Dear Alvin

Dear Alvin

1 Masuk Ruang BK

"Khususnya bagi siswa penerima beasiswa, sebagai penerima beasiswa di sekolah ini, saya harap kalian bisa memanfaatkannya dengan baik, belajar dengan sungguh-sungguh, mendapatkan nilai yang tinggi, bersedia untuk mengikuti lomba dan wajib menjadi juara demi mengharumkan nama sekolah, agar

sekolah tidak sia-sia memberikan pendidikan gratis untuk kalian"

sepenggal kalimat pidato penyambutan siswa baru

yang di lontarkan oleh kepala sekolah.

"Cuk, gendeng" umpat Alvin, yang saat ini berada di barisan tengah para siswa baru.

Beberapa Temannya pun hanya menoleh dan mencibirnya, sedikit umpatan yang keluar dari mulut Alvin nyatanya membuat beberapa teman seangkatannya merasa tak nyaman.

"Kenapa bro, gak suka? Kalo emang pinter dapet beasiswa sih pantes, gak bakal protes. Tapi kalau dapet beasiswa cuma karena miskin dan bodoh yah cuma jadi beban" sahut Alex, siswa yang berdiri

selisih satu siswa dengan Alvin.

Mendengar hal itu, Alvin pun menoleh dan menatap tajam pada Alex.

"Kenapa? Gak suka aku ngomongin fakta?" ucap Alex dengan senyum mengejek, memancing emosi Alvin.

Alvin masih bergeming, ia terus meyakinkan dirinya untuk tak membuat masalah di hari pertamanya. Sebagai siswa penerima beasiswa, tentu ia harus

menjaga sikap, mengingat banyaknya peraturan yang harus ia patuhi sebelum masuk ke sekolah ini.

" Yah cemen... gerutu sendiri aja bisanya. Dasar beban Sekolah!" Pancing Alex Lagi.

Tanpa bicara Alvin pun segera mendekati Alex dan melayangkan sebuah pukulan ke wajah Alex. Membuat para SiSwa perempuan refleks berteriak karena terkejut.

Alex pun tak tinggal diam, ia yang memang menyukai perkelahian tentu menyambut bogem yang di layangkan oleh Alvin dengan senang hati. Dengan

senyum mengejek Alex terus menangkis pukulan Alvin yang terasa semakin membabi buta.

Sedikit kekaguman timbul di benak Alex, sejauh ini belum ada yang berani memukul dirinya terlebih dahulu, terlebih saat ini dirinya hampir babak belur,

sedangkan Alvin hanya terlihat acak-acakan.

" Aku Memang Miskin beasiswa memang membiayaiku bersekolah disini, tapi tahukah kamu apa yang sedang ku usahakan? Jika tak tahu apapun sebaiknya kamu diam. Anak sepertimu tak ubahnya

seperti pengemis, yang hanya bisa meminta uang saku pada orang tua!" ujar Alvin setelah puas memukuli Alex, yang masih mengusap ujung bibirnya yang berdarah.

"Hei kalian, berhenti!! Ikut saya ke ruang BK!!" perintah seorang guru, seraya meraih Alvin dan menyeretnya untuk dibawa ke ruang BK. Dengan diikuti oleh Alex yang hanya bisa tersenyum masam di belakangnya.

la tak menyangka jika hari pertamanya sekolah akan se seru ini. Wajah teman-temannya yang lain yang

seperti komputer itu, hanya memberikan ekspresi datar saat awal mereka bertemu. Berbeda dengan Alvin, yang meski tampak acuh tapi terlihat lebih kritis.

Hal yang membuat Alex tertarik hingga membuat dirinya dan Alvin kini berada di sebuah ruang BK, ruangan yang pertama kali mereka masuki di hari

pertama masuk sekolah. Bukan kelas untuk belajar, melainkan ruang BK.

"Apa yang membuat kalian bisa-bisanya saling pukul di tengah upacara yang sedang berlangsung?!" tanya Bu Yuli dengan tegas.

