Kemelut Lara

Kemelut Lara

I

Hujan deras turun sangat lebat sore itu, bukan saat yang tepat untuk sosok anak hawa pergi berkeliaran. Namun berbeda dengan Gia, sore itu dia tetap bertekad melarikan diri dari pengapnya duniawi yang membakar rungu dan jiwa.

Sesak di dalam raga dan telinga yang seakan telah lelah terbakar oleh pedihnya jiwa, menjadi bukti betapa lelahnya dirinya kini. Gia telah lama memikirkan ini sedari dulu, namun tak ia sangka jalan 'melarikan diri' yang tengah ia hadapi seperti ini. Ia pikir akan melarikan diri dengan bekerja diluar kota dengan cara baik-baik, bukan seperti ini. Kini ia hanya tampak seperti pencuri kecil yang melarikan diri agar tidak tertangkap.

Usianya saat ini masih sangat sangat mudah. 18 tahun. Bukan umur cukup dewasa untuk memikirkan kehidupan yang cukup lelah. Terbukti dari tindakannya yang amat impulsif ini.

Melarikan diri bukan karena dia tak mendapatkan cinta dari kedua orang tuanya. Dia amat sangat dicintai oleh kedua orang tuanya itu. Tetapi cinta itu tak cukup untuk membangun rumah yang nampak aman dan hangat untuk disinggahi oleh seorang anak. Ketidak cocokan diantara kedua orang tuanya amat sangat mengganggu dirinya selama ini. Perdebatan dan kekerasan yang sering kali juga tertuju padanya, hanya karena orang tuanya tak menemukan solusi terhadap perbedaan yang terjadi pada kedua orang tua Gia.

Namun apakah pantas, dia yang tak tahu apa-apa selalu dilibatkan dalam pertengkaran yang tengah orang tuanya alami. Sudah berapa kali Gia katakan pada kedua orang tuanya, bahwa dia bukanlah sosok pasangan mereka yang berkali-kali tak sepaham. Dia hanyalah seorang anak yang tak tau apa-apa yang sering kali terbangun hanya mendengar pertengkaran diantara kedua orang tuanya. Dipaksa sana sini, untuk mengerti kedua orang tuanya. Dipaksa untuk memberi cap benar kepada salah satu diantara kedua orang tuanya, yang nyatanya keduanya sama-sama salah.

Jika sekali saja dia menasehati salah satu kedua orang tuanya bahwa mereka salah, langsung dia akan mendapatkan hal yang tak mengenakan, yang cukup untuk membuat mental seorang anak hancur.

Dia hanya tak ingin mencari siapa yang benar diantara kesalahan kesalahan yang jelas nyata adanya. Buat apa? Dia bukanlah sosok politikus yang harus mencari abu abu diantara hitam dan putih. Dia bukanlah sosok hakim yang harus memutuskan siapa yang salah dan benar. Dia hanyalah sosok anak yang tak tau apa-apa, berusaha netral diantara pahit yang semakin menggerogoti.

Uang tak seberapa telah ia siapkan di dalam kresek kecil yang ia tenteng kemana mana. Tas selempang telah bertengger indah di bahunya membawa beberapa keperluan kehidupannya kedepan. Tak lupa, ia juga menyelipkan uang disana, agar berjaga jaga jika kreseknya mengalami hal sial seperti tercopet. Dan beberapa uang rupiah juga terdapat di kantong bajunya yang tengah ia kenakan. Tak lupa jas hujan yang melapisi tubuhnya agar tak secara langsung bertemu dengan derasnya hujan.

Telah banyak ilmu yang ia persiapkan untuk mengurangi kemungkinan terburuk yang akan ia alami kedepannya.

Surabaya adalah kota tempatnya tumbuh, dan kini ia tengah berada di kota Jakarta. Akan mencari kos-kosan yang telah ia list untuk ia tempati nanti.

Dia amat sangat berharap dapat membayar kos-kosan minimal 3 bulan kedepan. Masalah pekerjaan, akan ia pikirkan nanti.

