SAYANG

Hari itu juga Erlan mengganti semua kerugian yang di alami wanita tua pemilik rumah yang di sewa oleh Lena. Selain itu, Erlan juga membangunkan kembali seperti semula tanpa sedikitpun memberatkan biaya pada wanita tua itu. Erlan juga bertanggung jawab atas kerugian yang di alami oleh dua tetangga kontrakan Lena. Pria itu melakukan semuanya dengan sempurna tanpa meninggalkan kerugian sepeserpun. Semua itu tentu saja Erlan lakukan agar Lena tidak merasa terbebani. Erlan ingin Lena merasa tenang berada di sampingnya.

Satu minggu berlalu. Selama seminggu itu pula Lena tinggal dengan Erlan. Lena bahkan tidur berdua dengan Erlan karena memang itu permintaan yang Erlan ajukan padanya. Namun selama seminggu Erlan juga sama sekali tidak melakukan apapun pada Lena. Meski mereka berdua memang tidur satu ranjang, namun Erlan tidak menyentuh Lena dan hanya memeluknya saja yang tentu tidak bisa Lena tolak.

“Sayang, untuk acara pernikahan kita kamu tidak perlu memikirkan apapun. Aku sudah mengatur semuanya.”

Lena berhenti mengunyah makanan dalam mulutnya. Gadis itu tidak menyangka jika dirinya akan benar benar menikah dengan Erlan. Padahal Lena pikir Erlan sudah tidak lagi mengingat hal itu.

“Erlan tapi..”

“Ssshhtt.. Kamu hanya harus nyaman berada di sampingku Lena. Kalau memang ada yang membuat kamu merasa tidak nyaman, kamu bisa katakan sama aku.” Sela Erlan yang tidak ingin apapun yang dia katakan di bantah oleh Lena.

Lena menghela napas. Erlan sudah banyak melakukan segala hal untuknya. Pria itu bahkan melakukannya tanpa syarat. Hal itu membuat Lena merasa tidak enak jika harus menolak atau membantah apa yang Erlan katakan.

“Hem.. Baiklah Erlan. Terimakasih..” Senyum tipis Lena menganggukkan kepalanya. Lena sudah tidak punya lagi alasan untuk menolak. Hidupnya sebatang kara dan tidak lagi punya apa apa. Kalaupun memang perjalanan hidupnya nanti akan berakhir di tangan Erlan, Lena hanya bisa pasrah saja.

“Tidak perlu berterimakasih sayang.. Ke depannya tolong jangan berterimakasih seolah kamu banyak berhutang padaku. Aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintai kamu. Ingat selalu itu sayang.”

Lena hanya tersenyum saja. Meski hatinya masih ragu, tapi Lena juga tidak punya pilihan lain. Lena hanya bisa berharap semoga Erlan memang pria yang baik untuknya.

“Nanti sore aku harus pergi ke luar negeri. Mungkin besok lusa aku baru bisa pulang. Kamu tetaplah dirumah. Kalau memang kamu jenuh dan ingin jalan jalan kamu bisa minta tolong body guard untuk mengantar kemanapun kamu mau.”

Sekali lagi Lena menganggukkan kepalanya mengiyakan saja apa yang Erlan katakan. Di sisi lain Lena juga merasa lega mendengar Erlan akan pergi ke luar negeri. Karena itu artinya Lena memiliki kesempatan untuk sendiri dan memikirkan keputusan yang sudah di ambilnya dengan tenang.

------------

“Apa apaan ini?!”

Alex membanting dengan marah undangan pernikahan yang di kirim Erlan padanya. Itu adalah undangan pernikahan antara Erlan dan Lena yang memang sudah mulai di sebar. Semua rekan bisnis memang Erlan undang semua termasuk Alex yang juga adalah rekan bisnis lawasnya.

Sherin yang memang sengaja datang dari rumah untuk menemui Alex hanya bisa diam saja. Sherin sendiri tidak menyangka jika Lena akan mengambil keputusan secepat itu. Memang apa yang dirinya dan Alex lakukan sangat sulit untuk di maafkan. Tapi menurut Sherin jika Lena mengambil keputusan begitu saja untuk menikah dengan Erlan itu benar benar sangat mengejutkan.

“Aku harus menemui Lena sekarang.” Gumam Alex kemudian.

