NovelToon NovelToon
Madu CEO Koma

Madu CEO Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Konflik etika / Nikah Kontrak / Pihak Ketiga / Pernikahan rahasia
Popularitas:35.7k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

"Jika memang kamu menginginkan anak dari rahim ku, maka harganya bukan cuma uang. Tapi juga nama belakang suami mu."
.... Hania Ghaishani .....


Ketika hadirnya seorang anak menjadi sebuah tuntutan dalam rumah tangga. Apakah mengambil seorang "madu" bisa menjadi jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gila

Setelah pemeriksaan yang aneh yang cukup memakan waktu itu, Hania kembali ke kamar pria yang di rawatnya. Pria yang sampai saat ini ia tidak tahu namanya. Wajahnya masih diliputi kebingungan, tapi ia mencoba menenangkan diri. Mungkin ini memang pemeriksaan yang dilakukan pada semua pekerja baru di mansion ini, mungkin. Bukankan orang-orang kaya memang selalu begitu. Selalu punya peraturan aneh untuk pekerjanya.

Hania merapikan seragam yang ia pakai, lalu duduk di samping ranjang, memperhatikan napas tenang pria tampan itu yang tetap terpejam, seolah tak tahu dunia di sekelilingnya sedang merencanakan hal gila. Sesekali gadis itu melihat monitor untuk memastikan detak jantung dan sanurtasi nafas sang pasien stabil.

Dengan pelan, Hania menyentuh tangan dingin sang pria, menutupnya dengan selimut agar hangat. Gadis berparas mansi itu menatap lekat wajah yang sama sekali tidak terlihat sakit. Pria ini hanya terlihat tidur, tidur yang sangat panjang.

"Kenapa Anda bisa tidur senyenyak ini Tuan? Apa mimpi Anda begitu indah, sampai Anda enggan bangun?"

"Kalau saya bisa, saya juga ingin tidur sepert Anda. Tidur ... dan tidak perlu bangun lagi." Hania mengalihkan pandangannya, menatap jauh kearah luar jendela.

Jika bisa, Hania ingin melakukannya. Tidur, tanpa perlu tahu lagi apa yang terjadi di bumi. Tanpa perlu sibuk menjalani hidup dengan semua masalahnya. Tapi tidur yang ia inginkan, bukan sekedar menutup mata. Tapi tidur dalam rengkuhan tanah dan kembali pada sang Pencipta. Seulas senyum getir tersungging di bibirnya yang pucat.

“Tuan... apa Anda tahu, peraturan di mansion Anda sangat aneh. Lebih baik Anda mengubahnya agar lebih sedikit manusiawi,” gumamnya lirih, mencoba bercanda untuk menutupi gelisah nya.

Pintu kamar itu terbuka, seorang suster masuk membawa nampan berisi obat-obatan. Hania bangkit dari kursinya. Memberi ruang suster itu untuk dekat dengan pasien.

"Bagaimana? Apa masih sakit?" suster itu bertanya tanpa menoleh pada Hania, dia sibuk menyiapkan obat untuk pasien yang terbaring tak berdaya.

Hania menunduk, reflek merapatkan pahanya.

"Emh ... masih nyeri sedikit."

Suster itu mengangguk paham. Tanpa mengatakan apapun lagi, suster itu mengerjakan tugasnya. Menyuntikan dua jenis obat melalui jalur IV agar obat yang ia berikan bisa langsung masuk ke pembuluh darah. Setelah selesai, dia menyiapkan satu suntikan lagi. Kali ini dia meminta Hania yang melakukannya.

"Coba kamu." Suster itu memberikan suntikan yang sudah berisi cairan bening.

"Sa-saya Sus?" Hania menunjuk dirinya sendiri dengan ragu.

"Apa ada orang lain di sini selain kamu?"

Hania menggeleng. Dengan tangan gemetar ia menerima suntikan kecil itu.

"Suntikan ke botol infusnya, lalu goyangkan sebentar."

Gadis itu mengangguk, lalu melakukan sesuai yang suster itu instruksikan. Menyuntikan obat lewat bagain bawah botol infus, setelah semua obatnya masuk. Hania mengguncangkan botol itu pelan lalu menaruhnya kembali seperti semula. Suster yang melihat itu mengangguk puas.

"Lumayan."

