Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Gea Hamil
Ketika ditinggal suaminya untuk bekerja, Gea merasa bosan kalau terus-terusan berada di rumah. Alhasil, ia pergi keluar rumah untuk berkeliling atau ikut nimbrung mengobrol dengan ibu-ibu yang lain.
Awalnya memang agak susah, apalagi Gea adalah pendatang baru disana. Tapi lama-lama Gea bisa berbaur juga. Namun, meski begitu tetap saja ada orang yang tidak menyukainya. Apalagi ketika mendengar kalau Gea tinggal di rumah Selena. Sikap beberapa ibu-ibu jadi berubah padanya.
"Bu, ibu ayo kita pulang saja. Tidak enak kalau menggosip di depan keluarganya. Orang miskin yang berlagak kaya itu."
Sebagian ada yang pergi, dan sebagian ada yang tetap tinggal.
"Sudah jangan dipikirkan Gea. Bu Wati emang begitu. Dia itu ketuanya mak-mak tukang julid di desa ini," ucap Bu Endah.
"Tapi, memang ada apa dengan Selena, Bu Endah?" tanya Gea yang penasaran tentang adik iparnya.
"Ah, tidak, tidak ada apa-apa Gea. Sudah lebih baik kamu pulang. Buatkan suamimu makanan. Hari sudah mulai sore. Kan kasihan kalau suamimu pulang tak ada makanan di meja makan."
Bu Endah seperti menyembunyikan sesuatu dan ia tidak ingin menceritakannya pada Gea.
"Ya sudah, Gea pamit pulang dulu Bu Endah."
Bu Endah pun mengangguk.
*
*
Sesampainya di rumah, Gea menyiapkan makanan kesukaan suaminya. Tak lama terdengar suara pintu yang terbuka. Gea menyambut kepulangan suaminya dengan mencium tangan sang suami.
"Gea sudah buatkan makanan untuk Mas. Mas mau makan atau mau mandi dulu?"
"Mas lelah Ge, pengen istirahat dulu, lalu setelah itu baru mandi dan makan."
"Ya sudah, sini Gea bawakan tas kerjanya."
"Makasih ya sayang. Kamu itu istri yang pengertian sekali," puji David sambil mengecup kening Gea.
Gea tersipu karena pujian dari suaminya. Keduanya pun masuk ke dalam kamar.
David langsung membaringkan tubuhnya di ranjang dan memejamkan matanya. Gea bisa melihat lelah yang dirasakan oleh suaminya. Gea pun keluar dari kamar untuk menelpon ibunya.
"Halo ibu apa kabar?" tanya Gea.
"Ibu baik Nduk. Kamu gimana? Nak David memperlakukan mu dengan baik kan?"
"Gea juga baik Bu. Iya ibu, mas David selalu memperlakukan Gea dengan baik. Bahkan tak pernah main kasar ke Gea. Dia juga tak pernah marah. Gea bersyukur punya suami seperti mas David Bu."
"Syukurlah, ibu senang sekali mendengarnya. Lalu dimana suamimu? Apa belum pulang kerja?"
"Sudah ibu, Mas David sedang tidur. Sepertinya dia kelelahan sekali. Aku tidak tega."
"Nanti kalau Nak David sudah bangun, kamu pijitin badannya Ge. Terus gimana apa sudah ada tanda-tanda hamil?"
"Iya ibu, nanti aku pijitin. Sepertinya belum ibu. Mas David juga sering tanya-tanya itu ke Gea. Tapi memang belum ada tanda-tandanya. Gea jadi ngerasa bersalah ke Mas David, padahal mas David ingin sekali memiliki anak Bu."
"Sudah pernah coba tespek?"
"Sudah ibu, terakhir aku coba sekitar satu bulan yang lalu. Tapi memang garisnya masih satu. Aku belum mencobanya lagi, takut hasilnya zonk lagi Bu. Aku takut nantinya kecewa lagi Bu."
"Tidak apa Nak. Cobalah lagi siapa tahu sudah ada yang bersemayam di r*him mu. Kalau jadwal datang bulan lancar?"
Mendengar kata datang bulan Gea tampak mengingat-ingatnya. Rupanya ia sudah telat dua minggu.
"Sepertinya Gea sudah telat dua Minggu Bu, biasanya awal bulan tamu bulanan sudah datang, tapi sekarang belum."