Alex dan Alvin terdiam, keduanya tak ada yang menjawab, membuat Bu Yuli geram dan mengulang pertanyaannya hingga beberapa kali.

"Alvin hanya membela diri Bu, saya yang memancingnya" ucap Alex kemudian, meski ia nakal, tapi pantang baginya untuk lari dari tanggung jawab.

"Kami hanya bercanda Bu" sahut Alvin yang tak ingin masalah berlanjut.

Sejujurnya ia sedikit terkejut dengan kejujuran Alex.

"Jadi mana yang benar ini, kalian itu siswa baru, bisa-bisanya sudah berulah di hari pertama! Apalagi kamu anak beasiswa, ada point yang harus kamu jaga agar beasiswamu tak dicabut!" ujar Bu Yuli

dengan tegas, seraya menatap Alvin lebih dalam.

"Kami memang hanya bercanda Bu, maaf jika kelewatan" ujar Alvin. Meski dalam hati ia ingin memaki diri karena harus berbohong.

"Benar begitu Alex?" tanya Bu Yuli kini beralih menatap Alex.

"Hehe iya Bu" jawab Alex seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Tentu saja ia lebih memilih mendukung

Alvin, biar bagaimanapun Alex juga tak ingin masalah ini berlanjut.

"Kamu ini, kalau sampai papamu sampai tau, kamu pasti lebih tau kan apa yang bakal terjadi!" ujar Bu Yuli memberi sedikit penekanan agar Alex sedikit takut. Namun bukannya takut Alex malah cengengesan.

"Yah jangan sampai papa tahu dong Bu" jawab Alex masih bisa tersenyum.

Bu Yuli memang mengenal Alex, lagian siapa juga yang tak mengenali putra pemilik sekolah itu, hmmm kecuali Alvin sepertinya. Karena hanya dialah yang berani mencari gara-gara dengan Alex.

"Ya sudah kalau kalian sepakat jika yang tadi itu hanya sebuah candaan, saya harap hal itu tak akan terjadi lagi, saya juga tak akan mengurangi point kalian untuk kali ini, jadi saya minta kalian harus

saling memaafkan dan berjanji tidak mengulanginya lagi, mengerti!" perintah Bu Yuli membuat Alex dan Alvin mau tidak mau akhirnya bersalaman. Tanpa

mengucapkan sepatah kata pun. Membuat

Bu Yuli hanya bisa menggelengkan kepalanya heran.

"Sudah kalian langsung kembali ke kelas masing-masing aja, inget jangan buat onar!" pesan Bu Yuli.

"Baik Bu" jawab Alvin dan Alex hampir berbarengan.

SMA SANG JUARA sekolah dengan image pencetak lulusan terbaik, lulusan dengan presentase tertinggi yang masuk ke universitas terbaik di Indonesia maupun di luar negeri.

Sekolah yang di inginkan oleh banyak siswa kaya dan pintar untuk dapat berkesempatan bersekolah disana, bagi siswa yang benar-benar pintar memang

menjadi hal yang benar, namun bagi mereka yang hanya mengandalkan kekayaan orang tuanya, masuk ke SMA SANG JUARA adalah tuntutan agar bisa di banggakan oleh orangtuanya.

Alvin, salah satu penerima beasiswa berprestasi, yang berasal dari kampung yang berjarak sekitar satu setengah jam dari rumahnya, jika ditempuh dengan jalan kaki.

Ya, ditengah elitnya para siswa di SMA SANG JUARA, Alvin adalah salah satu siswa kere dengan dasi yang memiliki tanda garis 3, tanda yang menunjukkan

bahwa dirinya adalah siswa penerima beasiswa.

Hal yang membuat siswa lain yang melihatnya akan tahu jika dirinya adalah penerima beasiswa. Sedikit lucu, namun itulah faktanya.

"Hei, siswa beasiswa! Masuk kelas mana kamu?" sapa Alex yang masih dengan wajah songongnya, ketika keluar dari ruang BK.

Tanpa menjawab, Alvin pun hanya menunjukkan tanda pengenalnya, X-C.