Hania tersenyum canggung mendengar pujian itu. Sebenarnya Hania bingung kenapa orang seperti dirinya dibutuhkan untuk menjaga Tuan koma ini. Sedangkan di mansion itu sudah ada dokter dan perawat dari rumah sakit.

"Kau sudah tahu apa a tugasmu di sini kan Hania?" Suster itu merapihkan botol obat dan jarum suntik yang tadi ia pakai.

Hania mengangguk kecil.

"Saya di sini menjaga Tuan, menemani, menggantikan popok, menggantikan kantong urine tiap pagi dan membersihkan badanTuan."

"Selain itu kau memberikan suntikan obat seperti tadi setiap jam 10 pagi. Tidak boleh terlewat, ak akan menyiapkan obatnya di nakas itu." Suster itu menunjukan Nakas tempat menyimpan semua peralatan medis sang tuan.

"Tapi Sus, Ivana tidak mengatakan-

"Belum, Ivana belum memberitahumu. Maka saya yang memberi tahu, begitu pun obat yang saya berikan tadi. Kedepannya itu tanggung jawab kamu," tukas Suster itu memotong.

Hania tertegun bingung, dia bukan seseorang yang berpengalaman dalam bidang medis. Menyuntik botol infus tadi saja dia gemetar, bagaimana dia menyuntik selang yang ada di punggung tangan pasien-nya.

"Jangan khawatir, saya akan mengajari kamu sampai bisa. Saya tidak akan lepas tangan begitu saja. Lebih baik sekarang kamu ganti pokok Tuan, sepertinya sudah penuh." Suster itu mengibaskan tangan di depan hidungnya lalu pergi dari kamar itu.

Gadis itu menghela nafas dalam. Waktunya mengganti popok si Tuan bayi. Hania mengambil popok, tisu basah, kantong plastik dan bedak bayi dari nakas.

"Maaf Tuan, saya izin menggantikan popok Anda."

Setelah mengatakan itu Hania membuka selimut yang menutupi tubuh sang Tuan. Dengan ragu dia mulai melepaskan celana pendek kain yang pria itu pakai. Aroma khas feses yang kental dan sangat kurang sedap seketika menguar memenuhi udara. Aroma tajam feses menyergap hidungnya, membuat perutnya mual seketika. Bau itu jauh lebih menyengat dari yang pernah ia cium.

Dengan melawan bau dan rasa canggungnya Hania mengganti popok pasien dengan cekatan. Semua ia lakukan dengan penuh tanggung jawab, meski dia belum terbiasa dengan semua ini. Fesesnya tidak terlalu banyak, hanya seperti bayi baru lahir, tapi baunya melebihi kata bau.

Hania berusaha melakukan tugas meski canggung, mengusap area yang kotor dengan tisu basar dan memastikan benar-benar bersih sebelum memakaikan popok baru. Jujur saja Hania sangat canggung, apalagi melihat benda pusaka pria dewasa secara live seperti ini. Pengalaman pertama bagi Hania, meski pusaka itu tertidur tapi tetap saja menakutkan. Walau terlihat mengemaskan juga, lembek-lembek lucu. Hania menggelengkan kepala, mengusir pikiran kotor yang mulia hinggap di otaknya.

Popok yang kotor sudah ia ganti dengan yang baru. Tuannya juga sudah segar dan tidak bau lagi. Setelah memastikan semua aman Hania bangkit. Tenggorokannya kering, setelah bekerja keras berjibaku dengan kotoran. Ia pun memutuskan untuk pergi ke dapur, berharap bisa menemukan air minum.

Lorong-lorong mansion itu sunyi, hanya langkah kakinya yang terdengar pelan. Dapur sangat sepi, saat Hania mengambil minum. Ia pun memutuskan untuk membawa segelas ke kamar afar dia tidak bolak-balik. Namun, langkahnya terhenti saat melewati sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka, ia tiba-tiba berhenti.

Saat mendengar suara percakapan.

“Bagaimana? Apa cocok?” tanya Ivana kepala pelayan dengan nada menekan.

“Iya. Rahimnya subur. Tingkat keberhasilan tinggi. Benih Tuan akan bisa tumbuh dengan baik,” jawab sang dokter dengan tenang.

“Bagus. Kalau begitu, cepat kita lakukan. Kita tidak punya banyak waktu.”

BRAKK!

Gelas yang dibawa Hania terjatuh, menghantam lantai marmer dengan suara keras. Tubuhnya menegang. Dadanya berdegup kencang.

