Alvaro dan Liona telah menikah selama 4 tahun,Alvaro mempunyai kekurangan yaitu mengalami sperma encer.Liona selalu mencoba bertahan hidup bersama Alvaro karena suaminya itu memperlakukannya bagaikan ratu,Liona juga mempunyai toko butik yang telah dia buka selama 2 tahun,dan Liona adalah seorang perancang busana,Liona juga mempunyai sahabat bernama Sara,dan Alvaro suami Liona mempunyai seorang adik perempuan yang sangat cantik namanya Elvira dan telah menikah dengan seorang pria bernama candra.hubungan Elvira dan Liona sangat baik,bagaikan saudara kandung. suatu ketika Liona bertemu dengan teman masa lalunya yang bernama Cakra,dan Cakra ini adalah teman dekat Liona semasa kuliah dulu yang menyukai Liona,namun Cakra tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Liona sampai mereka lulus kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Godaan Dokter Nico
Pagi itu seperti biasanya,setelah mengurus sarapan suaminya,dan Alvaro yang sudah berangkat kerja.Liona juga langsung menuju ke toko butiknya. Mereka masing masing mempunyai kendaraan pribadi.
" Liona...," sapa Tante Wanda yang merupakan ibu dari Liona.
"Ma? Tumben,mama datang kesini?" tanya Liona dengan heran.
"Tadi mama ke rumahmu,tapi kalian sudah pergi" ujar tante Wanda,tante Wanda seorang janda. Papa Liona telah meninggal karena sebuah penyakit,kehidupan keluarga Liona memang serba berkecukupan. Almarhum om Hendi,yang merupakan papa Liona meninggalkan kekayaan yang junlahnya cukup besar untuk Liona dan mamanya.
"Apa kau sudah cek ke dokter?" tanya tante wanda. Yang selalu menanyakan perihal kehamilan Liona. Hal inilah yang membuat Liona terkadang sedih.
Tante Wanda sangat menginginkan seorang cucu,agar dapat mewariskan kekayaannya kelak pada keturunannya.
"Sudah ma,tapi hasilnya negatif" Liona tertunduk,tidak mampu menatap wajah mamanya yang kecewa. Liona,juga tidak mengatakan tentang pengobatan Alvaro,karena Liona adalah seorang istri yang menutup aib suaminya,sehingga tante Wanda selalu berpikir jika Liona mempunyai kelainan.
"Liona,kau harus cek kesehatanmu nak" pinta tante Wanda yang tidak tahu tentang pengobatan Alvaro.
"Iya ma,besok aku akan cek"
"ingat nak,usiamu sudah 33 tahun". Tante Wanda cemas dengan usia Liona yang sudah di atas kepala tiga,baginya wanita di atas usia kepala tiga seperti Liona seharusnya sudah memiliki anak. Tante Wanda takut jika usia Liona semakin bertambah dan belum juga mempunyai anak,maka akan sulit untuk hamil dan melahirkan lagi,karena wanita mempunyai batas kesuburan untuk hamil dan melahirkan di usia tertentu.
"Kau harus mempunyai keturunan untuk melanjutkan warisan dari papamu" ujar tante Wanda. Terkadang,Liona ingin sekali mengatakan pada mamanya tentang Alvaro,namun Liona takut,karena menurut Liona pasti mamanya akan menyuruhnya meninggalkan Alvaro yang sampai saat ini belum bisa memberikan keturunan padanya. Sedangkan,Liona tidak ingin meninggalkan Alvaro yang sangat sayang dan baik padanya.
"Mama pulang dulu,nanti kabari mama lagi jika kau sudah cek kedokter ya?" ujar tante Wanda.
"Iya ma,aku akan kabari mama
"kau dan Alvaro harus sama sama cek kedokter" pinta tante Wanda,lalu segera pergi dari toko butik itu. Liona menarik nafas panjang menatap kepergian mamanya,desakan mamanya terhadapnya untuk segera hamil membuatnya terbebani,namun Liona tidak pernah menyalahkan Alvaro suaminya. Liona,memanggil salah satu karyawannya untuk menjaga toko butiknya,karena Liona akan menemui seorang dokter pribadinya yang selama ini selalu dia ajak konsultasi tentang masalah yang di alaminya.
"Riri,tolong jaga toko" pinta Liona.
"Iya Mbak" sahut Riri. Lalu,Liona melangkah keluar dari toko butiknya,lalu mengendarai sebuah mobil pribadinya menuju ke tempat praktek dokter yang selama ini dia ajak konsultasi,namun tak pernah menceritakan kepada suaminya. Liona,selalu menjaga perasaan Alvaro,dia tidak ingin membuat Alvaro semakin terpojok dengan segala kekurangan Alvaro.