“Tapi Lena sudah tidak tinggal lagi di rumah kontrakannya Alex. Rumah itu hangus terbakar seminggu yang lalu. Dan sekarang Lena entah pergi kemana.”

Kedua mata Alex membulat mendengarnya. Terlalu sibuk selama seminggu ini membuatnya tidak sempat untuk menemui Lena. Alex bahkan tidak tau apa yang terjadi pada Lena. Pria itu hanya berpikir simpel yaitu akan kembali membujuk Lena nanti agar Lena mau memaafkannya kemudian kembali lagi dengannya.

“Apa?” Gumam Alex terkejut.

Sherin hanya diam saja. Sherin sendiri tidak tau dimana Lena sekarang.

“Erlan.. Pasti dia yang membawa Lena pergi. Dia sengaja menyembunyikan Lena dariku.” Amarah Alex memuncak mengingat perdebatan sengitnya dengan Erlan sebelum dirinya di sibukkan dengan pekerjaan yang membuatnya tidak sempat untuk menemui Lena. Alex benar benar tidak bisa begitu saja menerima kenyataan Lena akan menikah dengan Erlan. Tentu saja karena Alex masih sangat mencintai Lena dan masih berharap Lena mau kembali lagi dengannya terlepas dari segala apa yang sudah di lakukannya dengan Sherin dan wanita lainnya di belakang Lena.

“Aku rasa akan sangat egois kalau kamu tetap bersikeras untuk Lena tetap ada disamping kamu Alex. Yang kita lakukan sudah sangat fatal. Dan Lena.. Dia sudah melihat semuanya bukan? Wajar kalau Lena merasa sangat kecewa dan marah pada kita berdua.” Sherin berpendapat. Karena Sherin sendiri juga tidak mau kalau sampai Alex kembali bersama dengan Lena. Sherin ingin Alex tetap bertahan dengannya dan melupakan Lena yang memang sudah tidak mau lagi kembali bersama dengan Alex. Lena bahkan langsung memutuskan menikah dengan Erlan setelah di khianati. Orang yang sangat Sherin yakini tidak Lena kenal dengan baik.

Alex melirik tajam pada Sherin yang berdiri di depan meja kerjanya. Alex merasa sangat tidak suka dengan apa yang Sherin katakan.

“Apa maksud kamu Sherin?” Tanya Alex dengan nada penuh penekanan.

Sherin terdiam sesaat. Dia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan seolah sedang menyiapkan diri untuk mengatakan sesuatu pada Alex.

“Aku.. Aku hamil Alex. Hamil anak kamu. Aku mau kamu merelakan Lena dengan tuan Harrison. Aku mau kamu menikahi aku. Aku nggak mau jika sampai anak yang aku kandung lahir tanpa sosok ayah.”

Alex kembali terkejut mendengar apa yang Sherin katakan. Pria itu kemudian tertawa dan menggelengkan kepalanya seolah apa yang Sherin katakan dengan serius itu adalah sebuah lelucon yang menggelikan.

“Jangan bercanda kamu Sherin. Aku selalu menyuruh kamu untuk meminum pil sebelum kita melakukan itu. Kamu tidak mungkin hamil.” Alex menolak dan tidak percaya dengan apa yang Sherin beritahukan padanya.

“Ya.. Kamu memang selalu menyuruhku. Tapi maaf Alex, aku tidak benar benar melakukannya. Aku sudah hamil dua menuju bulan ke tiga. Dan sekarang aku minta pertanggung jawaban dari kamu.”

Alex tersenyum sinis. Dirinya tidak pernah serius menjalin hubungan dengan Sherin. Alex melakukannya hanya untuk menyalurkan hasratnya juga mencari sensasi lain dalam berhubungan. Alex tidak pernah berniat untuk mempertahankan Sherin. Karena yang Alex mau hanya Lena, bukan Sherin ataupun wanita wanita diluar sana yang selalu pandai melayaninya.

“Persetan dengan kehamilan kamu Alex. Aku tidak mau tau. Gugurkan kandungan itu. Karena sampai kapanpun aku akan tetap mengejar Lena.” Tegas Alex yang kemudian berlalu begitu saja melewati Sherin.

Sherin menggelengkan kepalanya tidak menyangka dengan apa yang Alex katakan. Padahal Sherin pikir Alex akan luluh jika dirinya memberitahu tentang janin dalam kandungannya sekarang.