NovelToon NovelToon
ME OR HER, MR?

ME OR HER, MR?

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Pelakor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Blueberry Solenne

Serafim Dan Zephyr menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dari awal Serafim tahu Calon suaminya sudah mempunyai pacar, dan di balik senyum mereka, tersembunyi rahasia yang bisa mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blueberry Solenne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 - Berkunjung ke Rumah Mawar

Saat itu aku datang menggantikan kakakku yang tidak bisa hadir karena sedang bertugas ke luar kota.

Ruang rapat di lantai tujuh sudah didatangi beberapa staf. Begitu semuanya berkumpul, suasana berubah hening, hanya suara detak jam yang terdengar. Dinding kacanya menampakkan langit kota yang mulai mendung sore itu. Dengan percaya diri aku berdiri di depan mereka, lalu mulai menjelaskan.

"Produk ini sudah melalui uji lapangan di proyek pelabuhan Esmora" jelasku tenang sambil menatap layar presentasi.

Aku melanjutkan.

"Kami ingin melihat apakah pihak Ellias Global Construction tertarik menjadikannya material pendukung untuk proyek tahun depan."

Seorang pria paruh baya berkemeja abu-abu, manajer operasional, menatapku sejenak.

"Berarti ini jenis yang lebih ringan dari tipe sebelumnya?"

"Benar," jawabku sambil tersenyum tipis.

"Tapi daya rekatnya dua kali lebih kuat. Kami ingin menggabungkan efisiensi dengan ketahanan, terutama untuk bangunan bertingkat tinggi."

Beberapa kepala mengangguk. Suara kertas berdesir halus memenuhi ruangan.

Meskipun awalnya sempat gugup, aku berhasil menjaga nada suaraku tetap stabil. Sorot mata mereka memperlihatkan ketertarikan, mungkin juga sedikit kagum padaku.

Setelah rapat selesai, aku keluar bersama Pak Arthur.

Di koridor, kami berbincang ringan sampai langkah seseorang terdengar mendekat.

Pria itu memaksi setelan jas hitam, tingginya menjulang, berwajah segar dan karismatik. Saat semakin dekat, aku kehilangan fokus.

Dia... pria di kereta itu? batinku, sambil mengerutkan dahi.

Arthur tampak sadar aku mendadak diam. Ia menoleh ke belakang, lalu tersenyum.

"Pak Arthur, bagimana meetingnya? Lancar?" sapa pria itu dengan senyum ramah.

"Tentu saja, sangat lancar, Mister," jawab Arthur.

Aku mengerutkan dahi. "Mister?"

Staf manajer operasional itu lalu memperkenalkannya padaku.

"Bu Serafim, kenalkan ini Pak Zephyr, dan beliau..."

Belum sempat ia melanjutkan, Zephyr memotongnya. Ia langsung mengulurkan tangan.

"Oh, hai. Saya Zephyr."

Tatapannya dingin, tapi tegas.

"Saya Serafim, dari Sakura Cement Corporation, adiknya Louis," jawabku sopan, menyalami tangannya.

Beberapa kali kami bertemu lagi karena proyek ini. Tapi entah kenapa, ia bersikap seolah tak mengenalku sama sekali.

Sampai suatu hari, saat hanya kami berdua di ruang meeting, aku akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, namun jawabnya di luar dugaan.

"Pak Zephyr..."

Ia menutup map di depannya, menatapku.

"Saya hanya merasa... pernah melihat Anda di suatu tempat."

"Kita sedang bekerja, Bu Serafim," ujarnya dingin. "Simpan urusan pribadi di luar ruang rapat."

Aku mendengus pelan. Dasar pria hidung belang. Jelas-jelas kita pernah naik kereta yang sama.

Ia mengetuk meja, menatapku tajam.

"Kau sedang memikirkan apa? tenang saja, aku bukan pria hidung belang yang suka sembarangan menggoda wanita, percayalah!"

Aku membeku. Lagi? dia... bisa membaca pikiranku...? jangan-jangan dia cenayang.

Belum sempat bereaksi, ia bicara padaku dengan galaknya.

"Ayo lanjut. Jangan melamun!"

