NovelToon NovelToon
KETAHUAN SELINGKUH (Maafkan Aku!)

KETAHUAN SELINGKUH (Maafkan Aku!)

Status: tamat
Genre:Romantis / Patahhati / Tamat
Popularitas:316.8k
Nilai: 4.8
Nama Author: Betti Cahaya

Dewangga tidak menyangka, perselingkuhan yang akan dia akhiri justru telah terendus oleh sang istri, Maira.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Betti Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertengkar Dengan Maira

"Lepasin dia, seenggaknya kamu masih punya harga diri."

"Buat apa harga diri kalo ujung-ujungnya Maira harus lepas, harusnya ibu dukung dan bantu aku buat bujuk Maira!" tolakku.

"Ibu ragu Maira bisa maafin kamu, cuma itu!" ucap ibu pesimis. Aku yakin banyak yang ingin coba ibu sampaikan padaku, namun hanya kalimat pendek yang keluar darinya.

"Aku yang bodoh, Bu. Udah sia-siain Maira selama ini," sesalku.

"Ibu berharap yang terbaik, sekali pun kamu harus jadi duda!" ucap ibu sebelum pergi meninggalkanku sendiri.

Rupanya mreka semua meremehkanku, meragukan kesungguhanku untuk berubah.

Kususul Maira ke kamar. Bicaranya Maira sudah memecah kebuntuanku. Aku yakin Maira akan kembali.

Aku tahu betul alasan Maira tetap menerimaku kembali meski berkali-kali sudah kukhianati. Dia adalah wanita yang lebih memilih suaminya selingkuh dari pada meninggal.

Saat itu tetangga kami baru saja meninggal karena kecelakaan, anaknya masih kecil dan usia istrinya sebaya dengan Maira. Aku ingat bagaimana wanita itu menangis meraung dan menyalahkan takdir. Beberapa bulan kemudian kabarnya dia harus dirawat di rumah sakit jiwa karena tidak kuat menahan derita atas kepergian suaminya.

Peristiwa ini sangat mengubah Maira yang baru saja melahirkan Luna saat itu. Maira yang cemburuan dan posesif mulai melonggar dan percaya padaku.

"Pah ... kamu tau nggak kewajiban utama kamu itu apa?" tanya Maira sembari memangku Luna yang masih merah.

"Menjadi suami dan ayah yang baik, yang setia, bertanggung jawab, yang bisa melindungi kalian, dan memimpin kalian, benarkan?" jawabku pada Maira.

"Bukan, Pah!" Maira tersenyum saat itu.

"Lho apa, dong?" tanyaku heran.

Maira menunduk, mencium bayi Luna, dan menitikkan air mata. Kemudian Maira tersenyum seraya mengangkat wajahnya, menatapku begitu dalam, hingga bisa kurasakan ketulusan hidup seorang Maira.

"Tetap hidup!" ucap Maira dengan jejak air mata kesungguhan di sudut netranya. Aku tidak paham.

"Papah harus jaga diri dan tetap hidup untuk kami," jawab Maira.

Hatiku bergetar hebat saat itu, aku paham maksud Maira. Aku juga bisa merasakan betapa Maira sangat bergantung padaku, hatinya, jiwanya, dan seluruh hidupannya.

"Janji ya, Pah. Utamakan keselamatan, mamah nggak mau kehilangan Papah!" pinta Maira, pancaran matanya menyiratkan ketakutan yang teramat sangat.

"Papah janji, Mah!"

Dasar buaya. Aku yang tahu kelemahan Maira justru bermain api. Aku tidak tahan dengan godaan, tapi seujung kuku pun cintaku pada Maira tidak pernah luntur. Aku hanya bermain-main, bersenang-senang, dan tugas utamaku untuk tetap pulang dalam keadaan hidup selalu kuutamakan.

Aku yang bodoh.

Aku menyesal.

Aku selalu yakin Maira akan memaafkanku, dan sehancur apa pun hatinya akan berhasil kubujuk dan kurayu kembali. Keluargaku tetap utuh meski Maira berdarah-darah. Dan aku siap mengemis ampun pada Maira asal dia tidak meninggalkanku.

Aku terlalu sombong, aku yakin Maira tidak akan berani mengucap kata pisah, itulah yang membuatku menggampangkan Maira dan meremehkannya. Hingga tatapan mata Maira kemarin membuatku sangat takut. Maira mengucapkan pisah tanpa gentar sedikit pun.

