NovelToon NovelToon
Dikutuk Jadi Tampan

Dikutuk Jadi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Obsesi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Harem
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: HegunP

Hidup Edo menderita dan penuh hinaan setiap hari hanya gara-gara wajahnya tidak tampan. Bahkan ibu dan adiknya tidak mau mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.

Dengan hati sedih, Edo memutuskan pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan baru. Tapi siapa sangka, dia malah bertemu orang asing yang membuat wajahnya berubah menjadi sangat tampan dalam sekejap.

Kabar buruknya, wajah tampan itu membuat umur Edo hanya menjadi 7 tahun saja. Setelah itu, Edo akan mati menjadi debu.

Bagaimana cara Edo menghabiskan sisah hidupnya yang cuma 7 tahun saja dengan wajah baru yang mampu membuat banyak wanita jatuh cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HegunP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Dihukum Ibu

“Ibu kenapa tiba-tiba nampar Edo?” tanya Edo dengan wajah terkejut dan bingung.

Tidak mau basa-basi, Ratna langsung saja menarik tangan kurus anaknya ke dalam rumah secara paksa.

“Mau tahu kesalahanmu, ikut ibu!” seru Ratna dengan tatapan geram.

Edo diseret sampai ke ruang tamu dan tampaklah kesalahan Edo yang dimaksud oleh Ratna. Di sana juga sudah ada Denis, berdiri sambil menyilangkan tangan di dada.

Edo terkejut dengan mulut terperanga karena melihat satu gaun tidur kesayangan Ratna dan satu kaos kesayangan Denis tergeletak sembarang di lantai. 2 baju itu sudah rusak dengan bekas gosong. Bahkan baju kesayangan milik Denis gosong sampai bolong.

“Semalam ibu suruh kamu untuk menyetrika semua baju, tapi kenapa kamu bikin gaun tidur ibu dan kaos Denis jadi gini!” bentak Ratna dengan mata melotot tajam.

Edo nampak kebingungan. Pasalnya, semalam memang ia menyetrika pakaian kesayangan Ratna dan Denis ini, tapi merasa tidak melakukan kesalahan.

“Tidak, Bu. Edo semalam memang menyetrika sampai ketiduran, tapi aku ketiduran setelah selesai menyetrika semua baju-baju. Edo juga enggak tahu kenapa baju ibu dan Denis bisa hangus begini,” kilah Edo, menerangkan sejujur-jujurnya.

“Alasan dia tuh. Orang salah mana mungkin ngaku. Mana itu kaos mahalku lagi yang dirusak,” Denis buka suara dengan tatapan bencinya kepada Edo

“Enggak Denis. Aku beneran jujur. Aku bahkan ingat sudah kulipat rapi setelah selesai menyetrika. Yang jelas bukan aku yang bikin baju kesayangan kalian rusak.” Edo tetap kekeh kalau dirinya benar.

“Terus yang bikin baju-baju ini hangus sampai bolong siapa? Hantu?” 

“Mungkin saja…” lirih Edo.

Ratna makin geram dengan jawaban Edo. “Udah salah masih aja keras kepala. Gini aja, malam ini kamu tidur di luar dan gak dapat makan malam!”

“Tapi, Bu—”

“Titik. Enggak ada tapi-tapian!”

Ratna dan Denis kemudian kembali bersama menuju ruangan keluarga. Sementara Edo masih memaku di tempat. Ia menerka-nerka benarkah semalam telah melakukan kesalahan.

“Apa benar aku yang ngelakuinnya? Aku ko tidak merasa,” gumam Edo, penuh tanda tanya.

Pada akhirnya, Edo pun mengikhlaskan diri untuk dihukum tidur di luar dan tidak mendapatkan jatah makan malam. Dia membawa kasur lipat, selimut, baju ganti, dan kotak P3K ke bagasi mobil. Dia akan tidur di sana.

Malam tiba, Edo mengobati luka-luka dan memarnya di sana. Selesai itu, ia rebahan untuk mengistirahatkan tubuh sambil menyelimuti diri karena di dalam garasi terasa dingin. 

Edo bisa saja tidur di dalam mobil milik Ratna yang juga terparkir di dalam. Tapi jika ketahuan, bisa-bisa sang ibu marah dan mungkin Edo akan mendapatkan tambahan hukuman.

Edo sudah tidak ingin memikirkan perkara baju gosong itu. Sekarang cuma ingin istirahat merenungi nasib hidupnya yang seperti tidak pernah mendapatkan kebahagiaan sama sekali. 

Bayangkan saja, Edo Di rumah dijadikan seperti pembantu. Di sekolah selalu mendapatkan hinaan dan perlakuan kasar.

Iya… Di rumah, Edo memang diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan adiknya. Disuruh ngepel, menyetrika baju, cuci piring, bersih-bersih rumah, dan lain-lain. Dan ini sudah berlangsung sejak sang ayah meninggal 2 tahun yang lalu.

Alasan Ratna dan Denis tega berbuat begitu ternyata hanya perkara Edo memiliki wajah tidak enak dipandang. Bisa dibilang, nasib Edo yang buruk baik di sekolah dan di rumah, itu semua karena perkara kekurangan wajahnya.

“Wajahmu itu bikin ibu malu punya anak kaya kamu.” Begitulah salah satu lontaran pedas Ratna yang sering dikatakan ke anak kandung sulungnya.

“Abang jangan dekat-dekat. Muka abang bikin mual.” Itu juga ucapan yang sering dilontarkan Denis sebagai adik.

