Ganteng ✔️
Kaya Raya ✔️
Pintar ✔️
Jago Olahraga ✔️
Jago Bela Diri ✔️
Orangtua Cakep ✔️
Kesayangan Semua Orang ✔️
Fajarendra Galaxio Nayanka, putra sulung dari pengusaha kaya raya, Aksara Langit Nalendra, dan mantan model terkenal, Wulandari Camelia Yovanka. Lahir & tumbuh dikeluarga konglomerat dengan segala kelimpahan harta & kasih sayang dari semua orang, membuat lelaki yg akrab disapa Galaxio itu merasa kehidupannya sudah sangat sempurna.
Namun siapa yg mengira bahwa semua sketsa-sketsa indah yg sudah ia rancang untuk masa depannya, harus hancur dalam sekejap. Dan yg lebih parahnya lagi, yang menjadi penyebab dari kehancuran itu adalah satu-satunya wanita yg berhasil menarik perhatiannya, bahkan menumbuhkan cinta dalam hatinya. Wanita yg ia kira akan menemaninya membangun kisah cinta romantis, justru memberinya luka yg amat tragis. Akankah kisah Galaxio berakhir bahagia seperti kisah orangtuanya dulu? Atau justru berujung pilu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itachi Wife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Singkat cerita, beberapa tahun kemudian...
Bayi laki-laki tampan yang dulu sempat membuat jagat maya heboh karena ketampanannya yang sejak dini, kini sudah duduk di bangku akhir SMP. Pagi ini, Gala terbangun dari tidurnya sekitar pukul 05:00. Ia segera bangkit untuk mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Setelah selesai bersiap, ia turun ke dapur dan melihat Maminya. Gala berlari menuruni setiap anak tangga, dan langsung memeluk ibunya dari belakang, sehingga membuat wanita yang sedang membuat pancake tersebut terlonjak kaget. "Gala, kamu bikin Mami kaget tau, Nak" ujar Wulan yang dibalas cengiran dari sang putra. "Abisnya Mami sibuk banget, sampe gak denger langkah Gala yang gedebak gedebuk dari tadi" ujar Gala. "Gedebak gedebuk itu bahasa mana, sayang? Aneh aneh aja bahasa kamu tuh" ujar Wulan mencolek hidung Gala.
"Itu bahasanya Skylar, Mi. Dia sering bilang itu di sekolah, jadi kebawa-bawa deh" ujar Gala. "Hm iya deh. Oh iya, sayang. Mami boleh minta tolong gak?" tanya Wulan mengusap kepala putranya. "Boleh dong, Mami mau minta tolong apa?" tanya Gala. "Tolong bangunin Papi dong, sayang. Semalam dia bilang kalo pagi ini ada meeting penting" ujar Wulan. "Okey, Mi. Siap laksanakan" ujar Gala meletakkan tas sekolahnya di bangku meja makan dan segera berlalu ke kamar orangtuanya. Gala mendengus saat melihat Papinya masih bergelung dalam selimut tebal itu. Ia mendekat dan berdiri di sebelah kasur. "Pi,,, bangun... Udah pagi..." ujar Gala menoel-noel bahu ayahnya, namun tak kunjung mendapat respon, membuat anak laki-laki itu semakin mendengus.
Tiba-tiba semua senyum jahil terbit di wajah tampan itu. Gala naik ke kasur orangtuanya dengan hati-hati seraya mengambil ancang-ancang. "Satu... Dua... Tiga..." ujar Gala dalam hati. Lalu ia melompat dan mendarat di punggung Langit, membuat laki-laki itu meringis seketika. "Gala,,, kamu tuh ya,,, turun gak" ujar Langit, membuat Gala langsung turun dan duduk di sebelah sang ayah. "Kamu tuh gak sadar umur ya, udah gede, badan kamu tuh juga makin berat. Kalo Papi encok gimana hm?" tanya Langit. "Mami bilang Papi ada meeting penting pagi ini" ujar Gala membuat Langit terdiam. "Oh iya, sekarang jam berapa?" tanya Langit. "Udah jam 7" jawab Gala membuat Langit seketika membelalak dan bangkit dengan tergesa.
