Davina mempunyai kekasih dan sahabat namun dengan teganya mereka bekerja sama menjual dirinya. Davina pun melakukan cinta satu malam bersama pria asing tersebut.
Namun siapa sangka pria tersebut ternyata seorang Ketua Mafia sekaligus seorang psycophath pembunuh berdarah dingin dan anti wanita.
Enam tahun kemudian mereka dipertemukan kembali dengan suasana yang berbeda di mana Davina bersama ke tiga anak kembarnya hasil dari cinta satu malam bersama pria asing tersebut.
Bagaimana kisah perjalanan cinta mereka? Ikuti yuk novelku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yakasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biarkan Davina Berlutut
Davina mulai meretas cctv setelah berhasil mereka menonton cctv di apartemennya hingga dua puluh menit mereka menonton rekaman cctv tersebut matanya langsung membulat sempurna karena ternyata ulah Alex dan Ririn membuat Davina marah.
Alex adalah kekasihnya sedangkan Ririn adalah sahabat baiknya, dirinya tidak menyangka kalau Mereka sangat jahat dan tega melakukannya padahal Davina sering membantu Mereka.
"Aku akan membalaskan dendam ke Mereka karena Mereka sudah menghancurkan hidupku." ucap Davina sambil menahan amarahnya.
"Davina maaf aku mendapatkan panggilan kerja di luar negri sekalian mau bertemu dengan mommy dan daddyku yang tinggal di negara A dan maaf aku tidak bisa menemanimu untuk membalaskan dendam ke mereka berdua." ucap Maria merasa tidak enak hati.
"Tidak apa - apa untuk sementara Aku akan pulang ke mansion orang tuaku untuk meminta maaf karena sudah membuat Mereka malu sekaligus membuat rencana membalaskan dendamku." Ucap Davina.
"Ok." ucap Maria dengan singkat.
"Tapi semua dokumenku ada di apartemen termasuk semua pakaianku jadi Aku menunggu Mereka pergi dari apartemenku." ucap Davina.
"Kalau begitu Kita pergi ke apartemenmu sambil menunggu Mereka pergi." ucap Maria.
"Ok." Jawab Davina.
Merekapun pergi ke apartemen dengan menggunakan mobil Maria sambil membawa koper milik Maria yang sudah disiapkan dari kemarin. Maria dan Davina duduk di kursi belakang sedangkan sopirnya duduk di kursi pengemudi dan di sampingnya bodyguard milik orang tuanya yang ditugaskan untuk menjaga putri kesayangannya.
Singkat cerita kini Mereka sudah berada di parkiran apartemen hingga lima belas menit kemudian Alex dan Ririn pergi dari apartemen milik Davina.
"Mereka sungguh tidak tahu terima kasih apalagi Ririn, sudah diberikan tumpangan tapi dengan teganya memberikan usulan ke pria yang tidak tahu diri itu untuk menjualmu ke pria hidung belang." Ucap Maria sambil menahan amarahnya.
"Jangankan Kamu, Aku saja yang mengenal Mereka selama lima tahun sama sekali tidak menyangka kalau ternyata Mereka dengan teganya menusukku dari belakang." Ucap Davina.
Maria dan Davina sama - sama menghembuskan nafasnya dengan perlahan untuk mengurangi amarahnya kemudian Mereka keluar dari mobil setelah melihat Alex dan Ririn keluar dari parkiran dengan menggunakan mobil milik Alex.
Davina dan Maria berjalan ke arah lift kemudian menekan tombol paling atas di mana lantai dua puluh lima adalah milik Davina. Lantai dua puluh lima sangat luas dan segala fasilitas tersedia dari kolam renang, fitnes, taman dan lain sebagainya.
Davina menekan pin apartemen hingga terdengar suara klik barulah Davin mendorong pintu yang terbuat dari kaca di mana dari luar tidak bisa melihat ke dalam sebaliknya dari dalam bisa melihat dari dalam.
Davina mengambil tas yang berisi pakaian, perhiasan, pasport, KTP, ATM serta dokumen penting lainnya seperti ijasah dan kunci mobil.
"Lebih baik sebelum Kita pergi pin apartemen ini Kamu ganti agar Alex dan Ririn tidak bisa masuk ke apartemen ini." usul Maria.
"Ide bagus sekalian semua barang - barang milik Ririn kita masukkan ke dalam tas lalu diletakkan di luar pintu apartemen." ucap Davina yang sudah selesai mempacking semua barang miliknya.
"Aku akan bantu Kamu agar cepat selesai." ucap Maria.