Edo hanya bisa diam dan terus menerima dengan tegar, serta tetap bersikap baik ke mereka. Dia tidak mau membenci sosok ibu yang telah melahirkannya, serta adiknya sendiri.

Mungkin, hanya ada satu hal yang dia sesali dan tidak terima hingga saat ini, yakni kenapa harus terlahir dengan wajah yang mirip dengan almarhum ayahnya?

“Andai wajahku tidak mirip dengan ayah, aku pasti sekarang hidup bahagia,” gumam Edo sambil berbaring melihat langit-langit garasi.

Singkat cerita di masa lalu: Ratna saat masih gadis menikahi pria kaya bernama Lukman. Meski Lukman memiliki paras tidak enak dipandang alias jelek, Ratna tetap mau menjadi istrinya demi bisa hidup mewah karena Lukman tergolong orang yang banyak harta.

Bisa dibilang, Ratna tidak mencintai Lukman, tapi hanya ingin hidup nyaman.

Setahun setelah pernikahan, lahirlah anak pertama, diberi nama Edo Tegar Ferdias. Ratna langsung kurang menyukai anaknya sendiri karena parasnya mirip dengan suaminya.

Dua tahun kemudian, lahirlah Denis yang membuat Ratna senang bukan main karena anak kedua memiliki wajah tampan. Ketampanan Denis ditularkan dari wajah Ratna yang cantik.

Tahun demi tahun berlalu. Lukman meninggal karena kecelakaan. Kehidupan Edo yang dipenuhi dengan hinaan pun jadi semakin bertambah berat hingga sekarang.

Edo hampir selalu ingin meneteskan air mata tiap kali mengingat semua hinaan dan perbuatan buruk Ratna, Denis, dan teman-teman sekolahnya yang selalu mengejek kekurangan wajahnya serta berperilaku kasar ke dirinya.

Jujur, Edo sebenarnya sudah dari lama ingin kabur jauh-jauh. Ia ingin kabur ke ibu kota dan memulai hidup bebas sendirian di sana. Edo sudah tidak betah dengan kehidupan disini yang selalu membuatnya sakit hati setiap hari.

Akan tetapi, tindakan untuk kabur itu selalu Edo tahan karena sebuah sebab.

...****...

Jam di layar HP pipih Edo menunjukkan pukul 9 malam. Edo bangun dari rebahannya karena perutnya daritadi keroncongan hebat.

“Laper banget. Apa aku diam-diam ambil makanan di kulkas saja, ya?” ucap Edo sambil memegang erat perutnya.

Karena sudah tidak tahan lagi dengan perut laparnya, Edo mengendap-ngendap menuju depan pintu rumah. Untung saja pintu rumah masih belum dikunci. Dia terus diam-diam masuk ke dalam dapur dan membuka kulkas. Ada sepotong kue brownies di dalam sana.

“Syukurlah. Ini juga cukup buat ganjel perut sampai besok pagi,” ujar Edo sambil membawa brownies itu, senang.

Ketika melewati ruang keluarga, kaki Edo berhenti melangkah karena tidak sengaja mendengar percakapan antara Ratna dan Denis yang sedang duduk santai di ruang tengah. Dia pun menguping di sana.

“Ibu, apa yakin kita udah bikin Bang Edo makin gak betah tinggal di rumah ini?” tanya Denis yang sambil main game online di HP-nya.

“Yakin, soalnya kita berdua udah lama memperlakukan Edo dengan buruk seperti pembantu di rumah ini,” sahut Ratna sambil tetap fokus menonton sinetron kesayangannya.

Edo tercengang mendengarnya. Sengaja memperlakukan buruk? Apa maksudnya? Rasa penasaran memuncak. Edo ingin mendengar lebih lanjut lagi.

“Bisa gak si, Bu, kita usir langsung saja abang Edo dari rumah ini tanpa harus pakai cara pelan-pelan? Aku sudah muak tiap hari lihat muka dia,” usul Denis lagi.

“Ibu juga muak lihat muka dia. Tapi kalau pakai cara usir langsung, entar nama baik ibu di masyarakat jadi buruk. Akan lebih aman jika kita buat dia yang inisiatif kabur sendiri. Edo pasti sekarang makin tidak betah gara-gara dihukum tidur di luar dan gak dapat jatah makan malam.”

“Haha … asli. Ide ibu licik tapi bagus. Nuduh Bang Edo yang ngehangusin baju kita. Padahal ibu sendiri yang ngehangusinnya.”

Edo terbelalak dengan napas yang terasa tercekat. Sekujur tubuhnya tiba-tiba terasa gemetar. Tangan kirinya mengepal kuat.

“Jadi … Ibu sama Denis sengaja jahat biar aku pergi dari rumah ini tanpa disuruh!” geram Edo dengan rahang mengeras dan deru napas yang mulai memburu.

Tak pikir panjang. Edo cepat mendatangi Ratna dan Denis dengan langkah lebar, lalu melempar kue brownies dari tangannya tepat ke layar kaca televisi. Sampai-sampai kue itu hancur dan menempel di sana menutupi hampir semua layar.

“Edo. Kamu udah gila!” bentak Ratna sambil cepat berdiri.

1
Sharon Dorantes Vivanco
Gak akan kecewa deh kalau baca cerita ini, benar-benar favorite saya sekarang!👍
HegunP: makasih. ikutin terus ceritanya, ya. karena akan makin seru 👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!