Amira terperangkap dalam pernikahan yang menyakitkan dengan Nakula, suami kasar yang merusak fisik dan mentalnya. Puncaknya, di pesta perusahaan, Nakula mempermalukannya dengan berselingkuh terang-terangan dengan sahabatnya, Isabel, lalu menceraikannya dalam keadaan mabuk. Hancur, Amira melarikan diri dan secara tak terduga bertemu Bastian—CEO perusahaan dan atasan Nakula yang terkena obat perangsang .
Pertemuan di tengah keputusasaan itu membawa Amira ke dalam hubungan yang mengubah hidupnya.
Sebastian mengatakan kalau ia mandul dan tidak bisa membuat Amira hamil.
Tetapi tiga bulan kemudian, ia mendapati dirinya hamil anak Bastian, sebuah takdir baru yang jauh dari penderitaannya yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Suara alarm berdering dan menunjukkan pukul empat pagi.
Seperti biasa, Almira segera bangkit dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi.
Ia membuka pakaiannya dan melihat sekujur tubuhnya yang memerah akibat pukulan dari suaminya.
Tidak hanya tubuhnya saja yang terkena amukan suaminya.
Nakula juga menghajar wajah cantiknya sampai meninggalkan jejak disana.
Amira lekas mandi sebelum suaminya bangun dan menyiksanya lagi.
Setelah selesai mandi, Amira lekas memasak sarapan.
Saat berjalan menuju ke dapur, ia melihat mertuanya yang sudah bangun.
"Kamu bangun terlambat lagi, Mir. Lihat sekarang sudah jam berapa!" ucap Mama Mia orang tua Nakula.
"Sekarang masih jam empat, Ma. Dan sepertinya aku tidak terlambat bangun." jawab Amira.
"Ohh, sekarang kamu berani menjawab pertanyaan Mama!" ucap Mama Mia yang dari dulu tidak suka dengan Amira.
Mama Mia langsung menarik rambut panjang Amira.
Amira meringis kesakitan dan ia mengambil penggorengan.
Bugh!
"AARGGGHHH!! Panas!" teriak Mama Mia.
Amira yang melihat hanya diam dan tidak menolong Mama Mia yang berteriak-teriak.
Nakula yang masih tertidur langsung membuka matanya saat menjadi teriakan Mama Mia.
"ADA APA INI? APA KALIAN TIDAK TAHU SEKARANG JAM BERAPA?!" Bentak Nakula.
Mama Mia menghampiri putranya dan mengatakan kalau Amira menyiramnya dengan minyak panas.
Nakula langung melirik ke arah istrinya yang sedang memasak.
"Mama kamu saja yang lebay, Mas. Padahal minyaknya nggak panas." ucap Amira.
Nakula yang mendengarnya langsung mengambil air yang dimasak oleh istrinya.
BYUR!!
"PANAS!!" teriak Amira kesakitan.
Mama Mia tersenyum manis saat melihat putranya yang menyiram air panas ke arah wajah istrinya.
"Itulah akibatnya jika kamu tidak patuh sebagai istri!" ucap Nakula.
Amira langsung berlari menuju ke kamar mandi kamarnya.
Di dalam kamar mandi, Amira menangis kesakitan.
"Kenapa kamu sekarang berubah, Mas. Apa salahku?" gumam Amira.
Amira masih ingat bagaimana Nakula yang dulu melamar dan menikahinya dengan cara romantis.
Berbeda dengan Nakula yang memperlakukan nya seperti pembantu.
Ia menatap pantulan dirinya di cermin, mencoba menahan air mata agar tidak semakin memperparah perih di wajahnya.
Air panas tadi meninggalkan lebam merah yang jelas di pipi dan dahinya.
Ia harus segera mengobati luka yang ada di wajahnya .
Amira meraih kotak P3K kecil di sudut lemari dan mengoleskan salep dingin ke area wajahnya.
Setelah beberapa menit mengobati lukanya, Amira mencoba menenangkan diri.
Amira keluar dari kamar mandi dan melihat sosok Nakula yang sudah berdiri di ambang pintu kamar.
Wajah Nakula terlihat dingin, namun ada senyum tipis yang tak bisa dibaca di bibirnya.
"Ada apa lagi? Belum puas kamu menyiksaku seperti ini."
Nakula yang mendengarnya langsung berjalan ke arah istrinya.
"Sayang, aku melakukannya karena kamu tidak patuh. Jadi jangan kamu ulangi lagi." ucap Nakula.
