NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengantar Kanaya

*****

" Ceileh... yang baru ketemu sama pujaan hati nya. Bawaan nya happy banget. Lebar terus tuh bibir." Ledek Bella saat Kanaya kembali ke meja kerja nya.

" Apa an sih, Bel. Nggak lucu tau."

" Memang nggak ada yang lucu, Naya. Lihat aja, gue nggak ketawa kan?" Jawab Bella nyengir.

Bella pun mendorong kursi nya mendekati Kanaya. Rasa penasaran mulai menggerogoti hati nya karena sikap Kanaya barusan.

" Apa yang terjadi dk dalam? Cerita dong." Desak Bella.

" Yang terjadi di dalam, yang nggak terjadi di sini." Jawab Kanaya tersenyum menggoda balik sahabat nya itu.

Bella yang semakin penasaran, semakin memepet posisi duduk nya dengan Kanaya.

" Pak Aris nembak kamu ya?" Tebak Bella.

" Ih... kamu ya Bella. Ngomong suka asal ya. Siapa juga yang di tembak? Lagian nggak ada ya di kamus aku tembak - tembak itu. Yang ada itu ta'aruf. Kalau memang sudah saling suka, ya langsung nikah lah."

" Jadi maksud kamu, pak Aris sudah melamar kamu gitu? Dan kaliam bakal nikah?" Tanya Bella histeris.

Kekuatan suara Bella membuat seisi ruangan mendadak hening, mata semua orang tertuju padanya.

Kanaya yang terkejut, dengan cepat menutup mulut Bella, seraya menggenggam erat tangannya, mencoba meredam kegaduhan yang tiba-tiba itu.

" Bella... apa soh kamu? Bisa di turunin nggak sih intonasi kamu. Di lihatin anak - anak tuh."

" Habis aku kaget, Nay. Waktu kamu bilang mau nikah sama pak Aris."

" Lagian kapan aku bilang mau nilah sama pak Aris? Ngarang kamu ah."

" Tadi aki bilang soal ta'aruf langsung nikah."

" Tapi aku nggak ada bilang ya kalau mau nikah sama pak Aris."

" Jadi kamu nggak di ajak nikah sama pak Aris?" Tanya Bella kembali memastikan.

" Ya enggak lah." Jawab Kanaya santai.

Kanaya menggeleng pelan dengan antusias sahabat nya itu. Tapi sedikit pun dia tak terpengaruh. Kanaya kembali melanjut kan pekerjaan nya yang tertunda.

Sedangkan Bella kembali menggeser kursi nya ke meja kerja nya.

" Terus kenapa tadi kamu senyum - senyum waktu keluar dari ruangan pak Aris?" Tanya Bella yang masih penasaran.

" Yah... karena lucu aja tadi sama Lak Aris. Kamu bayangin aja. Waktu aku bilang aku mau izin ke rumah sakit. Dia ngotot bangey mau nganterin aku. Sampai bilang itu perintah lagi." Jawab Kanaya tanpa menyadari kepanikan Bella pada ucapan nya.

" Kamu sakit, Nay?"

" Nggak."

" Terus ngapain ke rumah sakit? Siapa yang sakit?"

" Kamu ingat nggak, sewaktu aku pingsan di pantry minggu lalu?"

Bella mencoba mengingat kejadian yang di katakan Kanaya.

" Ingat ingat. Kenapa, Nay? Kepala kamu sakit ya? Pasti ada yang terbentur ya waktu kamu pingsan." Tebak Bella khawatir.

" Bukan itu, cuma sejak kejadian itu. Aku mudah merasa capek. Sering pusing juga kadang."

" Wah... fix. Ada yang beres nih sama kamu. Pasti nih akibat kamu terlalu mengabaikam kesehatan. Kamu kam selali maksain kerja kalau lagi sakit. Sampai pingsan gitu. Dimana - mana yang nama nya sakit itu, harus banyak istirahat di rumah. Tidur yang cukup. Bukan nya malah kerja. Di tambah lembur lagi. Naya, Naya. Kayak orang kekurangan uang kamu tau nggak." Omel Bella penuh perhatian.

Kanaya tersenyum simpul mendengar omelan Bella. Omelan yang buat Kanaya adalah bentuk perhatian dan rasa sayang Bella pada nya.

*

*

*

Aris dan Kanaya terpaku dalam keheningan yang memekakkan di dalam mobil. Udara terasa menggantung dengan ketegangan yang nyata.

Ini adalah pertama kali Kanaya merasakan aroma interior mobil Aris yang seolah-olah membungkus seluruh ruang.

Suasana jalanan yang terlihat sepi menambah suasana canggung antara mereka, setiap siluet yang berlalu memantulkan bayang-bayang keraguan di antara kedua hati yang berdegup.

" Nay..." Panggil Aris.

" Ya pak." Jawab Kanaya menoleh pada Aris.

" Boleh nggak kalau di luar kantor, kamu panggil saya jangan bapak?" Tanya Aris ragu.

" Kalau nggak panggil bapak? Terus panggil apa dong pak?" Tanya Kanaya balik.

