Mengisahkan tentang perjuangan hidup seorang gadis bernama Anindyta Kailila .
Dalam menggapai cita-citanya dengan
keadaan hidup yang sederhana.
Bekerja sebagai asisten seorang model papan atas, merupakan batu loncatan baginya untuk mengais rupiah dengan tetap harus pintar membagi waktu mengurus ayahnya yang sakit.
Jangan tanyakan tentang kisah cintanya.
Sebab semenit saja, otak dan hatinya tak pernah kosong, karena perintah dari sang model yang selalu datang bertubi-tubi.
Namun, apalah dayanya jika ternyata kegigihannya bekerja justru mempertemukannya dengan seorang CEO yang ternyata kekasih sang model.
Bahkan perasaan mereka tidak dapat di bendung untuk saling jatuh cinta.
Mungkinkah seorang asisten mendapatkan cinta seorang presdir bahkan kekasih bosnya sendiri...?
Ikuti ceritaku " Di Balik Layar"
Semoga di sukai pembaca.
Salam santun
salam sehat untuk semua
🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 : FELYSIA LOVITA
"Maaf aku terlambat...!!! Maafkan aku ya semuanya." Ujar seseorang menuju ruang ganti tersebut. Ya, yang datang itu adalah Anindyta Kailila.
Kedatangan Anin beserta permintaan maafnya. Di sambut dengan wajah jutek dan cemberut dari Felysia.
"Jangan dibiasakan terlambat dong, Nin!!" ucap Felysia ketus.
"Iya, aku minta maaf. Tetapi semua kelengkapan mu sudah ku siapkan sejak tadi malam." Jawab Anin sambil menunjukan kearah pakaian yang telah berjejer rapi.
"Iya, aku tau...!!! tapi tetap saja aku tidak mau kamu terbiasa...!!! ucapnya masih dengan nada kesal.
"Aku sudah meminta maaf. Dan ku harap kamu tidak lupa dengan kontrak perjanjian kerja kita dari awal." Jawab Anin dengan tegas. Tanpa memperdulikan atau takut akan kehilangan pekerjaannya.
Dan kata - kata Anin kali ini berhasil membungkam mulut Felysia Lovita. Dia sangat mengutuki dirinya. Mengapa saat itu, tidak mencermati perjanjian kerja itu terlebih dahulu.
Pekerjaan Anin kadang memang terlihat santai. Saat Felysia yang bekerja. Sehingga di waktu senggang itu, bisa Anin gunakan untuk menggambar model pakaian yang menari nari dalam pikirannya. Anin tidak pernah meninggalkan buku gambarnya.
Tempatnya menuangkan ide ide yang muncul di kepalanya. Menjadi buku koleksi desainnya.
Tetapi, setelah Felysia sudah selesai syuting. Jangan di tanya lagi, apa yang terjadi. Segala bentuk perintah akan datang bertubi-tubi. Mulai dari minuman, makanan sampai pakaian ganti untuk nya pulang. Semua Anin yang mengurus nya. Suara perintah itu akan berkumandang, bagaikan nyanyian merdu di telinga Anin.
Namun, hal itu sama sekali tidak membuat Anin mengeluh. Ia tetap menikmati semua perintah dari bosnya itu. Sebab ia sangat bersyukur memiliki pekerjaan tetap.
Batas waktu Anin bekerja adalah mulai dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam. Selebihnya masuk dalam kategori lembur. Dan akan meminta bonus tambahan.
Sengaja Anin mengajukan permintaan bonus itu, mengingat sebenarnya pekerjaan Felysia sebagai model tidaklah banyak menguras waktu.
Namun, kebiasaan Felysia di dunia gemerlapan yang sering ia lakukan. Membuat Anin harus terus menjaga nya. Karena dapat di pastikan akan berujung dengan mabuk berat. Membuat dia susah untuk pulang sendiri ke apartemennya.
Sisi buruk Felysia, yang sangat susah untuk di hilangkan. Kadang Anin pulang pagi. Demi memastikan bosnya itu, sudah benar benar terlelap tidur dengan aman.
Paras cantik Felysia memang sangat mengundang banyak pria mendekatinya. Bahkan pria - pria kaya yang berebut menjadi kekasihnya. Tetapi, Felysia yang sombong dan berasal dari keluarga kaya. Membuat nya, menjadi pemilih dan selalu merendahkan orang lain.
Menurut ceritanya pada Anin. Ia pernah mencintai seorang pria. Hendrik Herdiano nama kekasih hatinya. Seorang pengusaha yang baru merintis usahanya di bidang furniture. Mereka saling mencintai, dan pernah ingin mengikat hubungan mereka ke tahap yang lebih serius yaitu menikah.
Sehingga, dengan tanpa berpikir panjang ia melakukan hubungan layaknya suami istri dengan kekasih hatinya itu. Mereka sempat hampir 1 tahun tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan.
