NovelToon NovelToon
Nyai Arum (Pembalasan Di Kehidupan Kedua)

Nyai Arum (Pembalasan Di Kehidupan Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Era Kolonial / Nyai
Popularitas:17.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Nilam Sari

Siapa yang menyangka permohonan yang berada di ujung nyawanya terkabulkan. Arum, gadis cantik yang merupakan salah satu gundik gubernur jenderal Belanda kembali ke masa lalu.

"Aku tidak mau mati dalam keadaan mengenaskan! Dicampakkan dan kehilangan anakku! Terlebih, kepada mereka!"

Mampukah Arum merubah masa depan nya? Apakah semuanya berjalan seperti yang diharapkan nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hitung Mundur

Cermin yang dibalut debu itu tetap memperlihatkan wajah dan tubuhnya dengan jelas. Arum masih tidak percaya dengan ini, tapi bibirnya langsung tersenyum jahat.

"Akan aku balas mereka!"

"Balas apa rum?" Arum langsung merubah ekspresi wajahnya. Senyuman jahat itu langsung menjadi kecil.

"Tidak ada bude." Ujar Arum.

"Kepala mu sudah tidak panas lagi?" Tanya bude.

"Sudah mendingan budhe." Jawab Arum sambil memegangi kening nya.

"Baguslah. Budhe khawatir melihat mu pingsan saat memetik daun teh." Jelas budhe dengan wajah khawatir.

"Aku sudah tidak apa budhe."

"Kalau begitu, makan lah lagi. Budhe harus ke kebun teh lagi. Kalau tidak nanti kena marah." Arum mengangguk.

"Hati-hati budhe."

"Iya, kamu juga." Budhe pergi dengan keranjang di punggungnya, meninggalkan pintu kayu kamar Arum yang reot.

"Mungkin ini sekitar 15 tahun atau 20?" Pikir Arum, mengingat tahun dia kembali.

"Artinya, mungkin tidak lama lagi. Aku akan bertemu dengan nya." Matanya memicing melihat jendela yang menampakkan pepohonan di belakang kamarnya.

********************

Topi berbentuk segitiga itu sudah berada di kepala untuk melindungi mereka dari panasnya matahari yang akan datang. Tak lupa dengan tangan mereka yang sibuk memetik daun teh dan memasukkan nya kedalam keranjang.

"Akhirnya datang juga." Mendengar suara itu, sontak mereka serempak melihat sosok yang datang dengan tersenyum kecil.

"Iya, belum telat kan?" Tanyanya sambil melirik ke sekeliling.

"Belum, mungkin sebentar lagi! Ayo cepat!" Budhe Arum mengangguk dan menuju tempat nya.

"Gimana keadaan nya si Arum?" Tanya salah satu diantara mereka.

"Sudah sadar. Demam nya sudah turun." Jawab budhe.

"Baguslah! Artinya harus kerja lagi kan?"

"Iya."

"Pastinya, kalau tidak mau kerja apa?"

"Siapa tau jajakan tubuhnya kan?" Celetuk salah satu diantara mereka. Sosok itu menatap tidak suka pada budhe Arum.

"Eh, Lastri. Ngomong sembarangan, ndak boleh!" Tegur salah seorang.

"Aku ngomong benar kan? Ndak sembarangan. Kalau ndak mau kerja seperti ini, mau kerja apalagi?"

"Kalau begitu putrimu begitu kah?" Sontak wajah itu langsung merah dengan tatapan tidak terima.

"Sembarangan! Putriku hidupnya terjamin! Mau dipinang anaknya pak kawo yang punya tanah dan perkebunan karet!" Ucapnya.

"Kalau begitu, kenapa masih kerja disini?"

"Aku kerja biar ndak bosan di rumah. Nggak kayak kalian! Buat beli beras kan? Hmph!"

"Ada apa ini!" Sontak semuanya diam.

"Tidak ada Tuan." Pria yang memegang tembakau di tangannya itu menatap sejenak kumpulan wanita dengan rentang usia remaja dan paruh baya.

"Ya sudah! Kerjakan dengan baik! Jangan ngomong!" Pria itu melanjutkan langkahnya ditemani dengan pesuruh nya.

***************

Cuaca yang panas terik membuat tenggorokan pekerja kering. "Aduh, ndak sanggup aku. Masih lama untuk istirahat nya?"

"Iya, perut ku juga sudah lapar." Untuk makan saja mereka harus menunggu perintah. Perut mereka yang sudah waktunya untuk diisi harus bersabar lagi. Jika melanggar mereka bisa dipecat dan dihukum.

Aliran air itu membersihkan tangan yang berkutat dengan daun teh itu. Lekas, air itu dituangkan mengalir ke tenggorokannya. Rasa haus akhirnya terobati. "Ayo kita makan! Waktunya cuma sebentar!"

"Iya-iya!"

