NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Setelah Kamu

Cinta Terakhir Setelah Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Melisa satya

Tristan Bagaskara kisah cintanya tidak terukir di masa kini, melainkan terperangkap beku di masa lalu, tepatnya pada sosok cinta pertamanya yang gagal dia dapatkan.

Bagi Tristan, cinta bukanlah janji-janji baru, melainkan sebuah arsip sempurna yang hanya dimiliki oleh satu nama. Kegagalannya mendapatkan gadis itu 13 tahun silam tidak memicu dirinya untuk 'pindah ke lain hati. Tristan justru memilih untuk tidak memiliki hati lain sama sekali.

Hingga sosok bernama Dinda Kanya Putri datang ke kehidupannya.

Dia membawa hawa baru, keceriaan yang berbeda dan senyum yang menawan.
Mungkinkah pondasi cinta yang di kukung lama terburai karena kehadirannya?

Apakah Dinda mampu menggoyahkan hati Tristan?

#fiksiremaja #fiksiwanita

Halo Guys.

Ini karya pertama saya di Noveltoon.
Salam kenal semuanya, mohon dukungannya dengan memberi komentar dan ulasannya ya. Ini kisah cinta yang manis. Terimakasih ❤️❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa satya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang ke Indonesia

Tristan begadang semalaman.

Dia bahkan terus melihat rutinitas di luar hotel dari tempatnya berada, pemuda itu telah memesan tiket namun sampai detik ini hujan salju belum juga usai.

Dinda tertidur sangat nyenyak, Tristan menghela nafas dan memasang alarm. Dia menuju sofa dan memilih tidur di sana.

Saat waktu berlalu.

Dan matahari sebentar lagi akan terbit. Dinda terbangun dan menyadari dirinya tak berada di apartemen.

"Oh iya, semalam kan ada badai salju." Gadis itu duduk dan langsung menatap Tristan yang tertidur di sofa.

Tempat tidur sangat luas namun bosnya tak sedikitpun mengambil kesempatan untuk tidur di sisinya.

Cemilan yang dibawa semalam juga masih ada di samping tempat tidur. Saat ini ponsel Tristan berdering. Dinda terkejut dan segera berbaring kembali.

Ponsel itu terus menggema dan Tristan akhirnya terbangun.

Panggilan datang dari Pak Jaya.

[Halo, Pak Jay?]

[Tuan, jalanan kembali lapang. Salju sudah dibersihkan.]

[Oh ya, jam berapa sekarang?]

[Jam 5 lewat.]

[Aku butuh tidur, tapi tak apa datanglah ke hotel dekat restoran. Aku akan segera turun.]

[Baik.]

Tristan mengusap rambutnya, lelah dan mengantuk menjadi satu. Pemuda itu menuju ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan kembali lagi untuk membangunkan Dinda.

"Dinda, apa demammu sudah turun?" Dinda tersentak kala tangan dingin Tristan menyentuh keningnya. Gadis itu terbangun dan pandangan mereka saling bertemu.

"Oh hay, good morning."

"Morning bos," ucapnya lemah. Dinda tampak menggemaskan dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Emmm, maaf mengganggu tidurmu tapi pak Jaya sudah menunggu di luar. Kita harus pulang hari ini juga."

Dinda mengangguk. Di sibaknya selimut yang di pakainya dan berusaha bangkit dari tempat tidur.

Gadis itu oleng dan hampir terjatuh, beruntung Tristan menangkapnya dan mereka saling melindungi.

"Maaf."

"Tidak apa-apa." Dinda segera masuk ke kamar mandi sedang Tristan memesan sarapan sebelum pergi. Mereka tidak ada waktu jika harus makan di apartemen.

Saat Dinda keluar, Tristan juga sudah siap dengan roti dan teh hangat.

"Makan dulu."

"Eh, makanannya ganti?"

"Aku pesan yang baru. Ayo sini, duduk di dekatku."

Dinda mengangguk dan teh hangat di hadapannya mencairkan suasana.

"Kita akan tiba di apartemen dan mengambil koper, lalu menuju ke bandara. Kita tidak sempat makan jadi makanlah dulu."

"Makanan di pesawat juga enak-enak. Aku menyukainya."

"Ya, kita bisa makan siang nanti di pesawat."

"Pemuda itu bangkit untuk melihat cuaca di luar."

"Semoga tidak ada halangan lagi, jika terjadi badai. Maka kita tak akan bisa terbang hari ini."

Dinda mengangguk paham. Setelah makanan mereka habis, Tristan membantu meraih barang belanjaan gadis itu. Gelang couple itu kembali terjatuh menciptakan suara dencingan di lantai.

"Hey, maaf. Gelangmu jatuh."