"Wah kelas kita sebelahan, sayang banget kita gak sekelas. Kalau sekelas kan bisa punya temen bolos aku, eh tapi siswa beasiswa kayak kamu mana mungkin bisa bolos ya" cibir Alex yang segera berjalan mendahului Alvin dengan menyenggol

bahunya sedikit keras.

Membuat Alvin mengusap lengan dan hanya menggelengkan kepalanya.

Tanpa berniat membalas dan meredam emosinya sendiri, Alvin pun segera berjalan mnelewati koridor untuk segera menuju kelasnya.

Begitu masuk kedalam kelasnya, Alvin pun baru menyadari jika di kelas itu hanya dirinyalah yang memakai dasi dengan tanda 3 garis, la pun segera

memilih bangku paling pojok belakang.

Tak lama kemudian seorang siswa laki-laki juga duduk disebelahnya.

" Gila, cuma kita berdua memakai dasi dengan tanda 3 garis yah, yang lain hanya satu garis, itu berarti hanya kita berdua yang dapat beasiswa di kelas ini. Pantas saja mereka tak menghiraukan saat ku

sapa tadi, dasar orang kaya!" gurutu siswa tersebut, membuat Alvin mengernyitkan dahi.

Alvin berfikir dirinya sudah siswa terakhir yang masuk ke kelas, nyatanya ada yang lebih terlambat lagi. Siapa lagi kalau teman baru yang baru saja

meletakkan bokongnya di bangku sebelah Alvin.

"Eh kita belum kenalan ya, aku Mingyu bukan Minggu, panggil aja Ming biar gampang" ujar Mingyu yang ditatap dengan heran oleh Alvin.

"Alvin" jawab Alvin acuh, meski ia sedikit heran dengan nama laki-laki bermata sipit di sebelahnya.

"Gak usah heran, aku memang keturunan cina, dan gak usah heran juga kalau aku juga murid beasiswa, karena gak semua keturunan cina itu kaya. Ya seperti

aku ini, usaha papa sedang merosot padahal sebelumnya sukses, makanya masuk sini ngajuin beasiswa, untungnya aku cukup pintar jadi masuk deh" ujar Mingyu memberi penjelasan dengan

cukup berisik. (Tidak bermaksud SARA ya)

Sementara Alvin hanya menanggapinya dengan anggukan kepala.

la tak ingin tahu, tapi mau tak mau ia pun mendengar dengan seksama sebab Mingyu berbicara dengan suara yang cukup keras.

"Ah gak asik kamu Vin" ucap Mingyu yang tak mendapat respon apapun dari Alvin.

"Hey, sttt jangan berisik ada guru tuh" ucap seorang gadis yang duduk di dekat mereka, seraya meletakkan jari telunjuk ke ujung bibirnya, sambil menoleh ke arah Alvin dan Mingyu.

"Oke" ucap Mingyu tanpa bersuara.

Sementara Alvin tampak tersenyum sebagai respon pada gadis yang saat itu langsung menyita perhatiannya.

Sekolah elit memang sedikit berbeda, MOS yang mereka jalani hanya 3 hari sebelumnya, para guru bilang jika MOS yang terlalu kurang penting, tidaklah baik untuk waktu belajar mereka.

Guru yang masuk pun hanya memberi sambutan seadanya, mengabsen satu persatu nama siswa untuk berkenalan, serta mulai membuat struktur organisasi kelas.

"Itu yang duduk paling pojok belakang, murid beasiswa siapa tadi namanya? Alvin?" ujar Bu Desi dengan suara sedikit lebih keras. Membuat Alvin membuyarkan fokusnya yang sedang menatap gadis di depannya itu.

"Iya bu, ada apa ya?" tanya Alvin dengan wajah polosnya.

"Maju sini kamu!" perintah Bu Desi membuat Alvin segera maju ke depan kelas.

"Kamu yang tadi berantem waktu upacara ya?" tanya Bu Desi dengan tatapan tajam.

"Iya Bu" jawab Alvin datar.

