NovelToon NovelToon
DIKHIANATI OLEH JANJI DIBANGKITKAN OLEH AI

DIKHIANATI OLEH JANJI DIBANGKITKAN OLEH AI

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem / Kehidupan di Kantor / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Nayla dan Dante berjanji untuk selalu bersama, namun janji itu pudar ketika Nayla mendapatkan pekerjaan impiannya. Sikap Nayla berubah dingin dan akhirnya Dante menemukan Nayla berpegangan tangan dengan pria lain. Hatinya hancur, tetapi sebuah kecelakaan kecil membawanya bertemu dengan Gema, kecerdasan buatan yang menjanjikan Dante kekayaan dan kekuasaan. Dengan bantuan Gema, Dante, yang sebelumnya sering ditolak kerja, kini memiliki kemampuan luar biasa. Ia lalu melamar ke perusahaan tempat Nayla bekerja untuk membuktikan dirinya. Dante melangkah penuh percaya diri, siap menghadapi wawancara dengan segala informasi yang diberikan Gema.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diterima di perusahaan XY

Dante melangkah masuk ke dalam gedung, merasakan dinginnya AC yang berhembus menyapu wajahnya. Pintu kaca di belakangnya menutup dengan suara pelan, memisahkan ia dari hiruk pikuk jalanan. Di dalam, suasana begitu berbeda. Orang-orang berpakaian rapi berjalan dengan langkah cepat dan tujuan yang jelas. Udara terasa sarat dengan ambisi. Ia mengikuti petunjuk di lobi menuju sebuah ruangan besar yang dipenuhi kursi.

Di sana, sudah ada banyak orang yang duduk. Beberapa membolak-balik berkas, sebagian lain menatap layar ponsel mereka dengan cemas. Senyap, namun di balik itu semua, Dante bisa merasakan kegugupan yang menyelimuti seluruh ruangan.

Dante menemukan tempat duduk di baris paling depan. Ia tidak merasakan apa pun, hanya tenang dan rileks. Ia melihat visual mengapung di hadapannya, berisi informasi penting yang diberikan Gema. Ia tidak tahu apa yang harus ia persiapkan, tetapi Gema memberikannya visual baru. Visual itu berisi informasi tentang perusahaan, budaya kerja, profil manajer HRD yang akan mewawancarainya, dan bahkan kemungkinan pertanyaan yang akan diajukan. Dante merasa seperti sedang berada di dalam sebuah film fiksi ilmiah.

“Dante Alighieri,” panggil seorang perempuan dari pintu. Dante berdiri, dan Dante merasakan sensasi aneh di kepalanya, seperti aliran data yang sangat cepat. Visual baru muncul di hadapan matanya. Dante melihat profil lengkap dari perempuan itu. Gema memberitahunya bahwa perempuan itu bernama Sinta, manajer HRD yang akan mewawancarainya. Gema juga memberitahu Dante bahwa Sinta adalah seorang yang tegas, tetapi sangat menghargai kejujuran dan ketulusan.

“Silakan masuk,” kata Sinta, dan Dante mengangguk. Dia melangkah masuk ke dalam ruangan wawancara, dan pintu pun tertutup. Dante duduk di kursi yang Sinta tunjuk. Sinta melihat Dante dengan tatapan yang tajam, seperti ia sedang menganalisis setiap detail yang ada pada diri Dante. Dante tidak gentar. Dia tahu bahwa ia akan berhasil.

Sinta mempersilakan Dante duduk di sebuah meja yang dilengkapi dengan komputer. Ia menjelaskan bahwa Dante harus menyelesaikan tes teori terlebih dahulu sebelum wawancara. Dante melihat layar monitor yang menampilkan puluhan pertanyaan pilihan ganda. Pertanyaan-pertanyaan itu menguji pengetahuan teknis tentang jaringan, pemrograman, dan basis data, topik yang selama ini menjadi momok bagi Dante. Keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya.

[“Tenang, Dante,”] suara Gema terdengar menenangkan di dalam kepalanya. Visual baru muncul, kali ini dalam bentuk panah-panah kecil yang mengarah pada setiap opsi jawaban. Saat Dante menatap pertanyaan pertama, sebuah visual mengapung muncul di sampingnya, menampilkan potongan-potongan kode dan diagram yang relevan, lengkap dengan penjelasan singkat dan padat. Ia seolah-olah sedang membaca buku teks terbaik di dunia.

