NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2 Pupus sebelum Mekar

Bu Desi pun mengikuti arah yang

ditunjuk Alvin, dimana seorang gadis

perempuan yang menjadi satu satunya

gadis yang di perhatikan Alvin di hari

pertamanya di SMA.

"Oh Arumi, baik saya setuju" jawab Bu

Desi.

"Jadi namanya Arumi" batin Alvin,

ia yang sejak tadi hanya memandang

Arumi dari belakang, tentu tak terlalu

fokus saat Bu Desi mengabsen nama teman

sekelasnya satu-persatu.

"Arumi! Maju sini nak" perintah Bu

Desi. Membuat Arumi segera

melangkahkan kakinya ke depan kelas,

tepat berada di sebelah Alvin.

" Kamu jadi sekretaris kelas yah?" pertanyaan Bu Desi yang sebenarnya lebih terkesan seperti pernyataan, karena tidak membutuhkan jawaban, sebab Arumi sendiri pun tak mungkin menolak jabatan yang diamanahkan kepadanya.

"Baik Bu" jawab Arumi singkat.

"Baiklah, kalau begitu kalian lanjut

bentuk yang lain, seperti wakil, bendahara

dan seksi kelas yang lain ya. Nanti

laporkan pada saya kalau sudah selesai,

saya pasrahkan kelas ini padamu Alvin.

Saya tunggu di kantor ya" ujar Bu Desi

seraya meninggalkan ruang kelas setelah

Alvin menganggukkan kepalanya, tanda

memahami perintah Bu Desi.

Sepeninggal Bu Desi, Alvin yang

dibantu oleh Arumi mulai membentuk

pengurus kelas yang lain.

"Baiklah, temen-temen seperti

perintah wali kelas kita barusan, sekarang

aku tanya, adakah dari kalian yang hendak

mengajukan diri sebagai wakil ketua kelas dan bendahara kelas?" tanya Alvin

dengan suara lantang. Membuat seisi kelas

mulai memperhatikan Alvin sebagai

ketua kelas mereka.

"Hmmm sepertinya gak ada yang

bakal mau ngajuin diri" gumam Arumi,

namun masih bisa di dengar oleh Alvin.

"Baiklah kalau tidak ada yang ingin

mengajukan dirinya sendiri, aku minta

kalian mengajukan teman yang menurut

kalian cocok mengisi posisi tersebut" ujar

Alvin kemudian.

Alvin pun segera membuat tabel di

papan tulis, dengan judul diatas wakil

ketua kelas dan bendahara. Ia pun

meminta satu persatu temannya untuk

maju dan menuliskan teman yang mereka

rekomendasikan.

Alvin tau, semua murid dikelasnya

sedikit banyak sudah saling mengenal,

karena berasal dari sekolah yang sama

ataupun karena mereka sudah menjalani

MOS bersama, selama 3 hari sebelumnya.

Yang menurut Alvin, mereka pasti

sudah memiliki penilaian sendiri terhadap

rekannya masing-masing. Sedangkan

Alvin dan Mingyu, memang tidak

menjalani MOS bersama dengan teman

sekelas tersebut, melainkan bersama

dengan siswa penerima beasiswa lain.

Hanya saja saat MOS 3 hari kemarin,

Alvin terlalu acuh sehingga ia belum

berkenalan dengan Mingyu, dan baru

berkenalan hari ini.

"Baiklah, ini sudah nulis semua kan?"

tanya Alvin, setelah melihat tak ada lagi

teman yang maju untuk

merekomendasikan temannya.

"Sudah" jawab beberapa siswa di kelas

tersebut.

" Rum, tolong di rekap yah nama-nama ini, sekalian tolong urutin nama-nama yang direkomendasikan temen-temen

kita, biar nanti sekalian buat bentuk seksi

yang lain" ujar Alvin memberikan

instruksi pada Arum, sekretarisnya.

"Ok" jawab Arum singkat.

Sedangkan Alvin mulai membuat

catatan di kertas, sembari menunggu

rekapan yang dibuat oleh Arumi.

Tak sampai 15 menit, Arumi sudah

selesai dalam merekap nama-nama yang di

papan tulis.

"Temen-temen, berdasarkan hasil

rekapan di papan tulis ini, bisa kita

simpulkan, kalau wakil ketua kelas kita

adalah Akbar dan bendahara kita Weni.