"Baik mulai hari ini kamu jadi ketua kelas. Kalian setuju anak-anak?" tanya Bu Desi pada seisi kelas, keputusan dan pertanyaan yang membuat Alvin

terkejut.

Seisi kelas pun menatap pada Alvin sambil mengangguk setuju.

"Wah bisa beneran kayak robot gini

mereka"batin Alvin.

Entah apa yang membuat seisi kelas tersebut setuju dengan ide Bu Desi, namun mau tak mau Alvin harus menerima jabatan itu.

"Baiklah, Untuk selanjutnya bisa kamu bentuk sendiri, susunan struktur jabatan di kelas ini bersama teman-

temanmu yang lain. Saya pasrahkan mereka padamu!" ujar Bu Desi.

"Boleh saya meminta siswa perempuan yang duduk di depan saya itu untuk menjadi sekretaris saya Bu?" tanya Alvin membuat Bu Desi menoleh pada tempat duduk Alvin tadi, dan memperhatikan siapa gerangan yang duduk di depan Alvin.

Terpopuler

Comments

Mericy Setyaningrum

Mericy Setyaningrum

Alex adalah nama yg beken bagus kak hehee

2025-09-21

0

lihat semua
Episodes
1 1 Masuk Ruang BK
2 2 Pupus sebelum Mekar
3 3 Teka Teki Jati Diri
4 4 Profesi Baru
5 5 Sepeda Baru Tapi Bekas
6 6 Gerobak Baru
7 7 Rokok
8 8 Ketua Geng Pembuat Onar
9 9 Pasangan Lomba
10 10 Lomba
11 11 Juara
12 12 Gaji yang Di Harapkan
13 13 Ide Mulung
14 14 Rencana Ngekos
15 15 Gak Level
16 16 Kehilangan Rosok
17 17 Fakta
18 18 Diusir
19 19 Pindah
20 20 Jenang Abang
21 21 Iri
22 22 Setitik Harapan
23 23 Pengepul
24 24 Jualan
25 25 Terompet dan Es Teh
26 26 Berantem
27 27 Balapan
28 28 Berangkat Bareng
29 29 Rusaknya Tempat Rosok
30 30 Pupus
31 31 Fakta
32 32 Terciduk Polisi
33 33 Perlombaan
34 34 Siapa Gerangan
35 35 Tawuran
36 36 Dihukum
37 37 Babak Final Lomba
38 38 Lagi-lagi Juara
39 39 Kepergok
40 40 Tak Seperti Itu
41 41 Kehilangan
42 42 Classmeet
43 43 Ambil Raport
44 44 Benalu
45 45 Sial
46 46 Slot
47 47 Tak ada Habisnya
48 48 Sia Sia
49 49 Keberadaan Luna
50 50 Aturan Aneh
51 51 Tuduhan Tak Berdasar
52 52 Bincang Siang
53 53 Krisis Rasa Percaya Diri
54 54 Bukti
55 55 Tertangkap
56 56 Kepala Sekolah Baru
57 57 Ketua OSIS
58 58 Gadis Gila
59 59 Mengintai
60 60 Bebas Tuduhan
61 61 Kalah
62 62 Bolos
63 63 Yang Penting Ganteng
64 64 Kenakalan Remaja
65 65 Berubah
66 66 Fix Berhenti
67 67 Mengembangkan Usaha
68 68 Indahnya Berbagi
69 69 Diam Diam
70 70 Raport
71 71 Bertemu
72 72 Ter-Usir
73 73 Bimbang
74 74 Misi Penyelamatan
75 75 Bantuan
76 76 Ngedek Jejek Ijen
77 77 ATM
78 78 Hamil
79 79 Oleh Oleh
80 80 Pembicaraan
81 81 Diminta Pindah
82 82 Mencari Lahan
83 83 Rencana Terselubung
84 84 600 Jutaan
85 85 Deal
86 86 Orang Tuanya
87 87 Bantuan
88 88 Bertemu Om
89 89 Rencana Diratakan
90 90 Diratakan
91 91 Pamit
92 92 Terkejut
93 93 Tasyakuran
94 94 Pindah
95 95 Surat Istimewah
96 96 Penggemar
97 97 Akrab
98 98 Deep Talk
99 99 Informasi
100 100 Bertemu Nenek
101 101 Pencuri
102 102 Lapor Polisi
103 103 Ke Bandara
104 104 Kecelakaan
105 105 Urusan Polisi
106 106 Diremehkan
107 107 Bertemu
108 108 Kembali
109 109 Back To School
110 110 Lahiran
111 111 Telat
112 112 Wisuda
113 113 Tamat
Episodes