Ya Tuhan, staf aja sombongnya minta ampun, penampilannya sih memang terlihat seperti pimpinan perusahaan. Batinku jengkel.

Tiba-tiba, terdengar ketukan dari balik pintu. Zephyr mempersilahkan masuk.

Seorang perempuan berambut ikal dengan kaki jenjang masuk. Tanpa ragu, ia memeluk Zephyr dan menciumnya, dan Zephyr membalasnya.

Aku tertegun. Napasku tercekat antara marah dan tak percaya. Udara di ruangan itu seolah berhenti.

"Pak Zephyr, kita sedang bekerja. Dan Bapak cuma pekerja di sini."

"Tolong jaga sikap, jangan bermesraan di sini. Setidaknya... jangan di depan saya, jujur saja saya merasa tidak nyaman," ucapku menahan emosi.

Zephyr menoleh datar.

"Kenapa, Keberatan? kau sepertinya mudah terganggu oleh hal-hal kecil, ya."

"Apa? Hal kecil? Ini tempat kerja! Baik, akan saya laporkan ke atasan Anda."

Baru saja aku mengambil ponsel, perempuan itu menahan tanganku.

"Hey, kau tidak tahu ya? Pacarku ini bos di sini."

Aku menatapnya tak percaya.

"Apa?"

"B-bos?"

Aku tertawa getir.

"Jangan mau dibohongi. Pacar Anda itu hanya seorang direktur."

Ia malah tersenyum geli.

"Direktur? Coba saja tanya karyawan lain, apa jabatan dia sebenarnya."

Aku mendadak teringat, Arthur memang tidak pernah bilang kalau Zephyr itu direktur, hanya menyebut akan ada staf yang menangani proyek ini bersamaku.

Apa Arthur yang salah bicara? Atau ucapan mereka memang benar adanya? Tapi dari penampilan dan sikapnya yang angkuh, sepertinya memang benar.

Perempuan itu mengulurkan tangan.

"Hai, aku Zea. Pacarnya Zephyr."

Aku pun memperkenalkan diri sambil menjabat tangannya.

Ia menatap Zephyr dengan manja.

"Ini salahmu, tidak mau mengangkat telepon dariku."

Zephyr tersenyum kecil, tangannya melingkar di pinggang perempuan itu.

Dan saat mereka akan berciuman, aku buru-buru menutup mata.

Batinku berteriak. Astaga adegan apa ini? rasanya aku seperti sedang nonton drama murahan.

"Boo, kalau jam segini aku sibuk. Tolong ngertiin aku, ya!"

Aku hanya menahan tawa.

Ya ampun, Boo, seriusan ini, orang-orang kalau pacaran selebay ini ya?

"Ya sudah, Fim. Kau sudah mengerti semua penjelasan meeting hari ini, kan? Kau boleh pulang. Aku ada acara dengan pacarku."

Mentang-mentang pemilik perusahaan, pamer kemesraan di depan mitra bisnis.

Saat aku merapikan dokumen, Zephyr bicara lagi padaku.

"Oh iya, Fim, kapan-kapan kita double date, ya?" Lalu ia tersenyum ragu.

"Emm... kau punya pacar, kan?"

Aku hanya mengangguk datar, lalu pergi tanpa menjawab.

Beberapa minggu kemudian.

Hari Minggu yang cerah, Papi mengajakku menjenguk sahabatnya.

Mobil kami berhenti di depan rumah besar bercat putih, luas dan elegan seperti istana.

Mataku membelalak kagum.

"Wah..., rumahnya luas sekali!"

"Rumah kita juga luas, Fim," jawab Ayahku sambil tersenyum.

"Tapi ini lebih luas, lihat yah! bunganya cantik sekali. Mawarnya melimpah, banyak jenis warnanya juga"

"Bukannya kau tidak suka bunga?" ledeknya sambil melirikku.

"Aku cuma takut ulatnya. Bukan berarti aku tidak suka bunganya..." jawabku sambil menatap kagum tanaman itu.

Ayah hanya menggeleng sambil tertawa kecil.

Ketika sudah di depan pintu, kami dipersilakan masuk. Aroma lembut mawar tercium di udara.

