NovelToon NovelToon
Dinikahi Cowok Cupu

Dinikahi Cowok Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Asma~~

​Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 5

Sebelum sempat mobil Vira memasuki area parkir mal, ponsel Calya bergetar di dalam tasnya. Sebuah nama muncul di layar yang membuat jantungnya langsung berdebar kencang: Mama. Calya panik, jemarinya bergetar saat menerima panggilan itu.

​"Calya, kamu di mana? Pulang sekarang," suara mamanya terdengar parau dari seberang telepon.

​"Aku enggak mau, Ma. Aku enggak mau makan malam dengan keluarga siapa pun. Aku enggak mau dijodohin," jawab Calya, suaranya tercekat menahan emosi.

​Terdengar isak tangis dari seberang. "Pulang, Calya. Mama mohon. Mama sakit, Cal." Suara Amelia kini terdengar tersedu-sedu, seolah benar-benar terluka.

​Calya tahu betul trik ini. Mamanya selalu menggunakan cara ini setiap kali ia menolak sesuatu. Itu adalah akal-akalan mamanya agar ia merasa bersalah dan mengalah. Tapi, entah mengapa, kali ini rasanya berbeda. Sebuah firasat buruk merayap di benaknya. Ia melirik ponselnya lagi. Notifikasi pesan masuk dari papanya kini sudah puluhan.

...​Papskuy...

...Pulang sekarang, Cal....

...Mama sudah mau minum obat....

...Jangan buat Mama sedih...

...Dia bisa nekat, baby....

...Cepat pulang, atau Mama akan menyakiti dirinya sendiri...

​Membaca pesan-esan itu, mata Calya membelalak. Ia tahu papanya tidak mungkin berbohong soal ini. Rasa khawatir yang nyata kini menyelimuti dirinya. Ia tak bisa mengambil risiko. Ia tak bisa membiarkan orang tuanya, terutama mamanya, menyakiti diri hanya karena dirinya. Calya menghela napas berat, menatap Vira dan Jojo yang menunggu penjelasannya.

​"Guys, gue harus pulang sekarang," ucap Calya, suaranya terdengar putus asa. "Maaf, rencana kita batal."

Vira dan Jojo saling pandang, raut wajah mereka menunjukkan kebingungan. Rencana yang sudah mereka susun mendadak batal begitu saja. Namun, melihat wajah Calya yang kini dipenuhi kecemasan, mereka tahu ini bukan saatnya untuk bertanya.

​"Oke, kita putar balik," kata Vira, suaranya tenang.

"Ga usah, aku dijemput. kalian lanjut aja. maaf ya" Ucap Calya dengan rasa bersalah

​Jojo mengangguk setuju. "Hati-hati, Cal. Kabarin kita kalau ada apa-apa," tambahnya, menunjukkan rasa khawatir yang tulus.

​Calya hanya mengangguk, tidak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa bersyukur memiliki sahabat seperti mereka, yang selalu mengerti dan mendukungnya, bahkan saat mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Di dalam mobil, ia hanya bisa berdoa semoga ia bisa mengatasi malam ini.

​Mobil sedan hitam sudah menunggu di seberang jalan. Calya berjalan cepat, membuka pintu belakang, dan langsung duduk tanpa banyak bicara. Pak Udin yang sudah hapal dengan sifat majikannya itu hanya mengangguk, lalu menjalankan mobil dengan perlahan. Selama perjalanan, Calya melamun. Ia membayangkan wajah calon suaminya itu, ia bahkan menerka-nerka dengan siapa orang tuanya akan menjodohkannya.

Sesampainya di rumah, Calya langsung berlari mencari ibunya. Ia menemukan Amelia sedang duduk di sofa ruang tamu, matanya sembab, tapi tidak menunjukkan tanda-tanda terluka seperti yang ia bayangkan. Calya langsung menghambur, memeluk ibunya erat, memastikan semuanya baik-baik saja.

​Amelia tersenyum dan mengelus rambut Calya. "Mama baik-baik saja, sayang. Ayo, ganti baju. Sebentar lagi mereka datang."

​Mendengar itu, rasa lega Calya langsung tergantikan oleh kecemasan. Ia melihat jam dinding, jantungnya berdetak kencang. Ia hanya punya sedikit waktu. Di dalam kamar, sambil merapikan diri, otaknya berputar cepat. Apakah ini waktu yang tepat untuk menjalankan rencananya? Haruskah ia berpura-pura sakit sekarang? Atau mencoba menyelinap keluar?

​Di tengah kebingungan itu, ia memandangi dirinya di cermin. Calya terlihat sangat cantik malam itu. Ia mengenakan gaun selutut berwarna dusty pink yang lembut, senada dengan rona pipinya. Gaun itu memiliki detail renda halus di bagian dada, membuatnya terlihat anggun namun tetap sederhana. Rambut panjangnya dengan sanggul modern yang membuatnya terlihat lebih dewasa.

​Make-upnya tidak berlebihan. Hanya foundation tipis dan maskara mempertegas bulu matanya, dan lipstik berwarna peach yang memberikan kesan segar. Namun, di balik kecantikan itu, matanya memancarkan kegelisahan dan ketakutan.

​Belum sempat Calya menyelesaikan pikirannya, sebuah suara ketukan terdengar di pintu kamarnya. "Calya, ayo. Mereka sudah datang," kata Amelia, suaranya terdengar bahagia.