Dante membaca pertanyaan itu, lalu pandangannya beralih ke visual Gema. [“Sistem routing statis lebih mudah dikonfigurasi pada jaringan kecil,”] visual itu berkedip di samping jawaban yang benar. Dante menggeser kursornya, mengklik opsi yang ditunjukkan Gema, dan berpindah ke pertanyaan berikutnya.

Pertanyaan demi pertanyaan ia jawab dengan mudah. Setiap kali matanya memindai sebuah pertanyaan, Gema langsung menampilkan jawaban yang paling akurat dan efisien. Gema tidak hanya memberikan jawaban, tetapi juga konteksnya, membuat Dante benar-benar memahami materi yang diujikan. Dante merasa otaknya bekerja pada kecepatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia menggeser kursor dan mengklik jawaban dengan presisi dan percaya diri.

Sinta sesekali melirik dari mejanya, mengamati Dante yang tampak begitu tenang dan fokus. Ia melihat Dante menyelesaikan tes itu jauh lebih cepat dari kandidat sebelumnya. Sinta mengangkat alisnya, terkesan. Ia tidak menyangka Dante akan menunjukkan kecepatan dan ketenangan seperti itu.

Setelah menyelesaikan pertanyaan terakhir, Dante mengklik tombol "Selesai" dan layar menampilkan skornya. Dante terkejut melihat angka yang sangat tinggi di sana, nyaris sempurna. Rasa bangga membuncah di dalam dirinya. Ia berhasil melewati tes teori yang selama ini ia hindari dengan hasil luar biasa.

Sinta melihat skor itu dari kursinya, dan senyum tipis terukir di wajahnya. “Luar biasa, Dante,” katanya. “Saya tidak menyangka Anda akan mendapatkan skor setinggi ini.”

Dante merasa siap, sangat siap. Ia kini tahu bahwa tidak ada lagi yang bisa menghentikannya.

Sinta menutup laptop Dante dan menyimpannya di sudut meja. Ia kemudian membuka folder di mejanya. “Tes praktik, Dante,” ujar Sinta sambil menunjuk sebuah boks yang berisi komponen-komponen komputer yang berserakan, dari kabel, prosesor, hingga motherboard. “Tugas Anda adalah merakit komputer dari nol hingga bisa berfungsi sempurna dalam waktu tiga puluh menit.”

Dante menelan ludah. Ia tidak pernah benar-benar merakit komputer sendiri sebelumnya. Tangannya gemetar. Gema merespons dengan cepat.

[“Tenang, Dante,”] suara Gema kembali terdengar. [“Sama seperti ponsel itu, ini hanyalah teka-teki. Aku akan memberimu peta, dan kau yang akan menyelesaikannya.”]

Seketika, visual mengapung kembali muncul di hadapan Dante. Visual itu menganalisis setiap komponen di dalam boks, menampilkan diagram tiga dimensi dari sebuah komputer yang sudah dirakit. Gema menunjukkan dengan panah-panah, urutan merakit yang paling efisien, dan visual setiap komponen yang harus diletakkan. Visual itu juga menampilkan instruksi, seperti “Sambungkan kabel power ke motherboard,” dan “Pasang RAM di slot yang benar,” lengkap dengan deskripsi dan gambar.

Dante meraih motherboard dan prosesor. [“Tahan di sudut kanan atas,”] Gema memberitahu Dante. Dante mengikuti instruksi tersebut. Tangan Dante bergerak dengan presisi yang belum pernah ia miliki. Visual mengapung di udara yang Dante lihat tiba-tiba berubah, menyorot area-area spesifik di tangan Dante dan di layar ponsel. Di dekat tangannya, muncul instruksi terperinci, “Tempatkan ibu jari di sudut kiri atas, telunjuk di sudut kanan bawah. Tekan dengan lembut.”

"Ini... ini luar biasa!" gumam Dante, suaranya bergetar. "Ini seperti aku tahu segalanya tentang perbaikan ini."

