NovelToon NovelToon
Melting The Iced Princess

Melting The Iced Princess

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: Mumu.ai

Sekuel dari Bunga dan Trauma.

Jelita Anindya memutuskan pindah ke desa tempat tinggal ayah dari papanya, sebuah desa yang dingin dan hijau yang dipimpin oleh seorang lurah yang masih muda yang bernama Rian Kenzie.

Pak Lurah ini jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jelita yang terlihat cantik, anggun dan tegas. Namun ternyata tidak mudah untuk menaklukkan hati wanita yang dijuluki ‘Iced Princess’ ini.

Apakah usaha Rian, si Lurah tampan dan muda ini akan mulus dan berhasil menembus tembok yang dibangun tinggi oleh Jelita? Akankah ada orang ketiga yang akan menyulitkan Rian untuk mendapatkan Jelita?

follow fb author : mumuyaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Iced Princess

“Nak Rian…”

Suara Kakek Doni membangunkan Rian dari lamunannya. Ia kembali menoleh ke depan dan ternyata Kakek Doni tengah menatap ke arahnya dengan tatapan bingung.

Pria yang bernama Rian itu kemudian melajukan kembali motornya hingga berhenti di depan Kakek Doni.

“Pagi-pagi ke sini, ada apa, Rian?” tanya Kakek Doni sambil menyipitkan mata, menahan silau sinar matahari yang baru naik dari ufuk timur.

Rian turun dari motornya, mengambil kantong plastik yang tergantung di gantungan depan.

“Ibu masak rendang agak banyak, Kek. Jadi tadi Rian diminta nganter sebagian ke sini,” jawabnya sopan sambil menyerahkan bungkusan itu.

“Walaaah… jadi merepotkan, ini,” sahut Kakek Doni sambil terkekeh kecil, menerima kantong itu dengan rasa segan. “Sampaikan terima kasih saya ke ibumu, ya.”

“Tidak repot kok, Kek. Sekalian masak buat yang di rumah juga,” ucap Rian, senyumnya hangat seperti biasa.

“Yang repot itu kamu, Nak. Pagi-pagi udah keliling sebelum kerja,” komentar Kakek, pura-pura mengomel tapi nada suaranya penuh sayang.

“Sekalian lewat, Kek. Lagipula belum telat juga,” jawab Rian ringan.

“Iya, jangan sampai telat. Kita ini pimpinan harus jadi contoh buat bawahan. Hal kecil aja seperti datang tepat waktu itu udah bentuk tanggung jawab,” ujar Kakek Doni dengan nada nasihat yang khas. “Apalagi jabatan pak lurah, panutan warga, lho itu.”

“Tenang, Kek,” sahut Rian sambil tertawa kecil. “Rian bakal kasih contoh yang baik. Siapa tahu karier Rian naik, dari lurah jadi camat, nanti bupati! Seperti Kakek.”

Kakek Doni ikut tertawa lepas, menepuk pundak Rian pelan. “Bisa itu, pasti bisa. Kamu masih muda. Kalau rajin dan berprestasi, jalannya terbuka. Cuma…”

Rian menatap heran. “Cuma apa, Kek?”

“Cuma satu masalahnya…” Kakek berhenti sebentar, bibirnya menahan senyum nakal. “Ibu lurahnya dicari dulu. Malu sama si Udin, udah tiga kali nikah, kamu satu aja belum.”

Rian terkekeh keras, sampai kepalanya sedikit menunduk. “Jangan samain Rian sama Udin, Kek. Rian cukup sekali aja. Sekali, tapi yang benar-benar berharga. Nggak mau berbagi seperti dia.”

“Hmm…” Kakek menyipitkan mata, nada suaranya penuh godaan. “Sepertinya calonnya udah ada, ya?”

Rian tersenyum kaku, menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Doain aja, Kek,” ujarnya malu-malu.

“Siapa? Si Nadya itu? Yang sering ngikutin kamu terus?” cecar Kakek dengan tawa tertahan.

Rian buru-buru menggeleng. “Kakek jangan ikutan kayak warga lain deh, suka jodohin Rian sama dia. Rian nggak mau, Kek.”

Kakek Doni tertawa lepas, suaranya menggema di halaman. Ia tahu benar bagaimana Rian risih dijodoh-jodohkan dengan perempuan yang terang-terangan menaruh hati padanya.

“Oh iya, Kek…” Rian tampak ragu sejenak. “Yang tadi itu siapa, Kek? Rian kayaknya pernah lihat, tapi lupa di mana.”

Kakek mengangkat alis. “Perempuan yang kamu pandang lama tadi di depan pagar itu?” Rian mengangguk cepat, sedikit malu karena ketahuan.

“Itu cucu Kakek. Baru datang minggu lalu,” jelas Kakek santai.

“Oh, cucu Kakek yang psikolog itu ya? Yang mau kerja di RSUD?” tebak Rian, mengingat jika Kakek Doni pernah bercerita masalah ini padanya.