​Calya menelan ludah. Ia tidak bisa bersembunyi. Tidak bisa melarikan diri. Ide yang sudah ia susun kini terasa mustahil. Ia hanya bisa menghela napas, pasrah, dan mengikuti ibunya ke ruang tamu. Malam itu, ia tidak punya pilihan lain selain menghadapi takdirnya.

Calya menuruni anak tangga dengan langkah gontai, pandangannya terus menunduk ke lantai. Ia menghindari kontak mata dengan siapa pun yang ada di ruang tamu. Sementara di belakangnya, Amelia berjalan dengan senyum lebar, menyapa sahabatnya dan suami sahabatnya dengan penuh kehangatan.

​"Amelia, putrimu cantik sekali," puji seorang wanita yang tak lain adalah ibu dari Aksa.

​"Tentu saja," jawab Amelia, penuh kebanggaan. "Calya, ini om dan tante."

​Calya hanya mengangguk sopan, masih menunduk. Ia bisa merasakan tatapan pasangan itu padanya.

​"Dan ini Aksa," tambah Amelia. "Calya, perkenalkan ini Aksa."

​Mendengar nama "Aksa", Calya seketika mengangkat kepalanya. Pandangannya langsung tertuju pada seorang pria yang berdiri di samping orang tua Aksa. Detik itu juga, dunia Calya seolah runtuh. Ia mematung, menatap tidak percaya pada sosok di depannya.

​Pria itu adalah Aksa, si cowok culun yang ia maki-maki di dalam bus pagi tadi. Cowok dengan kacamata tebal, rambut acak-acakan, dan pakaian sederhana. Wajahnya yang biasa-biasa saja kini terlihat lebih jelas. Calya tidak bisa memercayai takdir. Ia dijodohkan dengan orang yang paling culun yang perna ia temui.

Namun Calya menatap Aksa dengan heran, matanya tak berkedip. Ia masih tak percaya. Cowok culun yang ia maki-maki pagi itu kini berdiri di hadapannya, terlihat sangat berbeda. Rambutnya yang biasanya acak-acakan kini tertata rapi, kacamata tebalnya hilang diganti lensa kontak, dan pakaiannya yang sederhana kini berganti dengan kemeja kasual yang pas di badan, memamerkan bahu tegapnya. Aura culun yang melekat padanya kini sirna, digantikan oleh pesona seorang pria yang tampan dan menawan.

​Agartha, papa Calya, yang menyadari keterkejutan putrinya, tersenyum jahil. Ia melirik Calya yang terdiam mematung, lalu beralih menatap Aksa yang juga terlihat canggung.

​"Nah, Cal. Gimana?" goda Agartha, suaranya pelan, hanya bisa didengar oleh Calya. "Papa udah bilang, kan? Papa nggak akan ngejodohin kamu sama sembarang cowok. Calon suami kamu tampan, kan?" Calya tak menjawab

​Di sisi lain, orang tua Aksa terus memuji Calya. Mereka tampak sangat senang dengan calon menantu mereka. "Aksa, lihatlah. Calya sangat cantik, bukan?" kata ibu Aksa dengan senyum lebar.

​Aksa sendiri tidak bisa berkata-kata. Ia hanya berdiri mematung, matanya terpaku pada Calya. Ia tidak menyangka gadis yang memarahinya di bus pagi itu adalah calon istrinya. Di balik riasan tipis dan gaun anggunnya, Aksa melihat kecantikan Calya yang luar biasa. Ia merasa kaget, bingung, dan entah mengapa, ada sedikit perasaan takjub di dalam hatinya.

Malam pertunangan yang seharusnya menjadi momen bahagia terasa seperti mimpi buruk bagi Calya. Di hadapan keluarga besar, ia dipaksa tersenyum. Setiap kali ia hendak membuka mulut untuk menolak, tatapan mata ibunya yang tajam dan mengancam langsung membungkamnya. Calya akhirnya pasrah, membiarkan cincin itu tersemat di jari manisnya, meskipun dalam hati ia terus mengutuk. Kenapa harus Aksa? Kenapa bukan Rion?

​Selesai acara, Aksa dan Calya duduk berdua di taman belakang. Suasana canggung menyelimuti mereka. Calya memecah keheningan dengan nada dingin, tanpa menatap Aksa.

​"Dengar, Aksa," ucapnya, "Pertunangan ini... ini hanya sandiwara. Gue enggak mau ada satu pun orang di sekolah yang tahu."

​Aksa menoleh, tatapannya bingung. "Maksudmu?"

​"Jangan sok bodoh," sahut Calya, kini menatap Aksa dengan mata penuh amarah. "Gue enggak mau reputasiku hancur karena dijodohkan sama cowok culun kayak kamu. Jadi, kalau sampai ada satu orang pun yang tahu tentang ini, gue bersumpah, gue bakal bunuh lo."

​Aksa terdiam. Ia melihat keseriusan di mata Calya. Ancaman itu bukan main-main. Ia tidak tahu harus merasa apa, antara terkejut, sedih, atau marah. Tapi, ia memilih untuk tidak membalas. Ia hanya mengangguk pelan, seolah-olah mengerti.

​"Aku janji," kata Aksa, suaranya pelan dan mantap. "Aku tidak akan memberitahu siapa pun."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!