Lucunya, akulah yang ketakutan setengah mati pada ajakan pisah dari Maira, istri yang selama ini kuremehkan dan kugampangkan.

Bagaimana kuyakinkan pada Maira bahwa tidak ada yang serius dari perselingkuhanku selama ini? Aku hanya bermain.

Hati dan cintaku tetap padanya, wanita luar biasa yang mampu membuatku jatuh hati begitu dalam. Sepertinya aku sudah jatuh cinta lagi pada istriku sendiri, aku tergila-gila pada Maira sekarang. Aku sangat terobsesi padanya.

Kuketuk pintu kamar sebelum masuk, sebenarnya bisa saja kubuka tanpa permisi dahulu pada Maira, tapi aku hanya ingin dia melihat kalau aku sedikit berubah.

"Mah? Boleh papah masuk?" ucapku meminta ijin. Beberapa kali kucoba mengetuk dan tidak ada jawaban dari Maira. Akhirnya kuputuskan untuk masuk.

"Mah?" panggilku. Maira duduk di meja riasnya.

Aku mendekat padanya, dan melihat dari balik punggungnya Maira melepas cincin perkawinan milik kami dan menyimpannya dalam laci.

"Mah? Kenapa dilepas?" tanyaku panik.

Maira berbalik melihatku dengan tatapan yang menakutkan, tatapan tanpa takut akan kehilanganku. Ketakutan yang sudah berpindah ke dalam diriku.

"Papah minta maaf, Mah!" pintaku entah untuk yang keberapa kali.

Air mata lelaki adalah kejujuran, aku menangis untuk Maira karena aku bersungguh-sungguh padanya. Aku harap Maira tahu kalimat bijak itu, dan keadaan yang sama sedang berlaku padaku sekarang.

"Hentikan!" larang Maira.

"Mah ... papah nggak mau berhenti sebelum Mamah mau maafin papah!" rengekku, kali ini kuberanikan diri menggapai tangannya.

"Ibumu saja setuju, jadi mari kita bahas batasan masing-masing. Biar nanti kita nggak perlu ribut hak asuh anak atau pun harta gono gini di pengadilan," tutur Maira membuat harapanku menciut.

"Nggak! Bukan itu yang harus kita bicarakan! Sampai kapan pun papah nggak mau nyerein Mamah!" tolakku teguh pada pendirianku.

"Oh .. nggak papa, hakim yang akan menilai, dan memaksamu menalakku!" ucap Maira seraya mengibas tanganku dari tangannya.

"Mah! Papah cinta sama Mamah! Sampai kapan pun nggak akan ada yang bisa misahin kita! Bahkan hakim sekali pun!" seruku pada Maira.

Maira sedikit tersentak karena penolakanku yang keras. Aku harus terus berusaha. Pasti ada jalan selama Maira mau bicara.

"Cinta?!" cebik Maira meremehkan.

Jangan tersinggung, Dewa! Maira belum menyadari kesungguhanmu saja. Harus sabar!

"Jadi Mamah udah nggak cinta sama papah?" tanyaku bodoh.

Maira tertawa kecil, tawa yang tidak kusuka, kebiasaan baru Maira yang kubenci, karena bukan tawa seperti itu yang kurindukan darinya.

"Dengar Bapak Dewangga!"

"Maira yang bodoh karena cinta sama kamu, udah mati, udah nggak ada," ucap Maira dengan lembut namun mematikan. Membuatku patah hati. Namun aku tidak boleh menyerah.

"Aku yang bodoh, Mah! Tapi tolong kasih papah kesempatan!" pintaku mengemis.

"Kesempatan yang keberapa?" tanya Maira sambil membuang nafasnya dengan berat, apa dia lelah denganku.

"Dengar, aku bebaskan kamu. Mulai sekarang aku tidak peduli lagi dengan apa yang kamu lakukan di luar sana. Aku harap kamu mengerti dan membebaskan aku juga dari pernikahan ini, biar kita sama-sama bahagia," ucap Maira penuh ketenangan, seolah kalimat seperti ini sudah dia rancang jauh-jauh hari.

"Mah? Kenapa kamu nggak mau dengar penjelasanku? Aku udah ninggalin wanita itu, Mah! Aku sadar kalau aku salah, dan aku udah minta maaf sampai ngemis-ngemis gini, apa lagi yang kurang?" tanyaku sangat tidak mengerti dengan jalan pikiran Maira.