Setelah mencari kesana kemari, hingga tengah malam baru ia temui, kos kosan yang menurutnya pas untuknya, dari segi fasilitas dan segi harga.

Setelah menaruh semua barangnya di dalam kamar, Gia memilih keluar dari kamar kosnya, menatap kosong ke arah depan. Menerawang, apa yang setelah ini akan ia hadapi. Dia lelah, tetapi tak bisa bertindak lebih selain dari ini. Bunuh diri? Jangan gila, tuhan alasannya memilih tetap hidup.

Sehari, seminggu, dua minggu, dan sebulan sudah ia berjuang hidup di kota yang kata orang sangat tidak cocok untuk dijadikan tempat bekerja untuk orang yang 'lemah'.

Benar, itu amat sangat benar. Hingga kini, pekerjaan belum juga ia dapati. Bahkan satu-satunya pekerjaan yang ia dapatkan hanyalah sebagai asisten rumah tangga. Baiklah, tak apa. Jika itu yang harus ia lakukan. Toh, dia hanya melanjutkan hidup hingga tuhan berbaik hati memanggil namanya kelak untuk berpulang ke sisinya.

Gia hanya bekerja sebagai art harian yang ketika malam hari menjelang datang, ia akan pulang ke rumahnya.

Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Gia sekuat hati meneguhkan pikiran dan optimisme yang nyaris habis itu. Kini dia tengah memaksakan makanan untuk tuannya. Yah, hanya tuannya yang berada disini. Majikannya itu sama halnya dengan Gia yang masih sangat muda, masih sangat impulsif. Lihat saja, lelaki itu pulang dengan mendobrak rumahnya dengan sangat kencang.

Sontak saja Gia menghentikan kegiatannya, mengintip dari balik dinding dapur. Menatap sang majikan yang tertatih-tatih duduk di sofa ruang bersama. Gia bukan orang yang bodoh untuk tak bersikap hati-hati pada orang yang tengah mabuk itu. Gia tak akan menghampiri sang majikan hanya untuk sekedar menolong sang majikan. Gia pikir, bukan dia yang akan menolong, tetapi dia yang akan memohon pertolongan, seandainya lelaki pemabuk itu melakukan yang tidak tidak padanya.

Gia dengan cepat menyelesaikan masakannya dan segera pulang setelah itu. Ditengah kegiatannya, Gia menatap ke arah dinding jam yang masih menunjukan pukul 5 sore. Tentu Gia tak bisa pulang sebelum jam kerjanya habis.

Sembari menata makanannya, Gia memikirkan kemana kah tempat yang akan ia jadikan pelarian untuk melindungi diri dari sang majikan yang tengah mabuk itu.

" Bisa-bisanya anak orang kaya itu, pulang mabuk jam segini? Normal kah dia? Biasanya orang pulang mabuk itu malem, kenapa ini sore? " Gerutu Gia, berusaha menekan rasa takutnya.

Sesuai menghidangkan makanan, Gia cepat cepat hendak keluar dari dapur menuju tempat cuci. Namun belum juga Gia berusaha kabur dari arah dapur, mata gelap Gia tengah menangkap sosok majikan yang berjalan mendekat kearahnya.

Sontak saja Gia menunduk dan berusaha tetap melanjutkan jalannya. Namun belum juga Gia berhasil keluar dari ruang makan, tubuh kecil itu sudah direngkuh erat oleh lelaki berusia 20 tahun itu.

" Mau kemana, hm? " Bisik pria itu dengan suara serak.

Gia bergetar di dalam dekapan pria itu. Alarm bahaya di dalam kepalanya seolah memperjelas keadaannya kini.

" Saya mau menyetrika baju, tuan. Tolong lepaskan saya. " Air mata Gia telah membasahi pelupuk matanya.

Majikan yang seingat Gia memiliki nama, Josan itu tersenyum manis ke arahnya. Namun tatapan tajam pria itu cukup membuat Gia sadar akan apa yang tengah terjadi oleh dirinya setelah ini.

~|~

Sebulan. Sudah sebulan dari kejadian yang semakin merusak mental Gia itu. Sebuah garis dua telah menjadi bukti kebejatan dari pria yang berada diluar kamar mandi yang tengah Gia tempati itu.