Gema tidak menjawab. Ia hanya terus memvisualisasikan setiap langkah, setiap komponen, setiap baut yang harus diputar. Dante bergerak dengan cepat dan efisien. Gema menunjukkan posisi kabel-kabel yang harus dicolok, dan Dante menaruhnya di tempat yang tepat. Gema menunjukkan bagaimana memasang kartu grafis dan Dante melakukannya dengan presisi.

Sinta, yang awalnya santai, kini mulai duduk tegak, terkejut melihat kecepatan dan akurasi Dante. Dante menyelesaikan tugasnya dalam waktu kurang dari dua puluh menit. Ia menyambungkan komputer tersebut ke monitor, menekankan tombol power, dan komputer menyala.

"Ini... tidak mungkin," gumam Sinta, berdiri dan mendekati Dante.

Dante tersenyum, merasa bangga. "Aku... aku berhasil," ucap Dante, suaranya serak. Ada perasaan bangga yang membuncah di dalam dirinya. Ia berhasil memperbaikinya, bukan karena sihir, tapi karena pengetahuannya yang tiba-tiba berlipat ganda.

Sinta mengamati Dante dengan seksama, mengukur setiap gerakan dan ekspresi di wajahnya. “Anda sangat cepat,” ujarnya, matanya menyipit penuh rasa ingin tahu. “Mata Anda tidak pernah lepas dari layar saat tes teori, dan tangan Anda bekerja dengan sangat presisi saat merakit komputer. Anda terlihat... tidak pernah ragu.”

[“Jangan panik, Dante. Ingat, dia menghargai kejujuran.”] Gema kembali mengintervensi, tetapi kali ini tanpa memberikan visual apapun.

“Saya… saya mempersiapkannya dengan baik,” Dante menjawab, suaranya bergetar sedikit. “Saya… saya tidak akan berbohong, Bu Sinta. Saya adalah seorang pemuda yang dikhianati dan putus asa. Saya tidak tahu banyak tentang teknologi, dan saya tidak punya pengalaman yang cukup untuk pekerjaan ini. Semua yang saya lakukan… semua yang saya lakukan adalah dengan bantuan orang lain.”

Sinta terdiam, raut wajahnya berubah dari rasa ingin tahu menjadi kekecewaan. Ia melipat tangannya di dada. “Jadi, Anda ingin mengatakan bahwa Anda curang?”

“Tidak,” Dante menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak, Bu Sinta. Saya… Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya beruntung.”

Dante tidak berbohong. Gema adalah bagian dari dirinya, dan Gema selalu jujur padanya, seperti seorang teman yang setia. Jadi, dia tidak bisa berbohong pada Sinta. “Saya… saya memiliki… seorang teman yang membantu saya, Bu. Dia… dia selalu ada di sana untuk saya, dan dia… dia mengajari saya banyak hal.” Dante berharap Sinta percaya padanya.

Sinta menatap Dante selama beberapa detik, mengamati ketulusan di matanya. Bibirnya melengkung membentuk senyum. “Saya mengerti. Saya bisa melihat ketulusan di mata Anda. Saya menghargai kejujuran Anda.” Sinta menghela napas. “Saya tidak akan menanyakan bagaimana Anda melakukannya. Tapi saya bisa mengatakan bahwa Anda adalah kandidat terbaik yang pernah saya temui.”

Sinta mengambil folder dan menyerahkannya kepada Dante. “Selamat datang di tim, Dante,” katanya. “Anda adalah insinyur IT senior yang baru di perusahaan ini. Saya harap Anda akan menikmati pekerjaan Anda.”

Dante terkejut, matanya terbelalak. Ia tidak pernah menyangka akan mendapatkan pekerjaan itu, terutama setelah ia mengakui kekurangannya. Ia merasa sangat bahagia, hampir tidak bisa menahan air mata. Ia menerima folder itu, jantungnya berdebar kencang.