“Iya,” jawab Kakek cepat, lalu tersenyum licik. “Kenapa? Kamu tertarik?”

Rian langsung terdiam, sedikit terkejut. Wajahnya refleks memerah, tapi ia hanya bisa tertawa kecil sambil menggaruk kepala.

“Kakek izinkan!” ujar Kakek tiba-tiba, nada suaranya mantap.

Rian menatapnya lebar-lebar. “Hah? Kakek izinkan apa?”

“Kalau kamu memang tertarik sama cucu Kakek, silakan. Tapi…” Kakek menggantung ucapannya sambil menatap Rian penuh makna.

“Tapi apa, Kek?” tanya Rian, penasaran sekaligus gugup.

Kakek Doni tersenyum samar. “Rintangan kamu nggak bakal kecil.”

“Rintangan? Maksudnya gimana? Apa dia udah punya pacar?” tanya Rian cepat, suaranya terdengar kecewa setengah panik.

Kakek tertawa besar. “Belum apa-apa udah kalah duluan kamu.”

“Bukan kalah, Kek. Rian cuma nggak mau dicap pebinor kalau dia udah punya pacar,” elaknya.

“Sama aja,” jawab Kakek masih terkekeh. “Belum menikah itu belum diambil orang. Jadi, nggak ada istilah rebutan.”

Rian menghela napas pasrah. “Terserah Kakek aja deh. Tapi Rian belum tahu nih, rintangan yang dimaksud itu apa?”

Kakek menatapnya dengan senyum penuh arti. “Kamu harus bisa menembus tembok si ratu es itu.”

“Ratu es?” ulang Rian heran.

Kakek Doni mengangguk. “Cucuku itu punya julukan ‘Iced Princess’. Dia terlalu dingin sama orang baru. Nggak jahat, cuma sulit terbuka. Makanya, temannya nggak banyak.”

Rian tersenyum miring, menegakkan badan. “Bukan hal sulit buat Rian, Kek. Kakek tenang aja. Oh iya, siapa namanya?”

Kakek Doni menatapnya dengan pandangan penuh seloroh. “Tugas pertamamu, cari tahu sendiri nama cucu Kakek itu.”

Mata Rian membesar. “Lho, tinggal jawab aja kan bisa, Kek?”

“Tidak bisa, anak muda. Itu tantangan pertamamu.” Kakek berbalik badan, membawa bungkusan rendang masuk ke dalam rumah. “Sekarang kamu ke kantor. Masa Pak Lurah telat, nanti warga udah nunggu tanda tanganmu.”

“Kakek belum jawab!” seru Rian, setengah berteriak. “Nama princess Rian itu siapa, sih?”

Kakek Doni hanya melambaikan tangan tanpa menoleh.

Rian mendengus kecil, menatap ke arah motor Jelita yang sudah tak terlihat di ujung jalan. Yang tersisa hanyalah hamparan sawah hijau dan beberapa warga yang sudah bersiap hendak ke sawah mereka.

“Tugas kok cari tahu nama,” gumamnya, tapi sudut bibirnya perlahan naik membentuk senyum kecil.

1
😇😇
banyak banget alasan dan dan 🤣🤣
😇😇
dipanasin thor biar cair wkwkwkw
Supryatin 123
lnjut thor 💪 💪
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
cieeeeee.... mau.lihat cemburu nya papa fadi saat jelita nemplok melulu sama rian...🤣🤣🤣🤣
Esther Lestari
terharu baca part ini.
Jelita begitu disayangi oleh keluarga Bunga.
Gak sabar menunggu hari pernikahan Jelita dan Rian
Supryatin 123
🤭🤭🤭 mulai luluh tu lnjut thor 💪💪
Esther Lestari
Harimau betina nya kalau lagi ngamuk bahaya ya Zaidan🤭
Lyana
wkwkwkwk bisa ae remaja tanggung
Esther Lestari
Fadi sudah rela nih anak gadis ada yang meminta.
Bahagia banget pak lurah😄
Yanti Gunawan
please lah mbok yo d banyakin thor 😍
Hary Nengsih
lom akad jangan kawin dulu😄
Supryatin 123
otw nikah nich.siapin amplop donk.lnjut Thor 💪💪
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
heh nikah bambang bukan kawin lu kata jelita anak kucing,, emang sih dulu si fadi kucing garong...🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
fadi said,,, atit hati papa dek,, diduakan sama si lurah sableng..🤣🤣🤣🤣
dramatisasi si fadi dan mama bunga cuma bisa tepok jidat....🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
mosokkk...... winginane wae ngamuk ngamuk🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: masaaaaaakkk.... kemarin aja marah marah..🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Esther Lestari
Semoga bu Sri bisa menerima masa lalu Jelita dan menjadikan Jelita menantunya
Supryatin 123
lnjut kan donk Thor Ampe hbis baru lnjut Laen ya lnjut thor 💪💪
mumu: siip kak 👍👍 makasih sudah setia ya 🥰🥰
total 1 replies
Hary Nengsih
lanjut jelita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!