NovelToon NovelToon
MANUSIA ABADI

MANUSIA ABADI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.

Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Su ziyan

DOK DOK DOK…

Seseorang masuk ke kelas.

Semua mata langsung terarah.

Dia…

Su Ziyan.

Mahasiswi paling mencolok di kampus ini.

Putri dari keluarga pengusaha besar, memiliki kecantikan yang bisa membuat ruang kelas senyap. Rambut panjangnya terikat rapi, dan wajahnya dingin seperti salju musim gugur. Banyak pria telah mencoba mendekatinya, dan semuanya ditolak tanpa ampun.

Ia berjalan ke bangku tengah, tapi entah kenapa—

langkahnya melambat sedikit saat melewati Alex.

Pandangan mereka bertemu.

Hanya sekejap. Tapi bagi Alex, waktu seolah berhenti.

> "Darah kuat... aura keluarga kuno..."

"Bocah ini keturunan darah elit lama dari Asia Tengah..."

Alex menatap datar, lalu kembali menunduk. Ia telah melihat semuanya hanya dalam satu detik.

Su Ziyan, di sisi lain, merasakan dadanya aneh.

Dia tak pernah merasa terintimidasi hanya oleh tatapan.

---

Dosen masuk dan kelas dimulai.

Penjelasan tentang “mekanisme pasar bebas” berlangsung seperti biasa. Para mahasiswa mencatat. Su Ziyan duduk tenang, mencatat rapi di buku tulisnya.

Hanya satu orang yang tak mencatat. Tak bicara. Tak bertanya.

Alex Chu hanya duduk dan memejamkan mata.

---

> “Mahasiswa pojok belakang, kamu tahu jawaban dari pertanyaan saya?”

suara dosen tiba-tiba menunjuk ke arah Alex.

Seluruh kelas menoleh.

Alex membuka matanya. Dingin.

Ia melirik ke layar proyektor, melihat grafik yang dibuat salah.

Lalu ia bicara untuk pertama kalinya:

> “Grafik yang Anda tampilkan keliru. Sumbu y dan x terbalik.”

“Selain itu, teori yang Anda sebutkan berasal dari Mazlow Revised Framework, bukan ‘Neo-Liberalistic Capital Model’ seperti yang Anda katakan. Tahun publikasinya 1991, bukan 1984.”

Hening.

Dosen terdiam. Matanya melebar.

> “Kamu… siapa namamu?”

Alex menjawab tanpa emosi.

> “Alex Chu.”

---

Su Ziyan menoleh dengan ekspresi sulit dijelaskan.

Dan di seberang kelas, beberapa mahasiswa mulai membuka ponsel mereka, diam-diam mengetik nama "Alex Chu" di pencarian semua sosial media —

tapi tak satu pun menemukan hasil apapun.

.

.

Jam berlalu sampai di ujung kelas,

Begitu dosen menutup laptopnya dan berkata,

> “Kita cukupkan sampai di sini,”

suasana kelas langsung hidup.

Sebagian besar mahasiswa bergegas keluar. Beberapa langsung mengangkat ponsel untuk update story atau mencari tempat nongkrong.

Di barisan depan, Su Ziyan berdiri anggun, mengenakan blouse putih sederhana dan rok panjang berwarna abu lembut. Posturnya tegap, langkahnya tenang — aura es yang menyelimuti seluruh kehadirannya membuat siapa pun otomatis memberi jalan.

Seorang mahasiswa pria yang tampak rapi dan percaya diri mendekatinya. Namanya Zhang Wei, anak orang kaya dan termasuk populer di kampus — tapi tetap saja, di hadapan Su Ziyan, dia hanya satu dari puluhan pengejar yang tak dianggap.

> “Ziyan, kamu sibuk sekarang?” tanyanya, tersenyum sok ramah.

“Aku tahu tempat kopi baru di luar kampus. Gaya Eropa, kamu pasti suka. Mau bareng aku ke sana?”

Su Ziyan menatapnya sejenak — tatapan datar tanpa emosi. Lalu menjawab pelan tapi dingin:

> “Tidak.”

Satu kata. Tanpa basa-basi.

Zhang Wei terpaku sesaat, tersenyum kaku untuk menyembunyikan rasa malu, lalu mengangguk seolah tak terjadi apa-apa.

> “Ah... baiklah. Mungkin lain kali.”

Tapi hatinya tahu — tidak akan pernah ada lain kali.

Beberapa menit kemudian, kelas benar-benar kosong. Tidak ada suara. Hening.

Di kursi paling pojok dekat jendela, Alex Chu masih duduk.

Dia baru saja membuka matanya.

Tatapannya mengarah ke luar jendela — ke langit biru dan barisan awan tipis yang bergerak lambat. Tak ada ekspresi di wajahnya. Hanya ketenangan yang dalam, seperti danau yang tak pernah terusik badai.

Perlahan, ia berdiri.

Tinggi tubuhnya menjulang, nyaris menyentuh ambang atas pintu ruangan. Jaket hitam yang ia kenakan seolah menyatu dengan posturnya yang tegap dan rapi. Ia melangkah keluar dari kelas... sendirian.

Tanpa suara. Tanpa tatapan dari siapa pun.

Dan memang begitulah ia menginginkannya.

1
Dah Leha
bagus dan menarik
Mít ướt
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Rizitos Bonitos
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Azure
Terima kasih penulis hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!