Dinda mendekat untuk memungutnya. Dia menatap gelangnya dan terpaku

"Ayo buruan, jangan sampai Pak Jaya menunggu lama."

Tristan mengenakan jaket di tubuh Dinda. Gadis itu berpikir lama lalu berkata.

"Bos, maukah kamu memakai gelang ini sebagai tanda persahabatan?"

Tristan terkesima.

"Dari pada hilang begitu saja, sayang sekali kan, harganya lumayan mahal."

"Kamu memberikan aku gelang hanya karena sayang jika benda ini hilang?"

Dinda mengangguk dengan wajah polos.

Tristan tak habis pikir, namun Dinda kini telah memakaikan gelangnya.

"Sudah selesai, tolong dijaga baik-baik." Dinda tersenyum lalu melangkah meninggalkan kamar hotel. Tristan masih menatap gelangnya lalu tersenyum penuh arti.

****

Pak Jay langsung membukakan pintu mobil saat mereka tiba di luar.

"Ayo Nona. Selamat pagi."

"Terimakasih, Pak Jay. Pagi juga."

Tristan bergabung dan lelaki tua itu segera masuk ke kursi kemudi dan menyalakan mesin menuju ke apartemen.

"Semuanya baik-baik saja kan, Non? Tuan?"

"Ya, santai saja Pak Jaya."

Tak butuh waktu lama untuk tiba di apartemen, Tristan dan Dinda segera masuk dan menuju ke flatnya.

Sekarang sudah jam 7, Tristan mengingatkan Dinda untuk tidak membuang waktu atau mereka akan terlambat.

"Mandinya nanti aja, dua jam menuju bandara takutnya ada apa-apa."

"Ngga bisa, aku harus mandi. Mending ngga make up daripada nggak mandi. Saya mandinya cepat kok. Tenang aja."

Tristan menatapnya penuh peringatan.

"Kamu habis demam, Dinda."

"Udah sembuh kok, jangan khawatir."

Keras kepala. Begitulah dia.

Setelah tiba di flat, keduanya berpencar. Dinda dan Tristan lantas masuk ke kamarnya masing-masing.

Pemuda itu meraih koper yang sudah di siapkan lalu memastikan aliran listrik di dalam ruangan tidak ada yang menyala.

Tristan menunggu dengan sabar, 40 menit berlalu dan Dinda akhirnya datang.

"Bentar doang kan?" ucapnya tanpa merasa bersalah.

Tristan menarik koper gadis itu dan melangkah keluar. Percuma menasehati nya sekarang.

"Buru-buru banget, Bos."

"Satu jam lagi, aku nggak mau ada drama berlarian di bandara gara-gara kamu."

"Ngapain juga kita lari, kita tidak sedang syuting drama film India."

"Dinda!"

Dinda diam, gadis itu sengaja menggodanya. Mereka memasuki lift dan turun ke bawah. Saat tiba di lobby, Pak Jaya langsung datang menyambut kedua koper bawaan majikannya.

"Ayo cepat." Dinda duduk dengan santai dan Tristan berada tepat di sampingnya.

"Langsung ke bandara, Pak Jay. 50 menit lagi."

"Baik, Tuan."

Mobil melaju dengan cukup kencang, Dinda berpegangan pada kursi seolah takut kenapa-napa.

25 menit.

Pak Jaya menyelesaikan misi dalam waktu 25 menit. Mobil terparkir di lobby dan Tristan tersenyum senang.

"Kerja bagus, Pak Jay."

"Terimakasih Tuan."

Tristan dan Dinda keluar dari mobil lalu meraih koper mereka.

"Kami pamit, sampai jumpa lagi."

Pak Jay mengangguk.

"Sampai jumpa Nona Dinda, semoga suatu saat nanti bisa berkunjung ke Paris lagi."

Dinda hanya tersenyum karena hal itu sangat mustahil untuk terwujud.

"Terimakasih, Pak Jaya. Saya akan selalu mengingat bapak."

Tristan menatap lelaki tua itu.

"Tolong urus semuanya selama aku pergi."

"Baik, Tuan."

Dinda dan Tristan pun pergi, mereka tiba tepat waktu dan menaiki pesawat.

Dinda berulang kali menengok ke belakang, bahkan saat mereka menaiki pesawat, dan Tristan membiarkan gadis menggandengnya. Dinda masih melihat ke belakang.

"Apa? Kenapa?"

Dinda menggelengkan kepala dengan raut wajah sedih.

"Apa ada sesuatu yang kamu lupakan?"

"Ya, aku menaruh setengah hatiku di kota ini, suatu saat nanti aku pasti akan merindukannya."