"Kenapa gak bangunin Papi dari tadi sih, Gala..." ujar Langit dari kamar mandi. Sedangkan Gala memutuskan kembali ke ruang makan seraya tertawa. "Kamu kenapa ketawa, sayang? Abis ngerjain Papi lagi ya?" tanya Wulan. "Hehe,,, ya abisnya Gala bangunin pelan-pelan, tapi Papi gak bangun-bangun. Ya udah, Gala kerjain aja sekalian" ujar Gala duduk di meja makan tersebut. Tak lama kemudian terdengar langkah tergesa dari lantai dua. "Sayang aku berangkat dulu ya, udah telat banget nih" ujar Langit langsung mengecup singkat bibir sang istri. "Eh eh eh, Mas mau ke mana?" tanya Wulan menahan lengan Langit. Sejak kelahiran Gala, Wulan memutuskan untuk mengubah panggilannya pada Langit, dari yang awalnya memanggil 'Kak', menjadi 'Mas'.
Wulan memindai penampilan suaminya yang sangat berantakan tersebut, dapat Wulan terka bahwa Langit tak menyisir rambutnya dan hanya merapikannya dengan tangan, belum lagi dasi yang tak terpasang rapi itu. "Sayang kamu lupa? Kan semalam aku udah bilang, aku ada meeting penting pagi ini" ujar Langit. "Iya aku tau, Mas. Tapi masalahnya sekarang tuh baru jam 6 loh, kantor kamu aja baru buka jam 06:45" ujar Wulan membuat Langit terdiam. Ia melirik jam tangannya dan beralih pada sang putra yang justru tampak menikmati sarapannya dengan watados (wajah tanpa dosa). "Kamu tuh ya,,, ihhh...." ujar Langit geram membuat Wulan terkekeh kecil, sedangkan Gala hanya menyengir.
"Gala udah bangunin Papi baik-baik loh tadi, udah Gala toel-toel, tapi Papi gak bangun-bangun juga. Jadi bukan salah Gala dong. Kalo gak percaya Papi cek aja di CCTV" ujar Gala sambil terus menikmati sarapannya. "Udah ih, Mas. Masih pagi, gak baik marah-marah gitu" ujar Wulan. "Sayang, bantuin aku siap-siap dong" ujar Langit. "Yaudah deh, Mas ke kamar duluan sana. Aku mau ambilin susu buat Gala dulu, nanti aku nyusul" ujar Wulan beranjak ke dapur. "Sayang, nih susunya jangan lupa diminum ya. Mami ke kamar dulu, bantu Papi beres-beres" ujar Wulan. "Okay, Mi. Bilang ke Papi jangan lama-lama ya, Mi. Soalnya aku mau berangkat cepat" ujar Gala. "Oke, sayang" ujar Wulan lalu beranjak menyusul sang suami.
"Mas" ujar Wulan seraya menutup kembali pintu kamarnya. Langit mendekat dan memeluk pinggang ramping itu. "Morning kiss aku mana?" tanya Langit pelan. "Sempat-sempatnya minta morning kiss" ujar Wulan. "Itu wajib, sayang. Morning kiss itu ibaratkan vitamin C buat aku" ujar Langit tertawa kecil, lalu dengan cepat mencium dan melumat bibir mungil itu. Beberapa saat kemudian, "Mas udah ya,,, Gala mau buru-buru ke sekolah katanya. Kamu juga belum sarapan kan" ujar Wulan memutus ciuman tersebut. "Yaudah deh, tapi nanti malam lebih ya, sayang" ujar Langit mengedipkan sebelah matanya. "Udah ih, masih pagi bahasannya udah gitu aja" ujar Wulan menarik Langit kembali ke meja makan. Setelah selesai sarapan, Wulan pun mengantar Langit dan juga Gala hingga ke pintu utama.
"Sayang, aku berangkat dulu ya. Kamu di rumah hati-hati, jangan kerjain pekerjaan rumah yang berat-berat, lagian udah ada maid juga. Santai-santai aja" ujar Langit mengecup kening sang istri. "Iya, Mas. Kamu juga bawa mobilnya hati-hati ya" ujar Wulan mencium punggung tangan Langit. "Mi, Gala pergi dulu ya. See you, Mi. Love you" ujar Gala mencium tangan dan pipi sang Mami, lantas menyusul Langit masuk ke mobil. Setelah Gala masuk, Langit segera melajukan mobilnya meninggalkan mansion, dan menuju ke sekolah Gala. "Gala, nanti pulang sekolah sama Pak Eko ya, gapapa kan?" tanya Langit saat mobilnya hampir tiba di sekolah Gala.