**********************

Suara ketukan pintu itu membuat Arum yang tengah menikmati makan nya bangun dari kursi bambu itu. "Arum!" Ujar sosok dari balik pintu itu.

'Dia ....' batin Arum.

"Aku dengar kau sakit. Sudah baikan?" Tanyanya.

"Sudah."

"Aku bawakan buah pisang. Dimakan ya." Jelasnya sambil memperlihatkan pisang yang dibawanya.

"Terimakasih."

"Boleh aku masuk rum?" Tanyanya.

'Kenapa justru dia yang datang? Seharusnya bukan. Ada apa ini?' bingung Arum, apakah ada yang berbeda dari jalan cerita sebelumnya?

"Rum."

"Di luar saja."

"Baik." Pria muda itu tersenyum sambil mendudukkan dirinya. Matanya menatap Arum dengan penuh damba. Ari, dia adalah anak kepala desa.

"Budhe mu pergi."

"Iya, seperti biasa."

"Besok kerja lagi?"

"Iya, kalau tidak mau makan apa." Jawab Arum.

"Arum. Begini ..... Jawaban mu bagaimana?"

'Jawaban? Jawaban apa?' bingung Arum.

"Kalau kau setuju. Kita bisa segera menikah. Kau tidak perlu bekerja di perkebunan teh itu lagi." Jelas Ari.

'Ah ya. Aku ingat! Tapi sayang sekali, kali ini aku tidak mau.' Arum ingat, dulu dia begitu bahagia mendengar pinangan pria ini. Tapi kedua orang tua Ari justru menolaknya karena dia hanya gadis miskin. Mereka menghina Arum ditengah lamaran.

"Kalau aku setuju. Apakah orang tua mas, setuju? Aku ini gadis miskin."

"Tentu saja ....."

"Kalau begitu, nanti setelah menikah aku mau pisah rumah. Bagaimana?" Ari langsung diam.

"Rum, kalau itu ....."

"Aku tidak bisa menikah denganmu. Status sosial diantara kita memberikan jarak. Aku tidak mau nantinya ada pertentangan di tengah pernikahan kita nantinya. Aku sudah jawab, aku masuk dulu." Arum langsung masuk meninggalkan Ari yang bingung.

"Aku tidak akan menikah dengan mu. Karena dendam ku harap dibalas kan! Mungkin dengan kedua orang tua mu juga. Tapi nanti, ada waktunya."

*******************

"Bagaimana tuan? Semua gadis sudah saya keluarkan." Manik biru itu menatap deretan gadis di hadapannya.

"Tidak! Aku ingin gadis yang masih p3rawan! Jangan pikir aku tidak tau, kau mencoba menipu ku?"

"Ampun tuan! Jangan hukum saya. Saya bersalah! Maafkan saya!"

"Aku akan maafkan dirimu. Kalau kau temukan gadis yang aku inginkan!"

**************

"Sebentar lagi!" Arum seolah menghitung mundur apa yang dia tunggu.

"Tolong!"

"Jangan! Pak! Tolong aku pak!" Teriakan menggema di gelapnya langit yang meliputi desa itu.

"Cari setiap rumah! Kalau perlu dobrak saja! Bawa gadis-gadis di desa ini!" Jangan ada yang tersisa!" Titahnya.

Bersambung.......

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🥰 🙏

1
dewi roisah
lanjut...
Lyvia
laras laras km salah musuh 😀
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
Arum di lawan, kayak nya Laras mau cari mati
Nana Colen
crazy up doooong thooooor 😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍👍👍👍👍👍👍👍👍❤❤❤❤❤❤❤
Tinta Emas: 🥰🥰🥰🥰🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Nana Colen
waw munculah saingan frans 😂😂😂
Nana Colen
arum memang cerdik 👍👍👍
Lyvia
gila nyi arum nekat juga 😃
Maria Hedwig Roning
berani uga Arum..
Nana Colen
crazy up dongggg thooooor❤❤❤🥰🥰🥰🥰
Maria Hedwig Roning
thnks thor
Lyvia
yg ada besok frans ngajak nyi arum bukan km jamu nyonya menner 😄
Nana Colen
bagus menghadapi orang licik harus dengan cara licik 😁😁😁😁
aku
wkwkwkwkkw ngakak ini sebutannya apa, senjata makan tuan, apa nih 🤣 malah jd gila si nyonya /Facepalm/
aku
wuihh perjuangan arum keren!! 👍
aku
penasaran bgmn si arum ngatasi 3 bajing itu ya 🤔
aku
berasa kyk oven tuh rmh ya nyonya /Facepalm/
aku
wkwkwkwk kejengkang lucynjing 🤣🤣
aku
waow keren
Lyvia
makin seru, semangat thor upmya
Abel Incess
berharap arum juga pny kekuatan biar makin seru main" nya sm Caroline
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!