Ikhlas ... bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan, namun terkadang kita dipaksa untuk menerapkan nya oleh keadaan.
Bellona Ghelsi, memaksa dirinya untuk menelan semua kenyataan pahit dalam hidupnya. Kenyataan bahwa Logan sang suami yang amat ia kagumi sebelumnya, ternyata memiliki hubungan spesial dengan Bella yang merupakan saudaranya sendiri.
Kisah masa lalu Logan dan Bella yang tak diketahui oleh Lona, membuat gadis itu merasa sangat menyesal karena harus hadir diantara mereka.
Melepaskan ..., itulah pilihan Lona! ia ingin kembali membuat jalan kehidupan nya sendiri tanpa hadirnya seorang pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My Way-11
Bellona Ghelsi nampak menyusuri jalanan asri kota Wollongong yang cukup sepi sore itu, suasana daerah yang dikelilingi oleh pantai nan indah dengan suara deru ombak serta kencang nya angin yang menerpa wajah nya, nampak membuat Lona tersenyum.
Terhenti di depan sebuah penginapan, Lona mendongakkan kepala dan memperhatikan sebuah gedung penginapan dihadapan nya.
Semoga saja tidak terlalu mahal, aku harus bisa berhemat hingga diriku mendapatkan pekerjaan.
Rasa lelahnya membuat Bellona Ghelsi akhirnya memutuskan untuk beristirahat di sebuah penginapan untuk semalam.
"Apa boleh buat! aaaaaghhh! aku senang dengan petualangan ini!" Lona melempar tubuhnya di atas ranjang dan berguling ke kanan juga ke kiri.
Tak ada yang mengenaliku disini, aku akan memulai hidup baru seorang diri ..., mari kita bekerja keras Ghelsi! demi dirimu dan masa depan kita.
Berbaring malas karena rasa letihnya, gadis cantik nan manis itu terlihat menebar pandangan pada layar ponsel yang ia raih.
"Bhubin? dia menghubungi ku?"
"I'll killled you!"
"Hey tenanglah Nona! aku sungguh minta maaf karena tak bisa menjemput mu tepat waktu sebelumnya!" suara dari seberang nampak renyah dengan tawa.
"Terserah! tapi aku butuh pekerjaan! dan juga tempat tinggal! bisa kau usahakan secepatnya?" Lona kembali berujar ketus sembari menyematkan nikotin pada bibirnya.
"It's okay! aku akan mengatur semuanya untuk mu Nona Ghelsi! kita bertemu besok pagi! bagaimana?"
"Blue Sea Hotel!"
"Tidak! tidak Nona Ghelsi! aku akan memberikan alamat nya nanti!"
"Apa maksudmu Bhubin?"
"Pekerjaan! kau pasti segera mendapatkan pekerjaan!"
"Secepat itukah?" Bellona berucap singkat sembari mengepulkan asap nikotin.
"Tentu saja sweetie! aku tahu alasan mu kemari!"
"Alasan ku? apa maksudmu?"
"Haaaaaaghh! lebih baik kita bertemu saja besok!"
Sambungan terputus,
Bellona mengalihkan pandangan, ia melangkah mendekati tirai kamar hotel. Lagi-lagi pemandangan city light membuat nya menghela nafas dalam.
Kakek! apa dia juga akan memarahi ku jika kakek mendengar berita sampah yang mungkin akan segera beredar di media.
*****
Malam itu Benedict duduk terdiam sembari terus memperhatikan seorang pria yang tak kunjung berhenti menenggak minuman beralkohol di sebuah elite bar.
Tak berselang lama, pupil mata Benedict nampak membesar saat mendapati seorang wanita yang nampak mendekati mantan kakak iparnya dengan raut wajah panik.
"Logan! tolong hentikan! lebih baik kita kembali ke apartemen ku sekarang!"
"Pergi!!! siapa kau?"
"Lo! ini aku Bella!"
"A-apa? kau? pergilah dari hadapan ku! kau menghancurkan semuanya! kau yang membuat istri ku pergi dariku!" Logan meracau karena alkohol telah menguasai dirinya, pria itupun akhirnya jatuh terjerembab dan membuat beberapa orang terkesiap untuk menolongnya.
Ada apa ini? ada hubungan apa Bella dengan Logan? apakah ini hanya kebetulan?
Alis Benedict tampak menukik tajam, tatapannya tak lepas dari sosok wanita yang ia sayangi yang kini tampak kepayahan dalam memapah tubuh sang mantan kakak ipar.
Tunggu, apa mereka?
Tidak! itu tidak mungkin, Lona bahkan telah mengatakan bahwa dia membual.
Benedict menggelengkan kepalanya perlahan, pria itu terlihat menikmati mocktail dengan segala pikiran kusutnya.
Satu setengah jam berlalu,
Benedict tiba di kediaman kedua orangtuanya, ia juga nampak celingukan memperhatikan area garasi.
"Apa Tuan Muda mencari sesuatu?" seorang pelayan laki-laki di tempat itu nampak menegur dengan ramah.
"Eeh-, apa Bella sudah kembali?"
"Belum Tuan Muda! sepertinya Nona memiliki pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan! Nona baru saja pergi sekitar satu jam yang lalu."
"Ehmm! baiklah! terima kasih!"
Memasuki kediamannya, langkah Benedict kembali terhenti saat melihat Nyonya Freya yang masih diam mematung sembari menatap ke arah luar jendela.
"Mom ..., kenapa belum beristirahat?"
Mendengar suara lembut Benedict, Nyonya Freya perlahan menoleh pada sang putra.
"Apa kau tak akan lagi mencari keberadaan Bellona, Ben? mom sungguh merindukan nya,"
"Mom ...,"
"Lona sedang tidak baik-baik saja Benedict! tatapan matanya, suaranya yang lirih, itu sama sekali bukan kepribadian Bellona, Ben! tolong cari Bellona, demi diriku Nak!" buliran air mata kembali membasahi pipi wanita paruh baya yang kini tampak begitu menyedihkan dihadapan Benedict.
"Mom, tolong dengarkan aku. Bellona mungkin hanya butuh waktu untuk sendiri saat ini! percayalah! perkataan daddy itu sama sekali tidak serius! aku yakin Lona tak akan memasukkan hal itu ke hati! dia gadis yang cukup pemaaf! apa mom lupa? meskipun kami sering bertengkar! tapi ujung-ujungnya aku dan Lona akan tetap berbicara serta tertawa bersama, bahkan kami membahas hal-hal konyol di keesokan harinya."
Benedict berucap lembut, ia juga menggenggam jemari sang ibu demi menenangkan perasaan Nyonya Freya dengan tatapan yang begitu tulus.
Tuhan! tolong lindungi lah putri ku, apapun yang terjadi! jangan biarkan putri ku berada dalam kesulitan.