"Silahkan duduk dulu Mbak" ujar asisten dokter itu,Liona yang telah sampai di tempat praktek dokter Nico yang merupakan dokter pribadi Liona menyuruhnya duduk,karena masih ada satu pasien yang sedang konsultasi dengan dokter Nico. Sekitar hampir dua puluh menit Liona duduk menunggu,maka tibalah giliran Liona untuk masuk keruangan dokter Nico,asisten dokter Nico memanggil nama Liona dan menyuruhnya masuk.
"Hai Liona,silahkan duduk". Sapa dokter Nico. "tumben kamu baru datang?" tanya dokter Nico
"Iya dok,aku sedang sibuk menjaga toko butik" sahut Liona.
"Ada yang bisa saya bantu,Liona?
"aku ingin meminta saran dokter". Liona menceritakan tentang keadaan suaminya,yang ternyata selama dua tahun terakhir Alvaro tidak mampu memberikan kepuasan batin kepada Liona. Menurut Liona,suaminya kurang bergairah melakukan hubungan suami istri,dan akibatnya Liona tidak mendapat kepuasan batin.
"Apa ada yang salah dengan diri aku?" Liona mencoba intropeksi diri dan mengatakan semuanya pada dokter Nico. Lalu dokter Nico juga bertanya bagaimana sikap Alvaro selama di ranjang,dan Liona mengatakan jika Alvaro lebih dulu mencapai klimaks sebelum Liona mencapai puncaknya. Dokter Nico mendengarkan dengan seksama tentang semua keluhan Liona.
"Apa kamu sudah pernah bicarakan hal ini pada suamimu"? Tanya dokter Nico,namun Liona hanya menggelengkan kepalanya.
"Belum dok,saya tidak mau Alvaro tersinggung,jadi saya pasrah
"tapi,kamu harus tetap jujur Liona". Dokter Nico,menyarankan agar Liona jujur pada Alvaro tentang ketidakpuasan batin yang di alaminya,namun Liona tetap menolaknya karena tetap ingin menjaga perasaan Alvaro.
"Saya tidak ingin melukai hatinya" Liona lalu meminta kepada dokter Nico agar memberikannya obat saja untuk suaminya,obat yang bisa di campurkan ke minuman atau makanan agar tidak ketahuan oleh Alvaro. Dokter Nico berpikir sejenak,lalu berkata kepada Liona.
"Alvaro sudah punya vitamin dan obat dari dokter pribadinya kan?
"iya dok" ujar Liona.
"Selain obat obatan,Alvaro harus menjaga pola hidup sehat" ujar dokter Nico yang menatap Liona penuh rasa iba. Dokter Nico,adalah dokter yang dekat dengan pasiennya,termasuk sama Liona. Hubungan mereka sebagai dokter dan pasien sudah terjalin selama setahun,dan selama waktu setahun itu Liona sering berkonsultasi dengan dokter Nico tanpa sepengetahuan Alvaro. Dokter Nico berdiri dari duduknya,menatap Liona yang duduk di hadapannya itu dengan rasa iba,lalu perlahan mendekati Liona meraba leher Liona yang putih mulus membuat Liona memejamkan matanya karena sebuah sentuhan,lalu dokter Nico berbisik ketelinga Liona.
"Jika kamu ijinkan,aku akan memberimu kepuasan" ujar dokter Nico membuat Liona kaget
"dok,kamu kan dokterku?" sahut Liona sambil menatap dokter Nico yang juga menatapnya tajam. Perlahan bibir dokter Nico mencium leher Liona yang putih dan harum,membuat Liona menutup matanya dan terlena dengan sentuhan bibir dokter Nico. "Ah,dok,ini salah" ujar Liona yang tersadar saat mengingat suaminya,seketika tangan Liona mendorong dokter Nico,namun dokter Nico dengan cepat melumat bibir mungil Liona. Dokter Nico terus melumat bibir Liona dengan sangat bergairah,Liona mencoba melepaskan pelukan dokter Nico,namun pelukan itu terlalu kuat sehingga akhirnya Liona pasrah dengan perlakuan dokter Nico yang memang selama ini tidak pernah Liona rasakan dari Alvaro. Tangan dokter Nico semakin menggila meraba tubuh Liona,dan tiba tiba saja Liona tersadar dan dengan kuat mendorong tubuh dokter Nico.
"Cukup,aku punya suami" bentak Liona,namun dokter Nico tersenyum lalu berkata "suami yang tidak bisa memuaskan istrinya,begitu kan?"
"aku menyesal datang ke tempatmu". Liona segera meninggalkan ruangan dokter nico dengan penuh penyesalan, karena merasa dokter Nico telah melecehkannya.