"Ada buktinya kok kalo waktu itu aku ke sana cuma mau ngomong pisah sama wanita itu, lihat, Mah! Lihat!" ucapku penuh emosi sambil mengulurkan ponselku padanya.

"Lihat, Mah!" ucapku lagi ketika Maira hanya memandangku tanpa kata, membiarkan ponselku menggantung di depan matanya.

"Jadi kamu pikir kesalahanmu itu apa?" tanya Maira dengan angkuh, kedua tangannya terlipat rapat ke dadanya.

"Aku salah karena u--"

"Udahlah, aku capek! Mulai sekarang kamu tidur di luar, besok aku siapkan kamar lain," potong Maira mementahkan penjelasanku.

"Mah! Jangan egois!"

Kuraih kedua bahu Maira dengan kasar dan memaksanya menghadapku.

"Aku salah, aku minta maaf, Guntur adalah titik balik perubahanku, aku akui sebelumnya aku adalah suami yang jahat, tapi ijinkan aku memperbaiki semua yang udah aku rusak, Mah!" ungkapku dengan menatap mata Maira dalam-dalam, kita lihat seberapa besar tembok pertahannya.

"Lepas!" hentak Maira melepas tanganku.

"Guntur adalah malaikat kecil yang membuatku sadar, Mah. Jangan sia-siakan, ini jalan dari Tuhan agar kita tetap bersama, Tuhan kirimkan Guntur untuk kita!" ungkapku padanya.

"Lalu kamu anggep aku apa!" teriak Maira dengan marah. Maira mulai marah, bukan hal yang buruk justru ini hal yang baik.

"Kamu pikir aku apa?" ulang Maira.

"Kamu lupa kalo aku juga punya kaki dan aku bisa pergi kapan pun aku mau!" tegasnya penuh amarah dan keberanian.

"Kamu istriku, May!" jawabku mulai terpancing emosi.

"Istri yang bagaimana?"

"Aku udah nyakitin kamu, iya aku minta maaf!"

"Jawab aku istri yang bagaimana?" tanya Maira mengulang.

"Kamu mau jawaban kayak apa?" ucapku membalas seruan Maira.

"Benar, kamu nggak akan pernah bisa berubah," ucap Maira mengendurkan nadanya.

"Kenapa kamu egois, May? Pikirin anak-anak! Atau jangan-jangan kamu udah punya rencana sama yang lain makanya kamu ngotot minta pisah?"

.

.

.

.

.

.

.

1
Evy Aryani
/Heart/
Serenarara: Ubur-ubur makan sayur lodeh
Minum sirup campur selasih
Coba baca novel berjudul Poppen deh
Dah gitu aja, terimakasih. /Smile/
total 1 replies
Rati Nafi
❤❤❤❤❤❤❤
kalea rizuky
novel g jelas
kalea rizuky
wanita tolol blg lah mental lu ancur karena suami bangettt mu itu lemah bgt bisa nya nangia
kalea rizuky
males wanitanya bodoh harga diri bosss
kalea rizuky
cerai aja may klo enggak lama2 km gila
angel
buruk
anin11
b
Safa Almira
bsnget bagus
Safa Almira
bagus
Sunarmi Narmi
Ini blm selesai kan Thor....Perjuangan dlm sebuah rumah tangga....banyak hal yg kita pelajari dri kisah ini...aku suka thor..
angel
uda tau laki suka selingkuh masih aj branak
Nur Lela
luar biasa
Ani Sukmayati
Alhamdulillah akhirnya bersatu kembali 👍👍👍
Henrita Henrita
ini kali ke 3 novel yg sama sy baca..tdk membosankan dan jalan ceritanya seperti real di kehidupan. 👍👍👍 semangat terus buat outhor menciptakan karya
sukensri hardiati
bagus sekali ceritanya...
Bunga Ros
kok critame muter muter di permintaan maaf krn selingkuh nggk jelas jelas
angel: yg selingkuh ngeyel yg di selingkuhin goblok...muter2 aj alurnya hadeeeh
total 1 replies
Bunga Ros
bajak pisah kok cuma ngomong wae
Isli Herlina
aqu di pihak dewangga thor. lanjutt
Npy
jadi karna tidak semua perselingkuhanmu berakhir diranjang,, otakmu berpikir tak apa2 untuk mengulangnya berkali2, Begitu??

jawab jujur hai dewa, Bila itu dilakukan May.,apa kamu yakin bisa memberikan kesempatan pada May utk menebus "berkali2" itu ?? Saya rasa ego lelakimu tidak mungkin sebaik itu. 😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!