Tetapi, tiba - tiba pria itu meninggalkannya begitu saja. Untungnya, atau memang telah di rencanakan oleh Hendrik. Felysia di mintanya untuk mengkonsumsi pil KB. Sebab, mereka sadar belum menikah. Dan belum siap jika dalam hubungan mereka nantinya akan hadir seorang bayi.
Apik sekali, Hendrik mengatur Felysia. Sehingga apapun yang Hendrik minta, selalu di ikutinya dengan patuh.
Saat itu, Felysia tidak setenar sekarang. Felysia baru meniti kariernya di dunia permodelan. Hendrik yang tau, ayah Felysia adalah pengusaha sukses dan kaya. Tentu tidak mensia-siakan kesempatan, calon mertuanya itu.
Tidak sedikit dana yang ayah Felysia keluarkan untuk mendukung perusahaan milik Hendrik. Namun, bukan untung yang di dapat. Malah Hendrik kabur dengan uang ayah Felysia. Bersama cinta dan keperawanan Felysia, ikut pergi.
Sejak itu, Felysia trauma dengan makhluk yang namanya pria. Hatinya beku dan menganggap semua pria adalah penjahat. Dan hanya ingin mempermainkannya saja.
Dengan tubuh yang telah ternoda, juga kebiasaan nongkrongnya di dunia gemerlap, dan uang yang selalu di berikan ayahnya tentu sangat mendukung Felysia tumbuh mejadi wanita yang lebih liar dan tak terkendali lagi.
Baginya pria hanyalah ingin tubuhnya saja. Dan, ia juga menyadari tidak ada yang perlu ia pertahankan lagi dalam hidupnya. Persetan dengan harga diri. Yang ia cari hanyalah kenikmatan dan kepuasan saat bercinta dengan pria pemuja sesaatnya. Sedikitpun tak ada di benaknya untuk terikat dengan satu pria mana pun. Felysia jera dengan yang orang sebut dengan cinta sejati dan apalah itu.
Ruang hatinya telah hampa dan beku. Felysia benci dengan pria. Baginya semua pria itu sama saja. Hanya ingin berbagi ranjang.
Padahal dulu saat kuliah, ia pernah di tembak serius oleh teman kuliahnya, yang telah jatuh hati padanya jauh sebelum Felysia mengenal Hendrik kekasih hatinya.
Pria itu adalah Darel Emilio Aswindra. Saat kuliah Darel secara terang-terangan menyatakan cintanya pada Felysia. Bisa di katakan tergila-gila.
Tetapi jiwa sombong Felysia yang memang telah mendarah daging itu. Membuat dengan mudahnya Felysia menolak cinta Darel.
Darel yang saat itu hanyalah seorang mahasiswa, sangat menyadari dirinya. Yang tidak punya apa-apa, mengandalkan kiriman bulanan dari orang tuanya yang berada di luar pulau.
Dan, Darel bukan tipe orang yang gigih. Baginya sekali di tolak, ya mundur saja. Saat itu dia juga tidak dapat memastikan hatinya, dan belum mengerti benar dengan yang namanya cinta.
Tetapi, kata - kata penolakan Felysia saat itu yang selalu Darel ingat.
" Felysia...aku sungguh-sungguh ingin mengenalmu lebih dari seorang teman." Ucap Darel waktu itu.
"Trus... kalo lebih dari teman. Kamu maunya apa?" ucap Felysia ketus
"Aku ingin jadi pacarmu." Jawabnya sambil menunduk malu.
"Pacar...??? Punya apa kamu? Beraninya kamu nembak aku...? Kalo ke mana-mana masih pake roda dua...!!! Jangan berani jadikan aku pacarmu deh!!"ucap Felysia lagi.
"Ya... namanya juga anak kuliahan Felysia, wajarlah...!!! Aku belum berpenghasilan sendiri." Jawab Darel lagi mengasihani dirinya.
"Kalo ga ada penghasilan, ya ga usah pacar - pacaran. Miskin kok ngajak aku...!!! Aku ga biasa ya! kemana-mana pake roda dua!!!" tolak Felysia dengan sombongnya.
Sesaat telinga Darel pun memanas mendengar alasan Felysia, lalu dia berkata : "Baik, maaf jika aku lancang. Tadinya aku hanya ingin jujur dengan apa yang aku rasakan. Sebab, aku terpesona dengan kecantikan wajahmu. Dan sudah 3 tahun memendamnya. Aku kira di penghujung waktu kuliah kita akan berakhir ini, kamu mau ku ajak untuk kita menggapai masa depan kita bersama. Tetapi, ternyata aku salah."
Darel pun pergi berlalu meninggalkan Felysia yang tersenyum kecut memandangi punggung Darel.
Tanpa ada penyesalan dengan apa yang telah ia ucapkan pada Darel. Tidak ada sedikitpun terbesit dalam pikiran Felysia untuk berempati dengan orang lain.
Bersambung
...Mohon dukungannya 🙏...
...Komen Positifnya sangat author harapkan...
...👍💌✍️🌹...
...Seikhlasnya...
...Terima kasih...
selamat membaca yaaak