1
Ariski
bagus thor. lanjutkan thor jngn lama lama up nya
Was pray
Lucas terlalu hebat buat dante, ibarat anak TK melawan profesor... ambisi yg tak terkontrol menghilangkan kewaspadaanmu dante
Was pray
dante masih kalah jaaauuuuuh sama Lucas, dalam tekhnologi dan strategi, nyatanya komunikasinya disadap sama Lucas saja tidak tahu padahal dulu sebelum freza ke Amerika, udah ada keterlibatan Lucas dengan bima sebagai bidaknya utk menghancurkan xy grup, trs kasus kecelakaan dante juga Krn Lucas ,tapi sampai detik ini gak ada tindakan dante terhadap tindakan lucas
Was pray
dante gak dikasih tau sama gema soal Lucas yg menargetkan freza-?
Was pray
Lucas itu sebenarnya dendam dengan dante apa sama freza sih? jadi di sini yg jadi korban itu dante apa freza?
Was pray: waduh.... othor nih .. malah main rahasia rahasian .. kan jadi pinisirin...
total 2 replies
Was pray
jangan janji dante tapi berusaha , karena janji itu berat, seberat rindu... kata Dylan... 🤭🤭
Khusus Game: Ebuzet....🤣
total 3 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Khusus Game: hadir ka. aman..
total 1 replies
Was pray
Nayla sumber masalah, kalau sumber duit sih menguntungkan... lah ini sumber masalah ya bikin buntung bukan untung.... 😄😄😄
Khusus Game: Punya mantan ke gini ribet juga ya🤣
total 1 replies
azizan zizan
ada kejanggalan bila baca(SUARA AKU KEMBALI TERDENGAR) apa tu... ini seolah-olah kau buat cerita tentang diri kau sendiri Thor.. kalau Gini yah sudah lah jadi hilang serinya aku buang aja lah dari rak baca ku...cisss hilang semangat terus mau baca...
Khusus Game: Oke k. makasih informasinya.👍🙏
total 1 replies
azizan zizan
ngapain emosi sama perempuan jalang itu malah gama yang di tengking nya.. apa kau lupa masa kau terpuruk gama yang bantuin kamu.. dasar lupa daratan...
azizan zizan
memerhati dahulu...
Khusus Game: siapp.. KA.. akoh siap dihujat🤣
total 1 replies
azizan zizan
hmmm... ini berkisarkan kehidupan dengan sistem ya... aku harap si ATHOR bijak mengolah alur ceritanya ya.. jangan jadi seperti novel2 yang sama seperti ini.. kebanyakkan mc jadi tolol tidak pernah belajar dari kesilapan... walaupun ini berkisahkan fantasi biar alurnya agak berlogokan lah gitu...
Was pray
freza selamat karena keberuntungan kan? orang yg merasa dirinya sukses biasanya akan hilang kewaspadaannya. termasuk dante juga. kejadian ini moga aja menyadarkan freza dan dante bahwa dirinya masih jauh dari zona aman sehingga jangan terlalu nyaman
Khusus Game: setuju, betuy cekali
total 1 replies
Was pray
bram lebih cerdas dari freza, strategi bisnis memang freza cerdas, tapi strategi dalam trik trik menghadapi kasus kejahatan Bram lebih cerdas, hanya keberuntungan yg bisa nenyelamatkan freza
Was pray
moga dante tetap rendah hati dengan keberhasilannya dan tidak mudah berpuas diri
Was pray
mawar 🌹 sudah diluncurkan... up nya tambah rajin Thor...
Was pray
akan lebih baik jika yg dilakukan dante bukan untuk pencitraan, tapi Krn ketulusan , hasilnya akan lebih bagus dan lebih mulia karena pencitraan itu kesannya penipuan secara terselubung, kelicikan berbalut kebaikan
Khusus Game
oke KA langsung revisi
Was pray
maaf Thor, kurangi penggunaan kosa kata "ini baru permulaan dan ini baru mulai" banyak sekali penggunaan kosa kata tersebut dalam tiap bab
azizan zizan: setuju yang itu... ini boleh melemahkan alur cerita dan boleh membosankan para pembaca untuk membaca..
total 1 replies
Was pray
dante lupa siapa yg membantu dikala kesulitan. tanpa gama kamu hanya pria bodoh, galau boleh tapi akal sehat gunakan, kepribadian mu me... nge... ce... wa... kan.. itu yg bisa ku ungkapkan atas sikapmu terhadap gama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!