IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Athan! Ayo cepatlah kita turun, Nala sudah lapar!" Teriak Nala memanggil saudara kembarnya dengan suara cadel dan centilnya. Athan adalah panggilan Nala kepada Nathan.
Nathan yang mendengar teriakan Nala langsung keluar dari kamarnya dengan wajah kesal.
"Kau berisik sekali Nala, gendang telingaku hampir pecah karena suara cemprengmu itu. Kalau lapar mana ada tenaga buat teriak-teriak begitu," ucap Nathan mengusap-usap telinganya dan langsung jalan mendahului Nala.
"Kalau Nala enggak teriak, mana Athan dengar, huh!" cebik Nala lalu menyusul kembarannya tersebut.
Nathan dan Nala duduk di kursi sambil menunggu ayah mereka datang. Nathan memepehatikan Nala sekilas lalu tertawa.
"Rambutmu berantakan sekali, siapa yang menguncirnya? Jelek!" ledek Nathan.
"Diamlah! Ini hasil karya daddy, dan aku menghargainya," timpal Nala dengan nada sedih, sebenarnya ia bisa meminta bantuan bibi pengasuhnya untuk membenarkannya, tapi ia tidak mau.
"Hai boy! Selamat pagi!" sapa Bara mencium puncak kepala Nathan.
"Daddy stop mencium Nathan, Nathan bukan anak kecil lagi, huh untung hanya Nala yang melihat," protes Nathan sambil mengusap kepalanya sendiri.
Bara hanya menanggapinya dengan senyuman, ciumannya beralih ke putrinya, Nala.
"Princess daddy, kenapa masih cemberut?" tanya Bara, ia menarik kursi dan mendudukinya.
"Athan meledekku daddy," menatap tajam Nathan tak lupa jari telunjuknya ia arahkan ke saudara kembarnya tersebut.
"Apa? kenapa menatapku seperti itu Nala? Emang benarkan kuncir kuda ponimu sangat jelek dan berantakan," cibir Nathan.
"Daddy, hua hua hua, Nathan jahat, Nala benci Nathan, hua hua hua,"
Bara menghela napasnya panjang, drama seperti ini terjadi hampir setiap pagi di kediamannya. Namun, hal itulah yang membuat rumahnya yang sangat besar tersebut menjadi berwarna.
"Princess sayang, dengar daddy, kamu selalu cantik, jangan dengarkan kakakmu, dia hanya bergurau, oke?" ucap Bara sambil menyodorkan sandwich kepada Putri kecilnya.
"Benarkah daddy? Seperti mommy?" Nala ingin menegaskan, Bara memang selalu bilang kepada anak perempuannya jika ia sangat cantik seperti ibunya.
"Yups, seperti mommy," sahut Bara.
"Dan kamu boy, jangan suka mengganggu adikmu, tidak baik bertengkar dengan saudara sendiri, bantu daddy menjaganya, oke?" Bara tahu, walaupun suka meledek adik kembarnya, namun Nathan sangat peduli dan menyayangi Nala.
"Tuh dengar kata daddy, kamu adikku, jadi panggil aku kakak," melirik Nala.
"Kita kembar Athan," Nala tak mau kalah.
"Tetap saja aku kakakmu, kamu kecil dan pendek. Cepat panggil aku kakak, atau nanti jika ada yang mengganggumu di sekolah, aku tidak mau membantu," Ucap nathan, kedua tangannya ia silangkan di depan dadanya, wajahnya melengos ke samping.
"Tidak mau, Athan nakal!!"
"Sudah, sudah, cepat kalian selesaikan makannya, daddy harus berangkat sekarang," Bara berdiri dan mencium kedua buah hatinya bergantian dan tentu saja Nathan keberatan dengan ciuman itu.
"Ciuman itu hanya untuk anak perempuan daddy, aku laki-laki! Lain kali jangan lakukan lagi!" ucap Nathan dengan wajah arogannya.
"Astaga, kenapa anak laki-lakiku begitu arogan dan dingin? Seperti dejavu," batin Bara. Bara mengacak rambut Nathan dan tersenyum lalu berbalik badan untuk meninggalkan mereka.
"Daddy pembohong, ingkar janji!" teriak Nala menangis.
Bara menghentikan langkahnya, ia memejamkan matanya sekejap lalu menoleh.
"Maaf sayang, hari ini daddy benar-benar tidak bisa mengantar kalian ke sekolah, kalian pergi sama nanny dan pak sopir ya?" ucap Bara.
"Baiklah," sahut Nala lirih, terlihat jelas kekecewaan di wajahnya. Ia tahu, ayahnya paling tidak suka di bantah.
Bara tersenyum getir, ia bisa melihat Nala begitu sedih, tidak seperti Nathan yang pintar menyembunyikan perasaannya, persis seperti dirinya. Bara melanjutkan langkahnya.
"Daddy tunggu!" teriakan Nala kembali menghentikan langkah Bara.
"Dasi daddy tidak benar, berantakan!" Nala menunjuk ke arah dasi yang Bara kenakan.
