"Surat nikah mu akan aku tukar dengan sumsum tulang belakangku."
Demi menyelamatkan nama keluarganya, Charllote mengajukan syarat pernikahan sebagai penyelamat Sean Smith yang mengidap penyakit kanker darah, karena Charllote memiliki sumsum tulang yang cocok.
Akankah pernikahan itu akan menjadi cerita bahagia selalu dan selamanya atau sebaliknya, menjadi ajang saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARI PERNIKAHAN
Lusa adalah hari pernikahannya dengan Sean. Setelah itu barulah Charlotte bersedia melakukan operasi sumsum tulang belakang ini.
Dokter Juga telah melakukan serangkaian tes untuk menilai apakah Sean sehat dan cocok untuk menjalani prosedur transplantasi sumsum tulang ini.
Transplantasi sumsum tulang bertujuan untuk mengembalikan fungsi sumsum tulang yang rusak. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan sel punca sehat ke dalam tubuh pasien. Sel punca yang sehat ini kemudian akan berkembang dan memproduksi sel darah yang sehat.
Setalah keduanya dinyatakan sehat, maka operasi pun telah terjadwal. Hari pernikahan itu pun tiba, Penata rias dengan lihai menyapukan make up natural kepada wajah Charlotte yang sedikit memar. Namun, masih berhasi menyamarkan memar di wajah Charlotte.
"Apakah sudah cukup?" tanya si penata rias.
"Sudah, ini sudah cantik," jawab Charlotte memandangi wajahnya yang terlihat berbeda di hari ini.
Tak berapa lama, Adam pun datang, "Apa sudah siap?" tanyanya.
Charlott tersenyum kepada Adam, lalu menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju. Lalu Adam pun membawanya menuju ke aula altar pernikahan. Pintu pun terbuka, Charlotte berjalan sendiri menuju altar pernikahan. Sean tengah menunggunya di altar. Enzo, kawan baik Sean memegang kotak cincin pernikahan kawan baiknya itu.
Sean mengulurkan tanganya, Charlotte tersenyum manis dibalik cadar pernikahannya. Janji suci pernikahan pun dimulai. Cincin pernikahan tersemat di jari masing-masing. Sean enggan mencium Charlotte, dan memilih pergi dari altar pernikahan mereka tepat setelah dinyatakan sebagai suami istri.
Cahrlotte hanya bisa menatapi dengan pandangan sendu, baru beberapa menit sah menjadi sepasang suami istri, tapi Sean sudah mendeklarasikan jika dirinya itu hanyalah sampah kotor yang diijinkan berada di sisi Sean.
Beberapa keluarga Smith pum berbisik-bisik, "Dasar pemburu harta, jika bukan karena Sean sakit. Mana mungkin dia bisa berdiri di altar itu dan mengucap janji suci dengan Sean."
Enzo merasa tidak enak hati dengan Charlotte, lalu dia berkata, "Selamat atas pernikahanmu ya, aku akan menyusul Sean dan mengecek keadaanya," ujarnya sembari bergegas pergi mengejar Sean.
"Hei, apa-apaan tadi itu?" Ujar Enzo sedikit berteriak.
Sean tetap diam, lalu Enzo berkata lagi, "Tidak bisakah kau bersikap manis sedikit kepada malaikat penyelamatmu."
"Malaikat katamu?" tanya Sean dengan nada sedikit mengejek.
"Hah, yang benar saja. Sepertinya matamu ini sudah benar-benar rabun," ledek kesal Sean, seraya bergegas pergi meninggalkam gereja.
Nyonya Barbara meminta Enzo untuk menjaga baik-baik Sean karena lusa jadwal operasi pencangkokan telah terjadwal. Sehari sebelumnya Charlotte sudah berada di rumah sakit. Menjaga diri sebelum tindakan pencangkokan itu. Dia menatapi pemandangan dari lantai 12, tempat kamar dia ditempatkan.
Charlotte sedikit tertawa, karena merasa sungguh pernikahanya ini adalah pernikahan yang membuat patah hati, jika yang lain setelah menikah langsung berbulan madu. Maka lain hal dengan dirinya. Dia malah dikirim ke rumah sakit.
Pada saat ini ponselnya berdering, itu adalah panggilan masuk dari nomor ponsel Sean, "Halo," sapa si penelpon.
Alis Charlotte mengernyit, ponsel Sean namun, suara yang terdengar adalah suara seorang wanita.
"Charlotte, aku Katie ..." sapa kekasih Sean pada Charlotte.
"Oh hai, apa mau mengucapkan selamat kepadaku?" tanya Charlotte berbasa-basi.
"Aku hanya ingin menyampaikan pesan Sean kepadamu, jangan tidur terlalu larut karena esok kau harus menjalani transpalasi," ujar Katie.