Dan untuk seksi yang lain bisa dibaca di

papan tulis ya. Karena ini hasil

rekomendasi dari temen-temen semua,

Aku harap Akbar, Weni dan seksi pengurus

kelas yang telah terpilih untuk bersedia

menerima keputusan ini, oke?!" ujar Alvin.

"Oke" jawab Akbar, Weni dan seksi

pengurus kelas lain yang telah terpilih.

Kelas anak pintar memang beda,

Alvin pun mengakui itu. Dulu, saat di SMP-

nya pemilihan pengurus kelas memakan

waktu yang cukup lama, selain karena

debat yang tidak penting, juga karena

banyak yang berebut ingin menjadi

pengurus kelas. Sangat berbeda dengan di

SMA-nya sekarang.

Alvin pun segera memberikan hasil

diskusi pemilihan pengurus kelas tersebut

pada Bu Desi. Kemudian ia segera kembali

ke kelas, yang tak lama kemudian di susul

dengan kedatangan guru lain dan memulai

pelajaran.

"Vin, Kantin yukk!" ajak Mingyu saat

jam istirahat berbunyi nyaring, setelah

kepergian guru yang baru saja mengisi

pelajaran di kelasnya.

"Kamu aja sana!" jawab Alvin

sembari menggeleng.

"Kamu gak jajan?" tanya Mingyu, yang

hanya dijawab dengan gelengan kepala

oleh Alvin.

Mingyupun hanya mengedikkan bahu

kemudian berlalu, ia sudah tak sabar ingin

mengisi perutnya yang mulai lapar, ia pun

tak ingin memaksa Alvin.

Di depannya tampak Arumi sedang

mengeluarkan kotak bekal makanan, dari

dalam tasnya.

"Loh rum, kamu bawa bekal? gak ke

kantin dong" ucap Sella, teman semeja

Arum.

"Iya, tadi udah disiapin sama mama,

udah kamu ke kantin sendirian aja sana!"

usir Arum.

"Yah sendirian dong" rengek Sella.

"Kan banyak teman yang lain sell, atau mau makan ini aja berdua sama aku,

banyak ini bekalnya" jawab Arum seraya

membuka box makanannya.

"'Ah, enggak ah. Aku pingin beli bakso

aja" jawab Sella usai mengintip isi kotak

bekal Arum yang berisikan beberapa

lembar sandwich.

"Ya udah cepat sana, keburu bel masuk

bunyi loh" usir Arum, pasalnya ia sendiri

ingin segera menyantap bekal yang ia

bawa.

"Iya iya" jawab Sella kemudian berlalu.

Alvin yang sedari tadi duduk

sembari membaca buku, mau tak mau ikut

mendengarkan apa yang dibicarakan

Arum, perempuan yang sejak tadi menarik

perhatiannya dengan teman sebangkunya.

Arum yang melihat Alvin asik

membaca bukupun, menawari Alvin

dengan bekal yang ia bawa. Namun

Alvin hanya menggeleng dan tersenyum.

"Lagi baca apa sih Vin" tanya Arum

sambil memutar tubuhnya menyamping

agar bisa sembari berbincang dengan

Alvin.

"Ini cuma buku fisika, kemarin nemu

pas mau pulang ke rumah" jawab Alvin

seraya mulai menutup bukunya, ia tak

ingin melewatkan kesempatan untuk

berbincang, dengan gadis yang mampu

membuat jantungnya berdebar lebih

kencang untuk pertama kalinya.

"Itu kan buat kelas 2 Vin" ucap Arum

saat memperhatikan sampul buku yang

dibaca Alvin, sambil terus mengunyah

sandwich, membuat Alvin tersenyum

melihat Arum yang menurut dia

terlihat menggemaskan.

"Iya, iseng aja rum" jawab Alvin

tersenyum.

"Hemmm kamu beneran gak mau

sandwich ini, masih ada loh" tawar Arum

lagi, sejujurnya ia merasa tak enak karena

makan sendirian.

"Udah habisin aja. Oh ya kalau aku

perhatikan tadi, kenapa ya temen-temen

kok gak ada yang ngajuin diri buat jadi

pengurus kelas. Kalau di SMPku dulu rum,

mereka pada berebut loh buat jadi

pengurus kelas itu" tanya Alvin yang

sejujurnya cukup heran dengan teman-

teman sekelasnya.

"Hmmm kamu tau kan kalau SANG

JUARA itu terkenal dengan murid

pinternya" tanya Arum, membuat Alvin

mengangguk.

