Dicerai saat jahitan bekas operasi sesar belum kering, Yunda juga mendapat penolakan dari keluarganya karena malu memiliki anak seorang janda.
Yunda pun pergi dari kotanya dan pindah ke kota besar. Berbekal ijasah S1, Yunda pun mencari pekerjaan di kota besar. Yunda pun bertemu dengan Gandhi, pria beristri yang ternyata adalah bos-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDKDSO BAB 23
Ibu yang menggendong anaknya yang Gandhi lihat adalah Yunda.
Sesampainya di stasiun, tanpa tau tujuan mau kemana dan hanya bermodal alamat kos-kosan yang ia temukan di internet, dan bertanya pada orang sekitar angkutan umum mana yang harus Yunda naiki untuk pergi ke alamat itu, Yunda pun pergi ke alamat kos-kosan itu dengan menggunakan angkutan umum yang di tunjuk orang sekitar yang tadi ia tanya.
Sayangnya mobil angkutan umum itu membawa Yunda sampai di terminal. Sesampainya di terminal, karena tak ingin nyasar lagi, Yunda terpaksa naik taksi konvensional. Yunda tidak punya aplikasi taksi online di ponselnya, sekalipun mengunduh, Yunda masih belum mengerti bagaimana cara memakainya.
Supir taksi pun mengantar Yunda di alamat yang tertera, tapi sayangnya alamat itu bukan sebuah kos-kosan melainkan bar.
Padahal sebenarnya, kos-kosan itu ada di belakang bar, dan jalan untuk menuju ke kos-kosan itu melalui gang kecil yang ada samping bar. Tapi Yunda tidak tau soal itu, karena tidak ada keterangan soal itu.
Karena bayi Yunda yang sudah kehausan, terpaksa Yunda turun di bar itu untuk meminta air panas dan menyuruh supir taksi pergi dan tidak menunggunya.
Cukup lama Yunda ada di belakang bar sambil celingak-celinguk berharap ada pelayan bar yang keluar dari belakang. Tapi sayangnya sudah hampir sepuluh menit Yunda menunggu, tidak ada satupun pelayan atau karyawan bar yang keluar.
Karena pelayan tak kunjung keluar sementara bayi-nya terus menangis, Yunda pun meletakkan sejenak bayi-nya di lantai dan berencana masuk ke dalam, Yunda tidak berani membawa bayinya masuk karena suara musik didalam bar sangat keras selain itu Yunda juga tidak mau sampai suara tangis bayi-nya mengganggu pengunjung yang lain.
Tapi baru juga Yunda beberapa langkah meninggalkan bayinya, tiba-tiba saja seseorang menahan tangan Yunda.
Siapa lagi kalau bukan Gandhi.
Gandhi yang sejak tadi memperhatikan Yunda dari kejauhan salah paham dengan apa yang ingin Yunda lakukan, Gandhi pikir, Yunda ingin meninggalkan bayinya di sana dan masuk ke dalam berpura-pura sebagai pengunjung untuk menghilangkan jejak.
"Ketangkap kamu!" ucap Gandhi.
"Ketangkap apa? Salah saya apa, Pak?" tanya Yunda dengan ekspresi kaget, bingung dan takut.
"Kamu mau ninggalin bayi kamu kan disini? Terus masuk ke dalam pura-pura jadi pengunjung, terus teriak-teriak, ada bayi, ada bayi, iya kan?" tuduh Gandhi.
"Bapak ngomong apa sih! Orang saya mau masuk ke dalam mau minta air panas, ini saya bawa termos. Anak saya haus Pak, saya mau bikin susu tapi air panas saya habis." jawab Yunda.
"Terus kenapa bayi kamu, kamu tinggal disini?" tanya Gandhi.
"Musik di dalam terlalu kencang, Pak, saya takut nanti anak saya kaget-kaget dengarnya. Bapak pernah denger kan ada bayi yang meninggal karena bunyi petasan, nah saya gak mau anak saya sampe seperti itu, selain itu saya juga takut suara tangisan anak saya mengganggu pengunjung yang lain." jawab Yunda dengan wajah polosnya.
Ini perempuan kok polos banget sih. Gumam Gandhi dalam hati.
"Sini termoanya, biar saya aja yang minta air panas ke dalam, kamu tunggu disini aja." ucap Gandhi sambil mengambil termos kecil yang ada di tangan Yunda lalu masuk ke dalam bar.
Setelah Gandhi masuk, Yunda pun mengangkat bayinya dari lantai dan kembali menggendongnya dan berusaha menenangkannya.
Tak sampai sepuluh menit, Gandhi pun keluar dengan termos yang sudah terisi air panas.
"Ini. Lain kali, jangan tinggalin anak kayak tadi. Orang lain bisa salah paham. Syukur-syukur kalau yang lihat itu orang baik kayak saya, kalau orang jahat gimana, bisa di culik anak kamu!" Gandhi menasehati Yunda sambil memberikan termos.
"Iya Pak, terimakasih." balas Yunda.
"Saya permisi dulu." pamit Yunda lalu cepat-cepat pergi dari hadapan Gandhi dan kembali ke pos satpam, dimana susu formula ada di tas yang ia tinggalkan di pos satpam.
Setelah Yunda pergi, entah kenapa rasa penasaran Gandhi belum juga hilang. Gandhi kembali mengikuti Yunda sampai ke pos satpam dan memperhatikan Yunda yang ingin membuatkan susu untuk bayinya.
💋💋💋
Bersambung...
jadi oon terus...