"Ah begitukah," jawab Charlotte masih dengan nada santai.
"Jika begitu sampaikan juga padanya, agar malam ini tidur yang cukup," ujar Charlotte.
"Tenang saja, ada aku di sini yang akan menjaganya," ujar Katie dengan nada sedikit memanasi.
Charlotte langsung saja memutuskan panggilan ponsel itu, lalu dia tertawa terbahak-bahak, mentertawai takdir kelamnya ini sambil sedikit menghapus air matanya.
Katie segera memasukan ponsel Sean ke dalam laci nakas. Sean baru saja selesai mandi, "Kau ... sedang apa?" tanyanya.
"Ah ... itu, makan malam telah siap," jawab Katie.
"Tunggulah di bawah," ujar Sean.
"Ok, aku akan menunggumu," jawab Katie.
Keesokan harinya tindakan operasi sum-sum tulang belakang pun dilakukan dengan lancar dan berhasil. Setelah selesia Keduanya pun saat ini sedang beristirahat dan sedang dalam masa pemulihan
Selama beberapa minggu pertama setelah transplantasi, dokter akan melakukan transfusi sel darah merah dan sel keping darah secara berkala, sampai sumsum tulang baru dapat memproduksi sel darah dalam jumlah yang cukup. Jadi untuk beberapa hari kedepan Sean sudah dipastikan akan tinggal di rumah sakit.
Pada sore harinya, ponsel Charlotte berdering, Diana teman baiknya menghubungi dengan nada panik, "Kau di mana? Mereka bilang mansionmu ini sudah dijual."
"Apa?" jawab Charlotte tercengang.
Itu adalah mansion milik ibunya, dia merasa tidak pernah menjualnya. Lalu dia teringat David, "Brengsek."
"Ini pasti ulah pria tidak berguna itu," hardik kesal Charlotte lagi dalam hati.
Charlotte mencabut infusan di tangannya, lalu dengan tertatih-tatih dia mengganti bajunya dan segera bergegas pergi ke mansionnya.
Dengan rasa sakit seperti tertusuk 1000 jarum. Namun, karena mengingat jika Mansion itu penuh dengan kenangan indah mamanya, maka Charlotte memaksakan diri untuk pulang ke sana.
Cahrlotte langsung masuk ke dalam taksi yang berhenti di depannya, "River side," ujar Charllito kepada supir taksi.
Wajah charlotte terlihat kurang baik, "Nona apa baik-baik saja?" tanya si supir.
"Aku baik-baik saja, tetaplah menyetir!" sahut Charlotte.
Diana baru saja pulang dari luar negri, dan dia langsung saja pergi ke rumah Charlotte untuk memberikan kejutan kepadanya. Tapi, sungguh dia malah dibuat terkejut oleh apa yang dia lihat dan dia dengar sekarang rumah kawan baiknya itu telah dijual.
Charlotte turun dari taksi sengan sedikit tertatih, "Diana." Panggilnya sambil mengetuk kaca pintu mobil kawan baiknya itu.
Diana pun keluar dari mobil, "Hei, apa kau sakit?" tanya Diana.
"Aku baik-baik saja," jawab Charlotte seraya berjalan masuk ke dalam mansionnya.
"Tuan ... ada apa ini?" tanya Charlotte dengan suara sedikit melemah.
"Nona, rumah ini telah dibeli. Dan Tuan kami ingin mengganti barang-barang usang ini," jawab salah satu pelayan yang sedang membersihkan Mansion itu.
Pada saat ini Alfred, kepala pelayan turun dengan membawa sebuah pigura foto, "Nona, bawalah ini bersamamu," ujarnya.
"Alfred ... Alfred ...mengapa begini," ujar Charlotte dengan sedikit menangis.
"Jangan menangis, aku sudah meminta foto-foto nyonya agar diperbolehkan untuk Nona bawa pergi dan simpan," jelas Alfred.
Charlotte sedikit terhuyung, Diana segera memegangi tubun Charlotte, "Oh ya Tuhan ada apa denganmu," ujar Diana sedikit bingung.
"Letakan itu dimobilku saja,' ujar Diana kepada Alfred.
"Siapa Tuanmu, katakan!" ujar Charlotte kepada petugas yang sedang membersihkan rumahnya itu.
"Aku harus bertemu dengannya, rumah ini tidak boleh di jual ... aku tidak pernah menjualnya!" hardik marah Charlotte.
"Maafkan saya Nona, saya tidak bisa memberi tahu soal ini," jawab petugas kebersihan itu.
"Katakan padanya aku akan membeli kembali darinya berapapun harganya." Ujar Charlotte.
"Ini pasti semua ulah dua ular berbisa itu," ujar marah Diana dalam hati kepada Sarah dan David seraya menarik charlotte keluar.