"Tempat ini memang menakjubkan. Wajar jika kamu merasa tak rela."

Tristan masuk begitupun dengan Dinda.

Perjalanan panjang pun di mulai. Saat mereka lepas landas, Dinda masih ingin melihat bagaimana kota Paris dari atas ketinggian.

"Tristan," ucapnya ingin berbagi moment penting.

"Aku mengantuk, sungguh. Biarkan aku tidur."

Dinda menyayangkan hal itu, dia baru saja mau mengambil foto sebagai kenangan berada di atas pesawat.

"Ya sudah kalau tidak mau."

Tristan terlelap nyenyak, matanya begitu berat karena begadang semalaman.

Dinda kembali menatapnya. Berharap Tristan akan bangun dan dia akan mengajaknya mengambil foto, sayangnya pemuda itu benar-benar tidur setelah mereka lepas landas.

"Kalau dia tidur, aku ngapain?"

Dinda merasa sunyi, pramugari datang menawarkan makanan tapi Dinda tak berselera.

"Jika dia tidur, aku juga mau tidur.'"

Penerbangan yang di pilih Tristan memberikan fasilitas mewah, mereka bebas berbaring dengan kasur khusus dan tanpa pegal. Seluruh kakinya mengjangkau kenyamanan dan antara Dinda dan Tristan hanya terhalang dengan pembatas tengah yang memisahkan mereka.

Ibaratnya mereka tidur seranjang namun ada sekat di tengah-tengah.

20 jam perjalanan adalah waktu yang sangat panjang, dan membosankan.

"Dia pasti lelah, dia menggendong ku malam itu."

Dinda teringat kenangannya semalam. Memeluk Tristan dari belakang adalah hal yang tak mungkin dilakukan tapi dia telah melakukannya.

Tanpa sadar gadis itu tersenyum lalu terhenyak.

"Apa-apaan itu! Astaga Dinda, sadar dong. Kamu tuh malu-maluin." Batinnya.

Waktu berlalu, dan pesawat menjadi sunyi, para penumpang pelan-pelan tertidur lena.

Tristan yang nyenyak, bangun setelah tidur 4 jam lalu memesan makanan. Melihat Dinda di sampingnya pemuda itupun tak berniat membangunkannya.

Dia berpikir Dinda mungkin sudah makan sebelum dia bangun.

Pramugari datang dan pergi, Tristan menikmati makanannya hingga kenyang lalu menuju ke toilet.

Pemuda itu begitu santai, lupa jika Dinda pernah demam sebelumnya.

"Tristan, hey aku memang tidak salah lihat." Angelo berada di pesawat yang sama.

"Hay, El."

"Kamu bersama Dinda?" tanyanya.

"Ya, dia sedang tidur."

"Oh oke. Aku tidak akan mengganggu."

Tristan masuk ke toilet dan menghela nafas lelah, kesal karena melihat Angelo di pesawat yang sama.

"Kenapa dia harus ada di pesawat juga, menyebalkan!"

1
Wina Yuliani
tristan lg dlm mode pms nih, galau kan din
Firdaicha Icha
lanjut 👍💪💪
Isma Isma
ohh si Dinda lucuu 🤣🤣
ma az ran
cerita ny keren
lnjut thor
Melisa Satya: terimakasih kak🥰❤️❤️
total 1 replies
Wina Yuliani
mantap dinda👍👍👍👍
kalau bos mu tak bisa melindungi ya sudah kamu pasang pagar sendiri aja ya
ma az ran
ternyata sambngan letisya toh autor
Melisa Satya: kok tahu kak? ini kisah Tristan Bagaskara, Letisya dan Nana hanya jadi cameo nya
total 1 replies
Wina Yuliani
hayoloh bos, anak orang marah tuh,
kejar dia, atau justru anda yg akan d tinggalkan lagi
Wina Yuliani
makin seru ceritanya👍👍👍,
bikin ketawa sendiri, makin rajin upnya ya thor,
Melisa Satya: sip terimakasih kak
total 1 replies
Wina Yuliani
tanpa bos cerita pun pasti bakal ketahuan bos, anda sendiri yg membiat org lain mengetahuinya
ma az ran
ketemu lg kk
Wina Yuliani
ceritanya seru,ringan, gk neko neko tp bikin ketawa ketiwi sendiri nih, keren 👍👍👍
Wina Yuliani
awal yg manis dan seru👍👍👍
🌸ALNA SELVIATA🌸
Di tunggu updatenya thor😍
Melisa Satya: Terimakasih 🥰🥰🥰
total 1 replies
kusnadi farah
Aku butuh lebih banyak kisah seru darimu, cepat update ya thor 🙏
Melisa Satya: terimakasih akan saya usahakan 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!