KETAHUAN SELINGKUH (Maafkan Aku!)

KETAHUAN SELINGKUH (Maafkan Aku!)

Ketahuan Selingkuh

" Kenapa lagi wanita ini?"

Ponselku terus berdering, Risa menghubungiku hampir tanpa jeda, dan dia terus mengirimiku pesan. Keisenganku padanya beberapa bulan yang lalu terlanjur menjadi hubungan yang intens. Betul, aku hanya main-main. Di sela-sela kebosananku pada pekerjaan, pada hubunganku dengan Maira yang jenuh, dan urusan rumah tangga serta anak-anak yang selalu sibuk. Hanya saja Risa yang terlalu baper, dan sayang sekali rasanya, jika aku harus menolak.

Beberapa kali aku menginap di rumahnya, aku khilaf, reflek terjadi begitu saja. Tentu saja aku harus membohongi istriku yang tengah hamil tua saat itu dengan beralasan sedang ada pekerjaan di luar kota.

Sekarang anak ketigaku telah lahir, aku merasa bersalah pada Maira. Melihat dia kesakitan sepanjang malam menahan kontraksi, melihat nafasnya yang hampir habis saat mengejan mengeluarkan anakku, keringatnya yang bercucuran, wajahnya yang pucat namun terlihat sangat cantik saat itu. Aku menyesal telah selingkuh. Lagi.

Kujauhi Risa berniat menyudahi hubungan gelap kami, seperti yang sebelumnya, aku hanya perlu memberikan nominal uang sebagai kompensasi.

[Nanti mas mampir ke rumah, kita ngobrol.]

Sudah dua minggu panggilan dan pesan dari Risa kuacuhkan. Aku sedang bahagia karena Maira akhirnya memberiku anak laki-laki. Maira telah menyempurnakan statusku sebagai seorang ayah.

Kuparkirkan mobil di garasi mungil milik Risa, tak lama Risa menyambutku dengan pakaian yang ... mini. Aku kembali terpesona, namun hanya beberapa detik saja. Karena niatku menyambanginya kali ini adalah untuk mengakhiri hubungan ini.

Kulonggarkan dasi yang melingkar di leherku, dan berusaha fokus, mengedepankan akal sehat, agar tidak tergoda lagi pada Risa.

"Tega kamu, Mas! Nyuekin aku terus," sambut Risa dengan sedikit merajuk, biasanya aku akan membujuknya dengan rayuan, namun tidak kali ini.

Kulewati Risa begitu saja dan masuk ke dalam. Terlihat dari ekor mataku kalau dia kecewa akan sikapku yang dingin.

"Jangan ditutup pintunya!" larangku ketika tangan Risa hendak mendorong daun pintu.

"Kenapa, Mas?" tanya Risa.

"Aku kesini mau ngomong," jawabku seraya duduk di sofa, perabotan yang kubelikan bulan lalu.

"Cuma ngomong?" goda Risa, pintu hanya tertutup setengahnya.

"Udah duduk, Ris, aku cuma sebentar."

"Kenapa? Banyak kerjaan, yah?" Risa duduk tepat di sampingku, nada suaranya melembut, dia mulai memijit-mijit pundakku dengan tangannya. Seketika aku risih dan mendorongnya.

"Jangan, Ris!"

Risa terkejut, dan aku bangga pada diriku sendiri, aku bisa tahan pada godaan Risa kali ini. Seketika aku merasa sudah menjadi suami terhebat dengan setia pada Maira.

"Kenapa sih, Mas? Cuek banget!" protes Risa.

Mataku jelalatan menyurusi ruang tamu, namun benda yang kucari tidak terlihat. Aku pun berdiri dan berjalan menuju kamar. Kurasakan Risa mengikutiku dari belakang. Benda yang kucari ternyata ada di atas meja rias Risa.

Dengan cepat kuraih ponsel milik Risa, benda yang kubelikan setelah menginap di sini untuk pertama kalinya.

"Mas? Ngapain?"

Risa mendekat dan berusaha mengintip apa yang kulakukan pada ponselnya. Aku menghapus semua data, dan mereset benda itu.

"Mas? Kenapa hapeku digituin?" protes Risa dengan merebut ponselnya dari tanganku, terlambat.

"Mas, kenapa kosong semua?" Risa mulai panik.

Tentu saja aku harus melakukannya, menghapus semua akses komunikasi dengan Risa.

"Aku mau kita putus, Ris, jadi mulai sekarang kita nggak usah saling kenal lagi," ucapku.

"Hah?!"

"Jangan munafik, Ris, kamu mau sama aku karena duit, kan? Kamu udah dapet banyak lho dariku selama ini, jadi ... kita impas," tuturku lagi.

"Mas ... kok kamu jahat, sih!" Risa terlihat terkejut dan sedih.

"Aku nggak jahat, kita sama-sama nyari untung, sekarang kamu bebas nyari pasangan lagi," sambungku.