Gia terduduk dibawah shower kamar mandi, tangan mungilnya sudah berkali-kali menjambak rambutnya dengan tak berperasaan. Suara isakan yang awalnya terendam oleh suara rintikan air shower, kini seakan hilang.

Gia menatap ke arah depan dengan sorot lelah yang amat kentara. Tangannya kini mulai melukai tubuhnya semakin membabi buta. Membuat Gia mau tak mau berteriak histeris. Berusaha mengeluarkan sesak yang berulang kali menghantui batinnya itu.

Hal itu cukup membuat sosok pria yang tertidur diluar masuk kedalam kamar mandi dengan cepat, masih dengan wajah khas bangun tidur.

Josan, yah pria itu menangkap sosok wanita yang terus menerus menyakitinya sembari berteriak histeris. Sontak saja Jordan berlari ke arah Gia dan dengan cepat mematikan air shower yang masih menyala. Lalu merengkuh tubuh Gia dengan erat, tak lupa menggenggam tangan Gia yang masih saja memberontak untuk menyakiti tubuhnya.

" Lo udah gila? " Sentak Jordan penuh amarah.

Gia semakin mengeraskan teriakannya. Tak memperdulikan tubuh polosnya kini tengah Jordan rengkuh dengan tubuh sama-sama polos. Maklum saja, pria itu baru saja tertidur setelah puas menggaulinya.

" Hei-hei-hei, Lo kenapa sih? " Ucap Jordan bingung.

" Lo. " Gia menatap tajam Jordan. " Lo jahat anjing. Gue punya salah apa sama lo, sampek Lo tega banget ngelakuin ini ke gue? "

" Apaan sih? We just having fun, apa salahnya coba? Toh lo pas dimasukin juga diem-diem aja keenakan. " Ucap Jordan seenaknya.

Mendengar hal itu, Gia mendorong tubuh pria itu dengan bahunya. Namun sayang tubuh itu tak bergeser sedikit pun.

" Gue diem karena gue capek, anjing. Bukan malah gue nikmati semua perbuatan yang Lo perbuat! Sebelum berhubungan juga gue selalu berontak gak mau kan, terus kenapa Lo tetep ngelakuin itu!? " Teriak Gia, hingga urat di leher Gia tampak.

Jordan mengerutkan dahinya bingung.

" Santai aja kali. Dah biasa di sini kayak gini. Lo gak usah sok dramatisir kek gini. Toh gue pake pengaman. " Saut Jordan yang sudah tersulut emosi.

Gia menunduk dan mulai berteriak pedih. Bagaimana hal salah seperti ini menjadi hal yang tampak lumrah? Salah Gia yang memilih tetap bekerja di sini, meski sudah mendapatkan hal tak enak pada dirinya. Tapi harus Gia ingatkan sekali lagi, Gia selalu memberontak ketika sang majikan meminta hal 'itu' padanya.

Gia tak punya pilihan, Gia hanya dihadapkan pilihan, tidak dapat bekerja dan tidak dapat makan, atau tetap berusaha menetap dengan harap agar tuannya itu tak melakukan apa pun pada tubuhnya lagi. Bukan Gia tak mau mencari pekerjaan lainnya, tetapi wanita itu meski telah mencari, tetap saja pekerjaan lain seolah tak mau berbaik hati menerimanya.

Gia telah berusaha selama ini, namun sayang usahanya membuahkan hasil yang amat pedih untuknya. Garis dua seolah menamparnya pada takdir yang tak pernah berpihak padanya.

Gia berusaha menarik tangannya dan meraih tubuh pria itu, menyakar tubuh tegap pria itu dan menjambak rambut pria itu dengan gilanya.

" Fuck, sakit goblok. " Teriak Jordan kesakitan.

Air mata berderaian keluar dari mata Gia, menunjukkan lara yang tak kunjung usai.

" Pertama kali berhubungan Lo gak pake pengaman, anjing! Sekarang gue hamil! Puas lo ngerusak hidup gue?? Puas hah?! "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!