" Panggil mas mungkin." Jawab Aris.

" Panggil mas? Mas Aris gitu?"

" Iya. Kenapa? Lucu ya, Nay?"

Kanaya tersenyum.

" Nggak lucu sih, pak. Cuma apa nggak papa saya manggil bapak dengan sebutan mas? Bapak kan atasan saya di kantor."

" Saya memang atasam kamu di kantor. Tapi tidak di luar kan? Jadi anggap saja kalau di luar kita ini teman. Jadi kamu boleh panggil mas. Jangan bapak." Ucap Aris.

" Baik lah, pak. Eh... maksud saya mas Aris."

" Belum terbiasa ya?"

Kanaya tak menjawab. Tapi senyuman dan anggukan kecil nya menunjukkan jika dia butuh waktu untuk membiasa kan diri dengan panggilan baru nya pada Aris.

*

*

*

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit, akhir nya Kanaya dan Aris sampai di rumah sakit.

" Sudah sampai." Ujar Aris.

" Teriam masih ya, pak. Sudah mengantar kan saya." Ucap Kanaya lembut.

" Sama - sama, Nay. Justru saya senang bisa mengantar kamu. Apa lagi jika kamu memperbolehkan nya, saya mau mengantar kamu kapan saja."

Kanaya tersenyum dengan berat. Merasa kaget dan bingung dengan ucapan Aris barusan.

" Dan kalau kamu mau. Saya akan menunggu kamu sampai kamu selesai pemeriksaan nya nanti." Usul Aris.

" Tidak perlu, mas. Terima kasih. Tapi saya bisa pulang sendiri." Tolak Kanaya lembut.

" Saya akan senang jika kamu menyetujui nya."

" Tapi saya tidak tahu pemeriksaan nya berapa lama, mas."

" Hanya pemeriksaan kesehatan biasa kan? Harus nya tidak lama."

Kanaya terdiam. Raut wajah nya tampak berfikir keras saat ini. Jujur dia merasa kurang nyaman jika Aris menunggu nya sampai dia selesai. Tapi dia tidak tahi bagaimana cara menyampai kan nya dengan baik agar tidak menyinggung perasaan Aris.

Melihat Kanaya yang tak kunjung memberikan jawaban, akhir nya Aris mengalah dan mengurungkan niat nya.

" Baik lah kalau kamu keberatan. Saya tidak akan menunggu kamu." Ucap Aris.

" Maaf, mas. Saya tidak bermaksud menyinggung bapak. Saya..."

" Nggak papa, Nay. Saya paham kok."

" Kalau begitu saya turun dulu ya, mas. Sekali lagi terima kasih sudah mengantar kan saya." Pamit Kanaya.

Aris mengangguk pelan. Dan Kanaya pun keluar dari mobil.

*

*

*

Kanaya baru saja melangkah keluar dari mobil meninggalkan Aris yang duduk termenung di kursi pemgemudi.

Tiba-tiba, gema deringan ponselnya memecah kesunyian. Aris meraih ponselnya, layar menunjukkan "Ibu" sebagai identitas penelepon.

Aris berdecak pelan sebelum dia menyentuh tombol hijau untuk menjawab.

"Halo, Ibu. Ada apa?" Sapa Aris dengan suara tegas nya.

"Aris, kamu dimana, Nak?" Tanya Fatma.

" Aku lagi di kantor, buk. Ada apa ibuk menelpon. Aku sedang banyak pekerjaan sekarang." Jawab Aris berbohong.

" Ibu butuh kamu belikan obat, Nak. Kepala ibuk ini pusing sekali," Keluh Fatma di seberang sana, terdengar lemah dan memprihatinkan.

" Buk, ibuk tahu kan aku sedang kerja sekarang? Bisa - bisa nya ibuk minta aku belikan obat buat ibuk. Apa ibuk berfikir aku akan meninggalkan pekerjaan dan membelikan ibuk obat? Gitu?" Dumel Aris sarkas.

Fatma terduduk di kursi sambil memgang kepala nya yang sakit dengan tangan kiri dan ponsel di tangan kanan.

" Tapi kepala ibuk sakit sekali, Aris. Ibuk tidak tahan, Nak." Rintih Fatma lagi.

" Kalau begitu ke warung yang di dekat rumah saja. Beli obat sakit kepala di sana. Dan untuk vitamin nya nanti ibuk bisa suruh Ariel beli kan. Aku nggak bisa kemana - mana buk." Tolak Aris lagi dan memutus sambungan telepon secara sepihak.

" Aris... Aris..." Panggil Fatma berulang kali.

Dia menjauh ponsel dari telinga dan melihat Kalai panggilan telpon nya sudah terputus. Sambil memegangi kepala nya yang sakit, Fatma kemudian mencari nomor Ariel. Mungkin Ariel bisa membantu nya mengantar kan obat.

Dalam keadaan seperti ini, sebagai seorang ibu Fatma harus tetap berpikiran positif. Aris memang sedang berada di jam kerja nya sekarang. Dan kemungkinan Aris pulang mengantar kan obat untuk nya sangat lah tidak mungkin.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!