"Apakah princess mau membantu membenarkannya?" tanya Bara.
Nala menggeleng.
"Nala tidak bisa daddy, itu tugas mommy, maaf, kalau Nala udah besar pasti bisa," Nala menundukkan kepalanya.
Bara kembali mendekati putri kecilnya tersebut, dan tersenyum. Di ciumnya kening sang putri.
"Kalau begitu, nanti daddy benarkan sendiri, kalian lanjutkan makan, daddy berangkat dulu. Boy, jaga adikmu!" Bara menoleh ke arah Nathan yang sedang asyik makan dan cuek dengan keadaan sekitar.
"Huh, sepertinya aku harus mencarikan dady seorang istri, biar ada yang mengurus, memasang dasi saja tidak bisa," gumam Nathan. Bara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, anak laki-lakinya tersebut, terkadang memang dewasa sebelum waktunya.
"Kamu benar Athan, Nala setuju, biar nala ada temannya, yang syantik," sahut Nala dengan polosnya.
Saat bara melewati pintu, ibu mertuanya yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri datang.
" Mama, kenapa ke sini pagi-pagi?" tanya Bara.
"Tentu saja untuk mengantar cucu kesayanganku ke sekolah, karena kamu pasti tidak bisa mengantar mereka dengan alasan sibuk," sahut bu Lidya.
Bara mengernyitkan keningnya.
"Mereka ada nanny dan sopir, cepat katakan kenapa kemari?" Bara tahu, pasti mertuanya ada maksud lain, hingga pagi-pagi sudah menyambangi kediamannya.
"Katakan apa? Mama hanya mau menjenguk cucu-cucu mama, mama akan tinggal beberapa hari di sini karena satu minggu lagi mereka akan berulang tahun, mama akan menyiapkan pesta untuk mereka, kamu tidak lupa kan?"
Tentu saja Bara ingat, karena di hari kelahiran anaknya, Bara juga kehilangan istri tercintanya. Di seperti mendapat kebahagiaan dan kesedihan di waktu yang bersamaan.
" Hem, aku berangkat dulu," Bara mencium tangan ibu mertuanya.
" Tunggu, em bagaimana dengan perempuan yang mama kirimkan photonya kemarin? Cocok kan untuk menjadi mommy si kembar? Kapan kalian akan bertemu?"
"Sudah ku duga, pasti ada udang di balik bakwan. Ujung-ujungnya pasti ngomongin jodoh, calon istri, ibu untuk si kembar bla bla bla," Batin Bara yang sudah hafal dengan tabiat mertua tersayangnya tersebut. Ini sudah kesekian kalinya bu Lidya memintanya untuk melakukan kencan buta dengan seorang wanita, dari yang seorang dokter, artis papan atas, hingga pengusaha kaya, semuanya Bara tolak sebelum ia bertemu mereka. Ia tak berniat sama sekali untuk menikah lagi.
"Em, besok Bara akan mencari sopir lagi buat mama, biar mama nggak menyusahkan Varel lagi, tapi jangan di pecat lagi kalau sudah ada sopir baru," Bara mengalihkan pembicaraan, ia paling tidak suka membahas wanita lain, apalagi membahas tentang pernikahan.
"Mama tidak akan memecatnya kalau dia tidak kurang ajar, meminta mama menjadi istrinya. Emang mama perempuan apaan, eh kok malah bahas mama sih, kan sedang ngomongin anak teman mama,"
"Bara sibuk, tidak ada waktu untuk membahas hal tidak penting seperti itu, Bara berangkat dulu, Varel sudah menunggu," ucap Bara beralasan, ia melambaikan tangan ke arah adik iparnya yang sedang menunggunya di samping mobil, mereka akan berangkat ke kantor bersama.
Sejurus kemudian, Bara sudah masuk mobil dan Varel langsung menjalankan mobilnya sesuai perintah Bara.
" Dasar menantu tengil! , apa kamu lihat-lihat?" bu Lidya mengepalkan tangannya ke arah dua laki-laki yang berdiri tegap di depan rumah Bara. Kedua kedua laki-laki tersebut hanya menunduk sambil menahan tawanya.
"Halo every body! Si kembar kesayangan Oma, i'am coming yuhuuu!" seru bu Lidya menghampiri kedua cucunya yang sedang asyik sarapan.
"Tuh Nala, kembaran kamu datang," bisik Nathan saat mendengar suara omanya yang heboh.
"Kembaranku kamu Athan," cebik Nala, sambil mengunyah sandwich yang baru saja ia gigit.
"Tapi kamu lebih mirip dengan oma," ledek Nathan.
"Tidak, aku syantik seperti mommy, kata daddy," Timpal Nala santai sambil mengayun-ayunkan kakinya yang menjuntai dan belum sampai di lantai tersebut.
🌼 🌼 🌼
💠Jangan lupa like, komen dan votenya, serta masukkan ke dalam list ❤️ kalian.
Baca juga novel author yang lainnya yang berjudul My Husband is My Presdir : jodoh wasiat kakek
terima kasih 🙏🙏
salam hangat author ❤️❤️💠
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.