Kepala pelayan menoleh cepat, begitu juga dokter.

“Kamu menguping?” desis Ivana, matanya tajam menatap Hania dengan mengancam.

“Kalian... kalian mau aku ..... kalian gila!” teriak Hania, tubuhnya gemetar.

Tanpa pikir panjang, ia lari. Melewati lorong, menuruni tangga, menuju pintu depan mansion. Tapi semuanya terkunci.

“Buka pintunya! Aku mau keluar! Aku nggak mau jadi bagian dari kegilaan ini!” Hania memukul pintu dengan keras. Berusaha membuka tapi gagal.

Ia menoleh, melihat kearah halaman, lalu nekat berlari ke arah pagar tinggi. Dengan susah payah, ia mencoba memanjat, meskipun tubuhnya lelah setelah seharian bekerja.

Tapi sial. Kakinya ditarik seseorang dari belakang.

“LEPASKAN!” teriaknya, mencakar dan menendang sebisanya.

Namun dua pengawal berbadan besar menyeretnya paksa kembali masuk. Bulan berteriak, menangis, menggeliat seperti binatang terluka.

“Tolong! Lepas! Lepaskan aku!!”

Mereka menyeretnya ke kamar, mengunci pintu dari luar. Di dalam, Hania terduduk, tubuh gemetar. Air mata jatuh satu-satu, membasahi pipi.

1
Azlina85
Plz update. Silakan terima kopinya
Jasmine
Gimana reaksinya nyonya Annelies saat tau hania mengandung anaknya brivan . Mendukung atau menolak ya
Milda_ynt
Hayo lhoo skrg bangga, tapi apa akan tetap bangga jika mertuamu tau kalau ada wanita lain yg sedang mengandung benihnya brivan
Puput Assyfa
Brivan ada kemajuan semoga ini pertanda baik segera sadar dr tidur panjangnya
Biancilla
kiraen beneran ibu mertua Audy horor dan menutut hal2 yg membuat menantunya merasa terpuruk dan menyedihkan ini ternyata baik dan menerima Audy dengan baik
Nina Ananda
Audy kalau ibu mertuamu tau sekarang kamu sudah g hamil lagi, apakah dia bakalan bersikap baik lagi sama kamu, kaya nya gak bakalan deh apalagi kalau tau semua kebenaran yg ada d mansion itu wahh bisa² kamu, Mario dan ivana langsung d tendang keluar
Nina Ananda
moga aja gak lama lagi brivan bangun, supaya kebusukan nya si Mario terbongkar
nur asiah
panik nggak tuh Audy and Gank👍👍👍 kedatangan nyonya besar yang sesungguhnya
jimin park
apa hania juga ada didalam...gimna reaksi nyonya annelies y kalo liat hania...apa yg akan dikatakan hania,,kenapa juga audy harus mengatakan hal yg tidak benar pada hania tentang ibu mertuanya
Yanti99
ternyata si Audy bohong pada Hania😒
ga sabar nunggu waktu nya tiba ibu nya brivan tau apa ygenantunya Audy lakukan pada anaknya
Queen shy
ntah siapa yang benar dan salah..yg pasti pernyataan Audy yg diceritakan ke Hania masih penuh teka-teki.
Sahidah Sari
banyak banget ya kebohongan yg di lakukan sama Audy.kira kira bakal tau ga ya nyonya besar.
Fitri HY
.nyonya,anda yakin Audy masih hamil?
Fitri Herra
.nyonya,smga pro Hania
kieky
jadi selama ini apa audy bohong pada hania...apa tujuannya...lihat saja, smp dimana kepura puraanmu bisa ditutupi audy...dan mario aku tau sebenarnya kau menaruh rasa ke audy kan...mungkin sejak lama
Dim45 😍
koq bisa omongan Audy sama Hania tak sebanding dengan kenyataan tentang ibu mertuanya.
Em Bun
berharap nyonya menyayangi hania
NaNa_Viona
apakah kalimat yg diucapkan mertuanya audy hanya sebagai penenang saja, sedangkan dia tau bahwa audy tidak mengandung
Nining Mulyaningsih
wahhh nyonya sebenarnya datang dan dia juga gak tau kalau c Audy sekarang sudah tak mengandung lagi .
Nining Mulyaningsih
wahhh ternyata c Audy pun tau danemang sengaja c brivan d buat koma dulu .kalian emang keterlaluan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!