Davina hanya menganggukkan kepalanya kemudian Mereka berdua mulai membereskan barang milik Ririn setelah hampir sepuluh menit Mereka berdua keluar dari apartemen tersebut dan naik mobil masing - masing menuju ke bandara namun sebelumnya meletakkan koper milik Ririn di depan pintu dan mengganti nomer pin.
Davina berencana mobilnya akan di tinggal di bandara karena sewaktu - waktu Davina kembali ke negara tersebut atau keluarganya datang berkunjung untuk mengisi liburan sekaligus melihat cabang perusahaan.
"Aku tidak tahu siapa pria itu dan Aku tidak akan membalas dendamku karena pria itu tidak bersalah karena yang bersalah adalah Alex dan Ririn. Aku hanya berharap semoga saja Aku tidak hamil mengingat sekarang ini Aku lagi masa subur." ucap Davina sambil mengenderai mobil dengan kecepatan sedang.
Skip
Kini Davina sudah sampai di mansion milik orang tuanya yang bernama William dan Angelica. Kedatangan Davina di sambut oleh orang tuanya karena selama lima tahun Davina tinggal di negara S.
Davina sebulan sekali pulang ke negara A tempat kelahiran sekaligus tempat tinggal orang tuanya dan keluarga besarnya. Terkadang orang tuanya datang ke negara S untuk menginap dan tinggal di apartemen putri bungsunya selama satu minggu.
"Lho kok bawa barang? Mau tinggal di sini?" tanya Angelica dengan wajah terkejut.
Biasanya Davina jika datang hanya membawa tas kecil yang berisi ponsel dan dua kartu baik kartu debit serta kartu kredit karena pakaian dan semua barang - barang yang diperlukan tersedia di mansion lebih tepatnya di kamar milik Davina yang selalu dibersihkan oleh kepala pelayan.
"Iya mom, Davina akan tinggal di negara ini." jawab Davina sambil menundukkan wajahnya.
"Apa ada masalah?" Tanya William dan Angelica bersamaan yang melihat Davina seperti menahan kesedihan dan tidak seperti biasanya yang selalu ceria.
Tanpa menjawab Davina memeluk Angelica kemudian menangis sedangkan Angelica membalas pelukan putrinya sambil mengusap punggung Davina agar mengurangi rasa sesak dihatinya. William terdiam sambil menunggu Davina selesai menangis hingga lima belas kemudian Davina selesai menangis.
"Ada apa sayang?" Tanya Angelica sambil melepaskan pelukannya begitu pula dengan Davina.
Davina menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian berlutut di depan orang tuanya membuat Angelica memegang ke dua bahu Davina agar berdiri.
"Mommy, biarkan Davina berlutut." Mohon Davina untuk pertama kalinya memohon.
Angelica akhirnya menarik ke dua tangannya dan menunggu kalimat selanjutnya dari mulut Davina sedangkan William hanya terdiam dan dalam hatinya bisa menebak apa yang terjadi dengan putri bungsunya.
"Davina memohon maaf karena sudah membuat Mommy, Daddy dan keluarga besar Daddy menjadi malu. Davina ...." ucap Davina menggantungkan kalimatnya.
"Siapa pria itu?" tanya William dengan nada dingin sambil menahan amarahnya terhadap pria yang sudah menghancurkan putri kesayangannya.
"Daddy sudah tahu?" tanya Davina dengan wajah terkejut tanpa menjawab ucapan William.
"Maksud Daddy, pria siapa?" tanya Angelica bersamaan hanya saja ucapannya berbeda dengan wajah yang juga terkejut.
"Daddy hanya menebak kalau Kalian melakukan hubungan suami istri jadi siapa pria itu dan pria itu harus bertanggung jawab?" Tanya William balik bertanya.
"Davina, apa benar yang dikatakan Daddy?' tanya Angelica.
Davina menganggukkan kepalanya dan airmatanya kembali keluar membuat Angelica mengulurkan ke dua tangannya agar Davina duduk di tengah - tengah Mereka namun Davina menggelengkan kepalanya tanda dirinya tidak mau.
"Davina, duduklah dan ceritakan dengan tenang. Kami tahu pasti Kamu tidak mungkin mempermalukan Kami jadi ceritakan semuanya tanpa dikurangi atau ditambahkan." ucap Angelica dengan nada lembut.
"Apa yang dikatakan Mommy benar jadi Kamu jangan merasa bersalah. Ceritakan sama Kami apa yang sebenarnya terjadi." Sambung William yang juga dengan nada lembut.
Davina menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian duduk di tengah - tengah orang tuanya. Davina terdiam beberapa saat untuk menghilangkan rasa sesak dan amarah secara bersamaan setelah hampir lima menit barulah Davina menceritakan tentang Alex dan Ririn yang sudah menghancurkan hidupnya.