Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sepertinya itulah pribahasa yang cocok menggambarkan seorang gadis cantik bernama Emila. Setelah hubungannya kandas karena kehadiran orang kedua, kini ia harus merasakan menjadi yang kedua pula untuk seorang pria yang sudah beristri karena mengandung anak dari pria itu setelah melewati malam panas dan ia dinyatakan mengandung.
Penawaran pernikahan sebagai bentuk tanggung jawab dari pria yang sudah menanamkan benih di rahimnya membuat Emila tak bisa menolak karena tidak ingin membuat ibunya malu dan akhirnya mendapatkan perlakuan buruk dari orang sekitarnya.
Bagaimana nasib Emila selanjutnya setelah menikah menjadi yang kedua sedangkan istri pertama pria tersebut tidak mengetahui pernikahan diam-diam mereka? Apakah istri pertama pria itu akan bersikap baik pada Emila atau justru sebaliknya setelah kebenaran itu terungkap mengingat istri pertama dari pria itu dinyatakan sulit memiliki seorang anak?
Yuk ikuti kisah Emila dan Arkana di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali bekerja
Keesokan harinya, Emila yang baru saja terbangun dari tidurnya merasakan mual yang teramat dari dalam perutnya. Hal ini sudah hampir biasa Emila rasakan setiap pagi selama satu minggu belakangan ini. Efek muntah-muntah di pagi hari membuat tubuh Emila terasa lemas. Untung saja Bu Asma dengan sigap memberikan minuman hangat pada putrinya untuk mengembalikan stamina putrinya kembali.
"Jika tidak sanggup untuk bekerja tidak usah masuk bekerja dulu hari ini, Nak." Ucap Bu Asma lembut pada Emila.
Emila menggelengkan kepalanya. "Tidak, Ma. Emila akan berangkat bekerja hari ini. Sudah cukup lama Mila mengambil cuti. Tidak enak pada Bu Selvy karena kemarin sudah berjanji akan masuk bekerja hari ini." Jawab Emila.
"Tapi kondisimu masih lemah, Nak." Bu Asma memberikan pengertian.
Emila kembali menggeleng. "Sekarang sudah mulai baikan, Ma. Mama doakan saja ya agar Mila kuat bekerja hari ini." Pinta Emila.
Bu Asma terpaksa mengiyakannya. Sebelum mengantarkan putrinya bekerja sampai ke depan rumah, Bu Asma memberikan bekal makanan pada putrinya. "Makanannya dimakan, ya. Ingat jangan makan yang sembarangan dulu." Pesan Bu Asma.
"Baik, Ma." Jawab Emila seraya tersenyum.
Bu Asma ikut tersenyum lalu menyalimi Emila yang hendak naik ke motornya.
"Berangkat dulu, Ma." Ucap Emila lalu melajukan motornya setelah mendapatkan jawaban dari Bu Asma.
"Mila, semoga kau baik-baik saja, Nak." Ucap Bu Asma penuh harap. Melihat kondisi putrinya saat ini yang sedang hamil muda dan tetap memaksa untuk tetap bekerja membuat Bu Asma memutar otak bagaimana caranya agar dirinya bisa membantu Emila mencari uang agar putrinya tak lagi bekerja.
"Sepertinya aku harus bergerak cepat untuk Emila dan cucuku." Ucap Bu Asma setelah berpikir cukup lama.
*
Dua puluh menit lebih berkendara menggunakan motor, akhirnya Emila pun sampai di toko pakaian milik Bu Selvy.
Kedatangan Emila pagi itu disambut dengan senyuman merekah di wajah Dessy yang sejak tadi sudah menunggu kedatangan Emila.
"Akhirnya kau datang juga." Ucap Dessy seraya tersenyum.
"Apa kau menunggu kedatanganku?" Tanya Emila.
Kepala Dessy mengangguk. "Apa kau sudah baik-baik saja? Maaf kemarin aku tidak bisa menjenguk karena selalu mendapat sift sore." Sesal Dessy.
"Tak apa. Lagi pula aku hanya sakit tiga hari saja." Jawab Emila.
Dessy tersenyum seraya mengangguk. Dessy pun meraih tangan Emila dan mengajaknya masuk ke dalam toko.
"Jika tubuhmu masih kurang fit bilang saja, ya. Aku akan membantu pekerjaanmu." Ucap Dessy pada Emila saat mereka sudah berada di dalam ruangan khusus karyawan.
"Tidak perlu repot begitu. Aku sudah baik-baik saja." Jawab Emila seraya tersenyum.
"Apa kau yakin?" Dessy kembali bertanya. Ia nampak tak yakin karena wajah Emila masih nampak sedikit pucat.
"Ya, tentu saja." Emila kembali menunjukkan senyuman di wajahnya untuk meyakinkan Dessy.
Jam masuk bekerja sudah dimulai. Emila nampak sudah mulai disibukkan mengerjakan pekerjaannya dari mulai menyapu hingga mengelap kaca toko. Selama mengerjakan tugasnya Emila selalu berucap dalam hati untuk janinnya agar tidak rewel di dalam sana.
Arkana yang kebetulan pagi itu diminta mengantarkan Bu Selvy pergi ke toko miliknya pun tak sengaja melihat wajah Emila yang nampak fokus mengelap kaca toko tanpa menyadari jika dirinya kini sedang ditatap olehnya.
"Arkana, kau sedang melihat apa?" Tanya Bu Selvy menegur putranya yang hanya diam saat diajak bicara olehnya.
***