Di kamar utama, seorang wanita paruh baya terbaring di ranjang, kulitnya pucat, tapi wajahnya anggun.

"Bu Inez, bagaimana kabarnya? Maaf saya belum sempat menjenguk waktu di rumah sakit," sapa Ayah ramah.

"Iya, Win. Sekarang sudah mendingan," jawabnya tersenyum.

Pandangan Bu Inez beralih padaku.

"Ini pasti Serafim, ya?"

"Iya, Bu." Aku tersenyum, menyerahkan keranjang buah dan brownies blueberry buatan sendiri.

Ia menggenggam tanganku hangat.

"Cantik sekali, mirip sekali dengan almarhum istrimu, Win."

Ayah tersenyum tipis, tak menjawab.

"Oh iya, Bu, coba brownies ini, resep yang aku pelajari dari Mami," kataku pelan.

Ia langsung meminta Art-nya mengambilkan piring kecil, lalu diberikannya padaku.

Aku pun menyuapinya dan menunggu reaksinya.

Ia mencicipinya dan matanya berbinar.

"Emmm, Lembut dan enak sekali, Fim. Sepertinya aku akan sering memintamu membuatkan brownies ini."

Aku tertawa kecil. "Dengan senang hati, Bu."

Obrolan kami berlanjut ringan. Setelah beberapa saat, Ayah memintaku keluar dan berkeliling taman sementara ia bicara dengan Bu Inez, sepertinya ada hal penting yang akan mereka bicarakan.

Di luar, udara segar dan bunga bermekaran. Aku berjalan di antara pepohonan dan berhenti di bawah pohon rindang.

Tiba-tiba terdengar suara keras dari arah timur, seperti orang berlatih.

Aku mengikuti jalan setapak menuju suara itu. Di Sebuah ruangan kaca, dua pria sedang latihan tinju.

Salah satunya bergerak gesit, menangkis setiap pukulan dengan mudah.

"Wah, dia hebat juga," gumamku sambil mengintip dari balik kaca.

Namun saat ia menoleh, jantungku terasa berhenti. Tubuhku terhuyung, dan... ya akhirnya aku terjatuh.

"Zephyr?"

Pria itu menatapku yang sedang duduk di atas kerikil, lalu tersenyum tipis. Ia melangkah mendekat, dan... mengulurkan tangan padaku.

Aku menolak bantuannya dan langsung berdiri sendiri, membersihkan debu di bajuku.

Ia bertolak pinggang, menatapku dari atas sampai ke bawah.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanyaku heran.

Ia melepas hand wrap sambil tersenyum samar.

"Kau... pasti calon istriku, kan?"

"Apa... calon istri?"

Aku terpaku. Waktu seakan ikut berhenti berputar.

Bersambung...

1
🦋Rosse Roo🦋
timpuk aja tuh, muka pake tas. Daripada di anggurin tasnya.. 😩
🦋Rosse Roo🦋
sori sori tu say bang,, 😌
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
katanya kalau orang yang minta cerai, nanti pernikahannya akan awet terus
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
hahaha kamu yang terlalu bodoh😂
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Klo suka mulai brubah bukannya ngekang gak jelas
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Ni Zapyr tu maunya apa dah.. Posesif tpi masih main ama selingkuhan juga dasar nyebelin
dilafnp
sabar ya bu..
dilafnp
aku kebayang kok, pasti cantik..
dilafnp
pake jaket kamu sekarang, aku traktir seblak.. dijamin ga hambar.
kim elly
🙄🙄🙄kok gitu
kim elly
wow gundik 🤣
kim elly
🙄🙄bingung ya kalo bukti terarah padanya
Ani Suryani
ibunya di bunuh siapa
Iyikadin
Weh ternyata menikah diaaa
Iyikadin
Baru kali ini ada yang menolak perjodohan
Mingyu gf😘
ehh langsung di snaggul ya kirain cuma fitting coba coba gaun aja
Kutipan Halu
Di sogok dong biar dapat cucu🤣🤣
rahmad faujan
tenang bakal tau juga lama²
Nadin Alina
Visual yang keren dan cool banget cowok jas hitam itu
Wida_Ast Jcy
wah... kuat juga ya. keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!