Updated 113 Episodes

1
1 Masuk Ruang BK
2
2 Pupus sebelum Mekar
3
3 Teka Teki Jati Diri
4
4 Profesi Baru
5
5 Sepeda Baru Tapi Bekas
6
6 Gerobak Baru
7
7 Rokok
8
8 Ketua Geng Pembuat Onar
9
9 Pasangan Lomba
10
10 Lomba
11
11 Juara
12
12 Gaji yang Di Harapkan
13
13 Ide Mulung
14
14 Rencana Ngekos
15
15 Gak Level
16
16 Kehilangan Rosok
17
17 Fakta
18
18 Diusir
19
19 Pindah
20
20 Jenang Abang
21
21 Iri
22
22 Setitik Harapan
23
23 Pengepul
24
24 Jualan
25
25 Terompet dan Es Teh
26
26 Berantem
27
27 Balapan
28
28 Berangkat Bareng
29
29 Rusaknya Tempat Rosok
30
30 Pupus
31
31 Fakta
32
32 Terciduk Polisi
33
33 Perlombaan
34
34 Siapa Gerangan
35
35 Tawuran
36
36 Dihukum
37
37 Babak Final Lomba
38
38 Lagi-lagi Juara
39
39 Kepergok
40
40 Tak Seperti Itu
41
41 Kehilangan
42
42 Classmeet
43
43 Ambil Raport
44
44 Benalu
45
45 Sial
46
46 Slot
47
47 Tak ada Habisnya
48
48 Sia Sia
49
49 Keberadaan Luna
50
50 Aturan Aneh
51
51 Tuduhan Tak Berdasar
52
52 Bincang Siang
53
53 Krisis Rasa Percaya Diri
54
54 Bukti
55
55 Tertangkap
56
56 Kepala Sekolah Baru
57
57 Ketua OSIS
58
58 Gadis Gila
59
59 Mengintai
60
60 Bebas Tuduhan
61
61 Kalah
62
62 Bolos
63
63 Yang Penting Ganteng
64
64 Kenakalan Remaja
65
65 Berubah
66
66 Fix Berhenti
67
67 Mengembangkan Usaha
68
68 Indahnya Berbagi
69
69 Diam Diam
70
70 Raport
71
71 Bertemu
72
72 Ter-Usir
73
73 Bimbang
74
74 Misi Penyelamatan
75
75 Bantuan
76
76 Ngedek Jejek Ijen
77
77 ATM
78
78 Hamil
79
79 Oleh Oleh
80
80 Pembicaraan
81
81 Diminta Pindah
82
82 Mencari Lahan
83
83 Rencana Terselubung
84
84 600 Jutaan
85
85 Deal
86
86 Orang Tuanya
87
87 Bantuan
88
88 Bertemu Om
89
89 Rencana Diratakan
90
90 Diratakan
91
91 Pamit
92
92 Terkejut
93
93 Tasyakuran
94
94 Pindah
95
95 Surat Istimewah
96
96 Penggemar
97
97 Akrab
98
98 Deep Talk
99
99 Informasi
100
100 Bertemu Nenek
101
101 Pencuri
102
102 Lapor Polisi
103
103 Ke Bandara
104
104 Kecelakaan
105
105 Urusan Polisi
106
106 Diremehkan
107
107 Bertemu
108
108 Kembali
109
109 Back To School
110
110 Lahiran
111
111 Telat
112
112 Wisuda
113
113 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!