tidak ada aku mungkin kamu sudah di lecehkan oleh mereka, tapi sekarang kamu selalu memperlakukan aku seperti ini? Seperti tidak di anggap, aku sedih Leo." Lirih Stavi
"Bukannya gue udah kirim sejumlah uang setelah kejadian itu? Lalu, lo masih mengharapkan apa lagi dari gue?"
"Kamu dulu pernah bilang bahwa ada ketertarikan lebih saat dekat denganku, apa salah jika aku mengharap kita untuk bisa bersama?"
"Itu dulu, sekarang engga... Gue nggak mau melawan ketentuan Tuhan, Pria harus berpasangan dengan wanita. Gue harap lo ngerti dan bisa ikut berubah bareng gue."
Stavi duduk di sofa dan merenung, sedangkan Leo membuka kotak bekalnya dan duduk berjauhan dengan Stavi.
Betapa terkejutnya saat dia melihat kotak bekalnya hanya berisi nasi dan air minum saja, tanpa lauk apapun. Rupanya Eca lupa menyiapkan lauk nya tadi pagi, karena masakannya baru matang dan masih panas.
Stavi menahan tawanya saat melihat bekal Leo yang di buka di atas meja. "Kamu diet atau gimana?" Ucapnya dengan nada meledek.
Gantungan kunci, sialan! Dari pagi emang mancing emosi gue terus.
Leo langsung menelpon si pembuat ulah itu.
Eca : Apaaan?
Leo : Apa-apaan lo bawain bekal gue cuman nasi sama air putih? Kurang waras lo?"
Eca : Hah? Kok bisa? Yaampun ... aku lupa berarti.
Leo : Gue gak mau tau ya, bawain lauk yang tadi pagi ke kantor gue, gue gak peduli lo lagi ada kelas atau ada di ujung dunia sekalipun, gue mau lo datang bawain makanan yang gue minta. Sekarang juga!
Eca : Iya iya tungguin, kirimin alamat kantornya.
Leo menutup telponnya dengan rasa kesal yang sudah naik sampai ubun-ubun.
Bisa saja pria itu menyuruh Oscar yang mengambil ke apartemen, tapi di ingin mengerjai Eca karena emosi pada istrinya itu sudah tumpah tumpah sejak kemarin.
.
.
Di kampus Eca.
"Adel, maaf banget aku ada urusan yang urgent banget, aku batal anter kamu ya, bye .. Aku duluan."
Adel tidak sempat menjawab, karena Eca langsung berlari meninggalkannya, Eca mengejar bus yang akan datang di halte kampusnya, agar bisa secepat Sampai.
Jalanan sangat padat hari itu, Eca sudah berkeringat dingin di dalam bus ber AC itu, Eca sudah membayangkan kemarahan Leo seperti apa, dan kali ini dia tidak bisa berlari untuk menghindar, malah dia harus mehampiri suaminya itu dan harus menerima apapun yang akan di lakukan Leo padanya.
"Duh macet lagi, kak Leo kalau udah laper banget pasti ngoceh nih." Gumamnya sambil melihat jalanan.
40 menit kemudian Eca sudah sampai di apartemen, biasanya hanya 20 menit waktu yang di butuhkan jika jalanan lancar.
Eca bergegas memasukan lauk tadi pagi ke dalam box makanan, dan langsung berlari ke arah lobby, rupanya dia memesan ojek online, agar bisa lebih cepat sampai ke kantor Leo.
Total 1 jam lebih Leo menunggu, sambil mengerjakan pekerjaan di meja kerjanya, sedangkan Stavi entah apa yang di mau, pria kemayu itu masih duduk sambil memainkan ponselnya, Leo pun tidak menganggapnya sama sekali.
Eca sedikit kebingungan, saat sampai di kantor Leo.
Akhirnya dia bertanya pada salah satu staff kebersihan, dan akhirnya dia mengetahui caranya untuk bisa bertemu Leo dengan datang ke bagian informasi.
"Dengan mbak siapa?" Tanya bagian informasi.
"Resha."
Setelah bagian informasi itu berbicara lewat telpon, akhirnya Eca di beri tahu harus datang ke lantai berapa, karena Leo suda. Mengizinkannya untuk masuk.
"Ribet banget mau ketemu Kak Leo doang." gumam Eca di dalam lift.
Sampai di depan pintu ruangan Leo, Eca mengetuk pintu dengan segenap keberanian dalam dirinya.
Tidak ada jawaban terdengar dan Eca memutuskan untuk masuk saja, untuk mempersingkat waktu.
"Kak ..." panggil Eca.
Leo datang menghampirinya dan langsung menjewer sebelah kuping Eca, "Mau lari kemana lo hah?" Ucap Leo dengan kedua gigi yang di rapatkan, Leo sangat kesal pada wanita satu ini.
Stavi yang melihat itu, langsung merapatkan bibirnya dan menahan tawa.
"Duduk." titah Leo pada Eca, lalu melepaskan jewerannya.
"Maaf." Ucap wanita itu sambil menunduk malu, karena ada Stavi disitu.
"Gak usah banyak omong, cacing di perut gue udah konser ... cepet siapin makanan."
Eca hendak membuka tas bekal untuk menyiapkan semuanya, "Stop! Cuci tangan dulu ...." Titan Leo.
"Cuci tangan?"
"Iyalah, tangan lo kotor abis dari jalanan."
Eca melepaskan tas nya, "Dimana toiletnya?"
"Di lantai 5, jangan pakai toilet di lantai ini ... Khusus buat gue, gue gak mau di campuri sama orang." Bohong Leo padahal semua staff boleh menggunakan toilet manapun.
"Kalau gue sih boleh ya, barusan abis dari toilet di lantai ini." Ucap Stavi dengan gaya genitnya.
Leo menatap Stavi tajam, karena perkataan pria kemayu itu membuat Eca menganggap bahwa Leo mengistimewakan Stavi.
"Gak usah percaya sama perkataan dia." Ucap Leo pada Eca.
"Aku gak peduli juga, yaudah aku ke toilet dulu." Sahut Eca pada Leo.
Liat aja, habis cuci tangan nanti aku mau pegang-pegang benda yang sering orang pegang, biar kumannya nempel lagi. Omel Eca dalam hatinya, padahal dia tidak sungguh-sungguh melakukannya.
.
.
"kejam banget sama istri, jadi puas deh aku liatnya." Ucap Stavi pada Leo sambil tertawa.
"Gak ada hubungannya sama lo." Sahut Leo.
"Ya Gpp yang penting aku puas liatnya, hahaha."
"Stress lo." Ucap Leo pada Stavi.
Beberapa saat setelahnya, Eca kembali dengan tangan yang masih basah.
Eca mendekat pada Leo dengan tatapan jahilnya, "Gak ada tissue di toilet, lap nya pake baju kamu aja." Sambil menempelkan tangannya yang basah di kemeja kerja Leo.
"Argh!!! Apa-apaan sih, baju gue jadi lembab begini ! Tissue ada tuh di meja! Depan biji mata lo. Emang dasar lo nya aja yang dendam sama gue." Bentak Leo.
Eca hanya tersenyum mendengar ocehan Leo, wanita itu duduk dengan santainya dan lanjut menyiapkan makanan yang akan di santap.
"Tuh ... " Eca menggeser kotak bekal yang sudah lengkap dengan lauknya.
"Suapin." Ucap Leo.