NovelToon NovelToon
DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Office Romance
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Marsshella

“Sakitnya masih kerasa?”
“Sedikit. Tapi bisa ditahan.”
“Kalau kamu bilang ‘bisa ditahan’ sambil geser duduk tiga kali … itu artinya nggak bisa, Dhifa.”
“Kamu terlalu kasar tadi pagi,” batin Nadhifa.
***
Renzo Alverio dan Nadhifa Azzahra saling mencintai, tapi cinta mereka dibatasi banyak hal.
Renzo, CMO Alvera Corp yang setia pada gereja.
Nadhifa, CFO yang selalu membawa sajadah dan mukena ke mushola kantornya.
Hubungan mereka tak hanya ditolak karena beda keyakinan, tapi juga karena Nadhifa adalah anak simpanan kakek Renzo.
Nadhifa meski merasa itu salah, dia sangat menginginkan Renzo meski selalu berdoa agar dijauhkan dari pria itu jika bukan jodohnya
Sampai akhirnya suatu hari Renzo mualaf.
Apakah ada jalan agar mereka bisa bersatu?
*
*
*
SEKUEL BILLIORAIRE’S DEAL : ALUNALA, BISA DIBACA TERPISAH

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsshella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. DIKEJAR PASUKAN KUCING

Pintu lift terbuka, aroma khas lantai itu langsung menyambut. Sedikit wangi lavender bercampur sabun mandi Nadhifa yang entah bagaimana selalu merambat sampai ke lorong. 

Renzo menarik napas dalam, seolah pemuja aroma paling setia. Sembilan malam lewat. Ia baru pulang dari kantor. Tapi yang lebih penting dari semua itu…

Hari ke-sepuluh. Hari yang sudah ia tunggu dengan sabar.

Langkahnya cepat tapi tetap penuh gaya. Kancing jas sudah ia lepaskan sejak di parkiran, dasinya dibiarkan longgar, rambut sedikit acak karena hanya disisir dengan tangan. 

Siapa peduli. Renzo yakin istrinya akan tetap tersenyum saat melihatnya. Atau setidaknya siap-siap diterkam.

Begitu pintu apartemen terbuka, matanya langsung menangkap sosok Nadhifa yang baru selesai merapikan kerudung. Wangi lotion tubuhnya menyeruak lembut, membuat senyum Renzo makin lebar.

“Sayang,” sapanya rendah, nada sengaja ia seret seperti aktor dalam trailer film thriller.

Nadhifa menoleh pelan, lalu menyipitkan mata. “Kenapa kayak mau nge-begal?”

Renzo menyeringai. “Nggak. Mau buka puasa.”

Nadhifa langsung tertawa paksa. “Mas…”

“Udah lewat Maghrib, Sayang. Bahkan Isya sudah tadi di kantor. Sekarang waktunya … menu utama.”

“Mas!” Nadhifa menahan tawa sambil mundur selangkah. 

Tangan Renzo bergerak menyentuh pinggang Nadhifa dari belakang. Perempuan itu refleks melengkung, lalu menatap suaminya lewat bahunya.

“Jangan capek-capek, ya,” bisik Renzo di dekat telinganya. “Aku cuma mau peluk.”

“Peluk atau…?” Nadhifa mencibir kecil.

Renzo tidak menjawab. Ia hanya menarik tubuhnya ke dada. Hidungnya menempel di tengkuk istrinya. “Masih harum.”

Nadhifa mendesah pelan. “Mas…”

“Aku nunggu sepuluh hari, Nadhifa. Sepuluh hari. Kamu tahu rasanya?”

“Kayak ditahan di penjara siang-malam, ya?” Nadhifa tertawa kecil.

“Penjara penuh godaan,” balasnya rendah.

Nadhifa menoleh. Senyumnya lebar, namun matanya lembut. Tatapan seorang istri yang tahu, bahwa suaminya tidak hanya menginginkan tubuhnya—tapi segalanya. Kehadirannya. Dekatnya. Suaranya. Bahkan nafasnya yang menenangkan.

Renzo mengangkat wajah istrinya perlahan. “Kalau aku bilang ... malam ini aku nggak butuh apa-apa. Cuma kamu tidur di pelukanku. Boleh?”

Nadhifa sempat terdiam. “Mau tidur aja?”

Renzo menahan senyum. “Ya … peluk. Sambil usap punggung. Cium. Terus … kalau kamu nyusul pelan-pelan … ya itu mah rezeki.”

Nadhifa memukul dada suaminya pelan, tapi senyumnya merekah. 

...***...