"Oh ... jadi cuma segitu kamu nilai perasaanku, Mas?" Risa menaikkan nada suaranya, rupanya dia tidak terima dengan keputusanku.

"Apalagi, Ris?"

"Mas janji mau nikahin aku!" tuturnya membuatku tidak percaya.

"Jangan bodoh, dari awal kamu tahu, aku lelaki beristri," ucapku mencoba mengingatkannya.

"Kamu yang bodoh, Mas! Udah tahu punya istri kenapa main api sama aku!" balasnya membuatku terkejut, dia mulai berani.

"Aku udah transfer ke rekening kamu, sebagai ucapan terimakasih dan salam perpisahan, aku harap ka--"

"Aku nggak akan ngelepasin kamu gitu aja, Mas!" seru Risa memotong ucapanku.

"Jangan macam-macam, kamu nggak berhak ngomong kaya gitu sama sekali!" tegasku padanya.

Ternyata wanita sama saja, mereka manis hanya ketika keinginannya dituruti. Sebenarnya Maira pun dulu sangat manis, entah kenapa perangainya berubah menjadi sosok yang tidak membuatku betah. Ah, aku tetap mencintainya.

"Mas kamu ngeremehin aku banget sih!" serunya tidak terima. Kenapa? Padahal dia dapat uang yang dia inginkan. Aku tidak habis pikir.

"Dari awal kamu tahu resikonya, kamu harusnya bersyukur bisa dapet banyak hal dariku."

Risa mulai menangis, tangisan yang menyebalkan. Aku ingat, aku juga sangat membenci tangisan-tangisan Maira setiap kami bertengkar. Masalah yang harusnya selesai menjadi semakin kusut karena tangisan itu. Wanita sama saja.

Aku mencari kesenangan dari wanita-wanita lain karena mereka tidak menuntut hal lebih dari yang sudah kuberikan. Aku bosan pada Maira dan semua dramanya, sehingga wanita-wanita itu memberiku hal baru tanpa ikatan yang mencekik. Aku hanya ingin bersenang-senang sebelum akhirnya pulang pada Maira, dan kembali berusaha menjadi suami dan ayah yang baik.

Aku tertekan dengan peran suami dan ayah, sementara jiwa mudaku masih haus kebebasan. Andai saja, Maira bisa melonggarkan sedikit standar dan deskripsi suami dan ayah yang baik, aku tidak akan tertekan dan mencari pelampiasan di luaran.

"Sudah-sudah, jangan nangis, aku yakin kamu bisa dapet laki-laki yang sayang sama kamu," ucapku lembut pada Risa seraya memeluknya, pelukan perpisahan.

Aku harap Risa profesional dalam perannya menjadi wanita selingan, yang harus siap ditinggalkan kapan saja. Ini saatnya aku kembali.

"Ehem!" Suara yang sangat kukenal. Risa menghentikan tangisannya, aku dan dia kompak menengok ke asal suara.

"Maira!" Segera kudorong tubuh Risa menjauh dariku.

Wajahnya merah padam. Sepertinya dia salah paham. Matanya berkaca-kaca, dan butiran air mata lolos dari sudut matanya. Mata yang terlihat sangat lelah, karena bayi kami kerap begadang sepanjang malam.

Maira menyeka air mata itu dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mendekap Guntur yang terlelap dalam gendongannya. Bayi yang usianya belum genap sebulan, dibawa-bawa oleh Maira, padahal hari sudah memasuki senja.

Maira selalu marah besar dan meminta cerai ketika aku ketahuan berselingkuh. Namun aku selalu berusaha meyakinkan dia bahwa aku akan berubah. Aku sudah berusaha, hanya saja, tidak mudah.

Berkali-kali Maira memaafkanku, demi anak-anak. Namun prosesnya panjang. Maira akan menangis sepanjang hari dan membuatku tidak berdaya. Aku akan meminta maaf sebanyak air matanya mengalir, meyakinkan dia bahwa aku benar-benar menyesal.

Maira adalah seorang ratu, tapi bukankah ratu jaman dahulu sudah terbiasa berbagi dengan selir-selirnya?

"Maira ... ini nggak seperti yang kamu pikir," tuturku panik. Kucoba meraih tangan Maira, tapi dengan cepat dia menepisnya.

"Papah ...."

Luna dan Lintang muncul dari belakang Maira, ternyata Maira membawa mereka semua kemari. Maira!

Belum selesai rasa keterkejutanku, terdengar pula suara riuh di luar. Apa Maira membawa warga?

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu

2023-06-04

0

Sulati Cus

Sulati Cus

nama anakku muncul

2022-05-27

0

Sulati Cus

Sulati Cus

alasan klasik udah tau komitmen menikah klu g mau berkomitmen mending jgn nikah puasin dulu masa muda

2022-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!