"Nah. kebetulan kita ini masuk di

kelas yang isinya orang pinter semua.

Hmmm maksudku diantara murid

pintarnya SANG JUARA, kelas kita adalah

kelas dengan isi murid pintar paling

dominan. Jadi mereka itu enggan jadi

pengurus kelas, karena males ribet.

Mereka itu gila nilai Vin! dan menjadi

pengurus kelas tak memberikan mereka

nilai, makanya mereka gak berminat" ujar

Arum kemudian menggigit kembali

sandwich yang tadi sempat ia letakkan

karena memberi Alvin sebuah

penjelasan.

"Oh gitu, berarti kamu tadi terpaksa ya

mau jadi sekretaris" tebak Alvin.

"Hehe yah mau gimana lagi, lagian aku

gak seserakah mereka masalah nilai"

jawab Arum dengan enteng.

"Wah aku jadi gak enak udah nunjuk

kamu tadi, maaf ya" ucap Alvin karena

merasa tak enak.

"Ah gpp kok, santai aja Vin. Eh btw

kamu istirahat gak jajan, emangnya gak

laper?" tanya Arum sembari meminum air

dari botol yang ia bawa.

Sementara Alvin hanya tersenyum dan menggeleng.

"Ih, ini masih ada 1 sandwichnya,

kamu makan aja ya. Aku udah kenyang

banget" ucap Arum sembari memberikan

kotak bekalnya pada Alvin.

"Hmmm ini bisa dimakan nanti

malem gak?" tanya Alvin sambil

menunjuk kotak bekal Arum.

"Yah basi dong tang, itukan ada

sayuran segarnya. Belum lagi saus dan

dagingnya, udah kamu makan sekarang

aja Vin, ngapain nunggu nanti malem,

aneh" ujar Arum sedikit menggerutu.

"Kamu habisin aja kalau gitu rum"

jawab Alvin menyerahkan kembali

kotak makan Arum.

"Kan udah aku bilang aku kenyang,

atau kamu gak suka sandwich ya?" tanya

Arum.

Sementara Alvin hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Terus kenapa gak dimakan Alvin?!"

tanya Arum, dengan ekspresi sedikit sebal.

Membuat Alvin lagi lagi tersenyum.

"Aku puasa Arum" jawab Alvin

santai.

"Ini kan bukan bulan puasa, ngapain

kamu puasa?" tanya Arum.

Sementara Alvin mulai menggaruk

kepalanya yang tak gatal.

"Aku puasa Sunnah rum" jawab

Alvin, sejujurnya ia sedikit terkejut

mengetahui Arum tak paham mengenai

puasa Sunnah.

"Oh, jadi kalian ada puasa lagi selain

puasa di bulan puasa?" tanya Arum

membuat Alvin terdiam sejenak.

"Iya ada rum, kebetulan sekarang aku

lagi puasa Sunnah Senin Kamis, hari ini

kan Kamis rum" jawab Alvin sembari

tersenyum masam, usai menyadari jika

Arum memakai gelang tangan dengan

tanda salib. Yang mengartikan ada dinding

pembatas tebal diantara mereka selain

masalah kesenjangan ekonomi.

"Aduh, maaf yah Vin kalau gitu. Aku

gak tau, jadi dari tadi kamu puasa

sementara aku dengan santainya makan di

depanmu" ujar Arum dengan rasa bersalah

yang besar.

"Aduh santai rum, aku gpp" jawab

Alvin.

Arum yang masih merasa tak enak

hati terus meminta maaf, meski Alvin

berulang kali mengatakan tak masalah.

Hingga bel masuk kelas pun berbunyi dan

pelajaran kembali berlangsung.

Usai jam pelajaran berakhir, Alvin

pun bergegas pulang ke rumahnya.

Di malam hari, Alex tampak sedang

keluar dari sebuah ruko depan mall

terbesar di daerahnya, dengan santai ia

menyulut sebatang rokok, sambil

mengedarkan pandangannya ke sekeliling seperti sedang mengamati sesuatu.

Hingga tanpa sadar, matanya

menangkap sosok yang ia kenal, orang

yang memukuli dirinya di hari pertama

masuk sekolah.

"Cih, gitu sekolah pakai beasiswa"

gumam Alex saat melihat Bintang sedang

membawa banyak tas belanjaan, di

belakang sebuah mobil sedan mewah,

yang tampak sedang di bukakan bagasinya

oleh seseorang.

1
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!