Yuda belum tidur. Ia masih berkutat dengan laptop, mengerjakan tugas analisis pasar digital yang entah kenapa semakin larut justru terasa semakin rumit. Kopi di gelas sudah dingin. Matanya makin berat. Tapi deadline tidak pernah mengenal belas kasihan.

Ia pikir malam itu akan sunyi. Bagaimanapun, jam sudah melewati tengah malam.

Dari balik pintu kamarnya yang tertutup, Yuda mendengar suara.

Pertama, derit ranjang. Pelan, tapi jelas.

Lalu suara seperti benda jatuh. Mungkin bantal. Atau tubuh yang menabrak sofa?

Yuda terdiam. Tidak bergerak. Menunggu.

Lalu terdengar tawa. Tawa kecil—antara geli dan malu. Suara Nadhifa. Tak lama kemudian disusul suara rendah Renzo, entah berusaha menenangkan atau justru menggoda.

Yuda tidak berani menebak.

Ia menekan tombol volume laptop, masih belum cukup. Dengan pasrah, ia menyambungkan headphone, membuka YouTube, lalu mencari ‘sholawat merdu penenang hati’.

Layar laptop tetap menyala, jarinya tetap menari di keyboard. Namun pikirannya jelas harus dikendalikan.

“Stay fokus, Yuda. Fokus tugas. Bukan derit ranjang,” gumamnya pelan.

Tiba-tiba, satu hal menyadarkannya. Ini bukan lagi rumah panti. Ini rumah keluarga. Rumah di mana cinta terdengar nyata.

Walau agak memalukan, ada bagian kecil di hatinya yang merasa iri. Tapi selebihnya? Yuda hanya bersyukur mereka bahagia.

Meski begitu, ia sudah tahu satu hal pasti. Besok pagi, ia ogah sarapan bareng mereka. Malu sendiri.

Yuda tidak tahan.

Dengan enggan, ia bangkit, mengambil sekotak susu dari kulkas, menusuk dengan sedotan dan menikmatinya.

Susu kotak itu, membuatnya teringat pada gadis stroberi susu kotak tempo hari. Bagaimana gadis itu tanpa sadar muncratkan susu ke kemejanya. Yuda tersenyum pahit sendiri, tapi tak lama—ia harus keluar apartemen.

Langkahnya hati-hati, menyusuri koridor yang sepi. Lampu lorong hanya setengah terang, memantulkan bayangan Yuda sendiri di lantai. Setiap tegukan susu terasa menenangkan, tapi juga membuatnya sadar, malam ini terlalu hening.

Dan tiba-tiba, di ujung koridor, muncul dua sosok.

Arshen. Dan pria seumuran Renzo—Alaric Alverio, ayah Arshen.

Yuda terkejut, tapi segera menyapa dengan sopan. “Halo, Om Alaric,” ucapnya pelan.

Alaric menoleh, ekspresinya tegas tapi ada hangat yang samar di mata. Sekilas, kalau ia marah, bisa menyeramkan seperti singa. Tapi sekarang, ia hanya tersenyum ringan, mengangguk.

“Yuda. Malam begini mau kemana?” tanya Alaric.

Yuda tersenyum kikuk. “Cuman cari udara segar, Om,” balasnya.

Alaric berjalan lebih dulu, meninggalkan Arshen di belakang.

Arshen menatapnya, mata sedikit penasaran. “Mau kemana lo, Yud?” tanyanya.

Yuda meneguk susu terakhirnya dan menjawab, “nyari angin.”

Arshen mengerutkan alis, tapi kemudian ikut berjalan di sampingnya. 

Yuda terkejut. “Lo gak pulang?”

Arshen menyunggingkan senyum tipis. “Kayaknya gue tau kenapa lo keluar malam-malam.”

Yuda menatapnya, tak yakin harus malu atau bingung.

“Gue udah sering kaya gini, Yud. Malam ini juga sama … karena Mama gue udah ada di apartemen dan Papa bahagia banget tuh. Papa gue siap menyerang,” jelasnya.

Yuda terdiam. Tatapan mereka bertemu. Tidak perlu banyak kata. Saling paham.

Mereka tahu. Mereka tahu suara dari kamar itu bukan sekadar kebetulan. Orangtua mereka, sedang beradu di ranjang.

Yuda menarik napas panjang. Dia berjalan pelan, mencoba fokus pada lantai koridor, tapi sadar Arshen tetap di sampingnya.

Mereka melanjutkan langkah dalam diam, tapi keheningan itu justru membuat Yuda merasa tidak sendirian menghadapi absurdnya kehidupan malam ini.