"Wah, jangan-jangan .... Pokoknya besok harus dicek ya Nduk. Semoga kamu benar hamil. Ibu juga tidak sabar mau punya cucu."
"Iya Bu. Sudah dulu ya Bu, Gea mau mandi dulu."
"Iya, salam dari ibu dan bapa untuk suamimu."
Sambungan telepon pun selesai. Gea memegang perutnya sambil berkata, "Semoga kamu memang sudah ada di perut mama, nak. Pasti kalau benar, papamu akan sangat senang."
Sore berganti menjadi malam, David masih tertidur dengan pulas nya. Gea tak enak hati ingin membangunkan suaminya, tapi ia juga khawatir karena suaminya belum makan dan belum mandi.
"Mas, makan dulu yuk!"
Gea sedikit menggoyang-goyangkan tubuh suaminya.
"Jam berapa?" tanya suaminya yang sudah terbangun tapi masih memejamkan matanya.
"Sudah jam 8 malam Mas," jawab Gea.
"Oh," ucapnya lalu menarik tubuh Gea untuk dipeluknya. David membenamkan kepalanya di dada Gea. Gea mengelus kepala suaminya dengan sayang.
"Pasti mas cape banget ya kerjanya?"
David mengangguk.
"Mau aku pijitin?" tawarnya.
David mengangguk lagi.
"Bagian mananya yang pegal mas?" tanya Gea lagi.
David menyentuh pundaknya. Gea pun langsung memijat pundak suaminya hingga David merasa keenakan.
"Beruntung sekali aku punya istri serba bisa kaya kamu Ge," puji David.
"Aku juga beruntung punya suami kaya mas David."
Keduanya saling memuji hingga David sudah merasa tubuhnya tidak pegal lagi. Ia segera mandi dan setelahnya makan malam bersama istrinya.
*
*
Keesokan harinya, Gea mencoba mengetes lagi dengan tespek. Sebelum melihat hasilnya, Gea berdoa dulu. Ia benar-benar berharap ia memang hamil.
Gea perlahan-lahan melihatnya. Dua garis. Gea menangis terharu. Apa yang ia dan suaminya inginkan terkabulkan.
"Alhamdulillah, pasti Mas David senang sekali kalau tau aku hamil. Tapi aku akan kasih tahunya nanti saja kalau dia sudah pulang."
Gea tak henti-hentinya tersenyum. Pernikahannya dengan David akan terasa sempurna dengan hadirnya seorang anak di antara mereka.
Sorenya, David sudah berada di rumah, ia dibuat bingung dengan tingkah Gea yang terus-menerus tersenyum melihatnya.
"Kamu kenapa sayang? Sepertinya hari ini sangat bahagia ya? Coba cerita ke mas!"
Gea mengangguk, kemudian duduk di pangkuan suaminya. Ia menyembunyikan tespek di tangan yang berada di belakang punggungnya. Lalu menunjukan tespek itu ke suaminya.
"Taraa!" ucap Gea sambil tersenyum yang terlihat deretan giginya.
"Itu apa?"
"Aku hamil Mas. Ini tespek, dan garisnya ada dua. Itu artinya aku hamil Mas."
"Hah? Kamu tidak becanda kan sayang?"
Ge menggeleng.
David langsung memeluk Gea dengan erat. Tak lupa ia mencium kening dan bibir Gea karena saking senangnya. Tak sia-sia ia gempur Gea setiap malamnya.
"Besok kita ke rumah sakit ya sayang. Mas penasaran berapa usia kehamilannya. Mas sudah tidak sabar menunggu dia lahir."
Gea mengangguk. Tapi kemudian menggeleng.
"Tapi, besok kan Mas harus kerja."
"Gampang, mas bisa izin setengah hari sayang. Nanti setelah jam makan siang mas bisa berangkat kerja."
"Baiklah Mas."
"Terima kasih sayang. Mas senang sekali. Mas janji akan melindungi kamu dan bayi kita. Pokoknya kamu jangan melakukan sesuatu yang berat-berat. Nanti mas akan coba hubungi adik mas untuk menemani kamu di rumah. Semoga saja dia bisa pulang. Kalau dia tidak bisa, mas akan sewa pembantu."
"Ih Mas, tidak usah sampai begitu."
"Tidak apa sayang. Mas akan selalu melakukan yang terbaik untuk istri mas tercinta. Apa sih yang nggak buat kamu," ucapnya kemudian mengecup bibir Gea.
*
*
TBC