"Gak usah, Pi. Skylar sama Arnav mau main ke rumah nanti, jadi Gala nebeng sama mobilnya Skylar aja" ujar Gala. "Yaudah deh. Oh iya, kamu udah selesai ujian kan ya?" tanya Langit yang diangguki oleh Gala. "Tinggal nunggu kelulusan aja sih, emang kenapa, Pi?" tanya Gala balik. "Kamu udah tau mau lanjut di mana?" tanya Langit. "Aku, Skylar sama Arnav sih udah janjian mau masuk ke Starmoon High School, Pi" ujar Gala. "Oh bagus dong, kebetulan keluarga kita salah satu donatur terbesar di sekolah itu" ujar Langit. "No, Gala gak mau ya masuk ke sana lewat jalur orang dalam. Gala mau masuk ke sana lewat jalur tes mandiri, jadi Gala mohon ke Papi, gak usah pake power Papi untuk bantu Gala. Lebih baik Gala gagal karena usaha sendiri dari pada lolos dengan bantuan Papi" ujar Gala membuat Langit tersenyum.
"Iya, sayang. Papi percaya kok sama kemampuan kamu" ujar Langit mengusap kepala Gala. Tak lama kemudian, mobil sport tersebut memasuki pekarangan sekolah Gala. "Yaudah, Pi. Gala turun dulu ya, Papi ke kantornya hati-hati. Jangan ganjen sama karyawan cewek Papi. Awas aja kalo ganjen, Gala laporin ke Mami. Biar Papi tidur di luar" ujar Gala membuat Langit terkekeh. "Iya bawel" ujar Langit. "Yaudah, Gala sekolah dulu. Bye, Pi. Love you" ujar Gala mencium punggung tangan dan juga pipi Langit, lalu keluar dari mobil dan berlari menuju kelasnya. Setelah itu Langit pun turut bergegas menuju ke kantornya. Saat Gala berbelok di ujung koridor, tiba-tiba saja, Brukkk... Seseorang dari arah berlawanan menyenggol bahu Gala hingga tas yang hanya ia sandang dengan sebelah tangan itu jatuh ke lantai.
"Sorry" ujar Gala, meskipun bukan ia yang salah, tapi Gala hanya tak ingin memperpanjang masalah. "Lo kalo jalan tuh pake mata dong" ujar laki-laki itu sinis. "Sorry, tapi setau gua dimana-mana jalan tuh pake kaki" ujar Gala. "Lo,,, berani lo sama gua ha?" ujar lelaki itu mendorong bahu Gala, membuat nafas Gala seketika memburu. Ia tak suka disentuh oleh sembarangan orang, kecuali keluarga, 2 sahabatnya, dan orang-orang yang sudah akrab dengannya. "Rel udah Rel,,, lo jangan cari masalah sama dia, bahaya" ujar teman lelaki itu yang kebetulan satu kelas dengan Gala, Haris. "Sorry ya, Gal. Dia murid baru soalnya" ujar Haris.
"Lo jangan macem-macem sama dia. Dia tuh anaknya Pak Langit, pengusaha paling kaya saat ini" ujar Haris sedikit berbisik. "Oh, kalo gitu,,, berarti lo cucunya Sagara Nalendra dong, yang mafia kelas kakap itu kan? Atau jangan-jangan bokap lo juga mafia?" ujar lelaki itu membuat Gala langsung menatapnya tajam, bahkan kedua tangannya sudah mengepal kuat. Tanpa disadari, mereka kini tengah dikerubungi oleh siswa/i lainnya. "Kok nyokap lo mau ya sama anak mafia? Ohhh gua tau, pasti karena nyokap lo matre kan? Makanya dia mau sama bokap lo, gak ped..." Bugh... Gala meninju rahang lelaki itu hingga tersungkur ke lantai.
Ia membuang tasnya dan mendekati lelaki itu, lantas menarik kerah seragamnya. "Lo boleh hina semua keluarga gua! Bahkan lo juga boleh hina gua! Tapi jangan pernah sekali-kali lo hina nyokap & bokap gua!" ujar Gala dingin. Bugh... Bugh... Gala kembali melayangkan beberapa tinjuan pada wajah lelaki itu. "Sekali lagi lo ngomong hal jelek tentang orangtua gua,,,, gua gak segan-segan untuk nyobek mulut lo dengan tangan gua sendiri. Inget itu, lo salah cari lawan" ujar Gala. "Bajingan. Cuihh..." ujar Gala meludahi lelaki itu, lalu kembali meraih tasnya dan merapikan seragamnya, lantas kembali bergerak menuju ke kelasnya.
pihak sekolah nya gmna ada tauran di sekolah kok gk panggil polisi sampai ada kasus penusukan bgtu kok anteng aja 🤦