Setiap langkahnya, setiap detik di koridor sepi apartemen, diiringi pemikiran yang sama. Orangtua mereka akan selalu menjadi orang dewasa dengan rahasia malamnya sendiri, dan mereka—Yuda dan Arshen—hanya bisa menyingkir karena itu bisa membuatnya trauma.

Mereka berhenti di depan apartemen, udara malam terasa segar tapi agak lembab. Lampu jalan memantulkan bayangan panjang mereka berdua.

Tiba-tiba…

Suara gemerisik kecil tapi banyak. Yuda menengok, dan hampir saja jantungnya copot.

Sepersekian detik, pasukan kucing muncul dari semak-semak dan trotoar. Hitam, abu-abu, belang … setidaknya sepuluh ekor, mata mereka bersinar di kegelapan.

Mereka menatap Yuda dengan intens, seperti menilai siapa yang pantas dilewati.

Yuda terperanjat. “Astaga … kucing … banyak banget!”

Tanpa pikir panjang, ia langsung menarik hoodie Arshen. Arshen yang lebih pendek 5 cm dari Yuda yang sedikit miring karena ditarik tiba-tiba, menatapnya dengan ekspresi setengah kesal dan tak percaya.

“Yud! Eh, tunggu—kenapa gue harus ikut lari?!” Arshen protes. Dia kan tidak takut kucing.

“LARI!!!” Yuda teriak sambil menatap kucing-kucing itu yang sekarang tampak seperti pasukan ninja malam hari.

Arshen menatap Yuda, tapi akhirnya pasrah. “Yud … serius?” Ia menarik hoodie-nya ke posisi semula, tapi Yuda tetap mencengkram lengannya.

Hoodie Arshen miring di satu sisi, tapi Yuda malah menertawakannya. Arshen tinggi, bahu lebar, langkahnya panjang dan kuat tapi malam ini, dia jadi ‘boneka’ yang ditarik Yuda sambil lari dari kawanan kucing.

“GUE … GUE IKUT LO MALAM INI BUAT APA SIH?!” Arshen sesak, tapi mengikuti langkah Yuda.

“JANGAN TANYA! LARI AJA!” Yuda membalas, sambil melempar pandangan ke kucing-kucing yang kini masih mengejar dari belakang.

Mereka berdua lari zig-zag di trotoar, sesekali Yuda menoleh, melihat kucing-kucing itu membentuk formasi yang cukup mengerikan. 

Satu ekor kucing belang sampai meloncat kecil ke arah mereka, tapi mereka berhasil menghindar.

Hoodie Arshen kini benar-benar miring ke satu sisi karena tarikan Yuda yang tak henti. 

Arshen kesal dan terhibur. “Yud … kalau besok gue videoin ini dan sebar di grup kampus, lo bakal menyesal,” gumamnya.

Yuda menahan tawa, nafasnya makin terengah, tapi senyumnya lebar. “Terserah lo deh, yang penting … gue selamat dari kucing itu!”

MEOOOONG~

1
Esti Purwanti Sajidin
syemangat kaka,sdh aq vote👍
Marsshella: Makasi semangatnya Kaka, makasi udah mampir ya. Selamat datang di kisah Renzo dan Nadhifa 🥰
total 1 replies
kalea rizuky
najis bgt tau mual q thor/Puke/ kok bs alarik suka ma cwok pdhl dia bersistri apakah dia lavender marrige
Marsshella: di Alunala Alaric dia udah tobat kok dan punya anak kesayangan. Ini giliran ceritanya si Renzo 😭😭😭😭😭
total 1 replies
kalea rizuky
njirr kayak g ada perempuan aja lubang ta.... *** di sukain jijik bgt
kalea rizuky
gay kah
Wina Yuliani
tah ge ing ketahuan jg brp umur.mu nak
Marsshella: dah jadi pria matang ya 😭
total 1 replies
Wina Yuliani
emangnya mereeka beda berapa tahun ya thor?
Marsshella: seumuran mereka 😄. Kakeknya Renzo tuh punya simpanan muda dan itu Nadhifa anaknya Kakek Renzo ... ikutin terus ceritanya, ya, ada plot twist besar-besaran 🥰
total 1 replies
Wina Yuliani
ternyata ada kisah cinta terlarang yg nambahin kerumitan hidup nih
Marsshella: ada plot twist ntar 🔥
total 1 replies
Wina Yuliani
baru baca tapi udah seru, keren
Marsshella: Welcome to kisah Renzo dan Nadhifa, Kak. Ikutin terus ceritanya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!