Kemudian Nakula membuka lemari dan melempar gaun pesta berwana hitam ke arah istrinya.
"Pakai ini dan temani aku ke pesta nanti malam. Jujur saja, Ri. Aku malu mengajakmu ke pesta ulang tahun perusahaan."
"Kalau kamu malu, Mas. Lalu kenapa mengajak aku?"
Nakula menarik rambut istrinya sambil tersenyum mengerikan.
"Aku mengajakmu karena malam nanti aku akan memberikan kamu hadiah, sayang. Jadi jangan banyak tanya."
Disaat yang bersamaan tiba-tiba ponsel Nakula berdering.
Amira melirik ke arah ponsel suaminya dan melihat Isabel yang sedang menghubungi Nakula .
Nakula mengambil ponselnya dan mengangkat ponselnya.
Ia keluar dari kamarnya dan menghiraukan istrinya.
Nakula berjalan ke ruang kerjanya dan menguncinya dari dalam.
"Na, kapan kamu menceraikan istrimu? Apa kamu selama ini hanya main-main, denganku?" tanya Isabel dengan nada manja.
Nakula berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya sambil berbicara dengan Isabel.
“Tenanglah, Bel. Malam ini aku akan pastikan semuanya selesai. Setelah pesta, aku akan buat Amira tak bisa kembali lagi.”
“Aku harap kamu tidak bohong lagi, Na. Aku muak jika harus sembunyi-sembunyi seperti ini.”
“Percayalah padaku,” jawab Nakula.
Nakula meminta Isabela untuk datang ke perusahaan tempatnya bekerja.
Setelah itu Nakula menyiapkan berkas-berkas perceraiannya dengan Amira.
Nakula kembali ke kamarnya dan melihat istrinya yang sedang membersihkan kamar.
"Buatkan aku kopi, nasi goreng dan salad buah. CEPAT!!"
Amira menghela nafas panjang dan berjalan menuju ke dapur.
Ia mulai membuat kopi sambil sesekali menahan rasa sakit yang ada di wajahnya.
Sesekali Amira menghapus air matanya saat menunggu airnya matang.
"Pa, Ma. Maafkan aku yang tidak mendengar perkataan Papa sama Mama." gumam Amira.
Amira menyesal karena orang tuanya pernah mengatakan kalau Nakula bukan lelaki yang baik.
Tapi ia tetap memilih pergi dari rumah dan menikah dengan Nakula.
Kemudian Amira mengambil buah untuk membuat salad yang diinginkan oleh suaminya.
Disaat sedang memotong buah untuk salad ketika suara langkah cepat terdengar dari arah pintu dapur.
“Mbak Amira!”
Belum sempat ia menoleh, sepasang lengan melingkar dari belakang, memeluk pinggangnya erat-erat.
Itu Bagas, adik Nakula yang baru pulang dari luar kota.
“Lepas!” bentak Amira kaget, tubuhnya refleks menegang.
Namun Bagas justru semakin mengeratkan pelukannya.
“Mbak, aku kangen. Kok Mbak kurusan banget, sih? Kakak masih nakal ya sama Mbak? Kalau Mbak mau, aku bisa...."
Plak!
Amira langsung menampar pipi adik iparnya yang selalu merendahkannya.
Nakula mengacak-acak rambutnya saat mendengar keributan lagi.
Brak!
Pintu dapur terbuka keras. Nakula berdiri di sana, wajahnya kelam.
“Apa lagi sekarang? Kenapa kamu selalu bikin masalah lagi?!”
Sebelum Amira bicara, Bagas langsung mengatakan kalau Amira menggodanya
"Mas, bukan aku..."
“Diam! Kamu itu istri pembawa sial?”
Amira menggelengkan kepalanya dan mencoba menjelaskan kepada suaminya.
“Mas, dia yang menggodaku.”
“Aku bilang diam!” bentak Nakula yang langsung menghampiri, lalu mencengkeram pergelangan tangan Amira keras-keras hingga gadis itu meringis.
“Mas, sakit.... !”
Tanpa peduli rintihan istrinya, Nakula menyeret Amira keluar dapur, melewati ruang tamu dan menaiki tangga dengan kasar.
Bagas yang melihatnya langsung melambaikan tangannya.
Bruk!
Nakula mendorong Amira masuk ke kamar, lalu menutup pintu dari luar dan menguncinya.
Klek!
“Mas! Buka pintunya!”
Amira menggedor-gedor pintu kamarnya dengan kepalan tangannya.
“Aku akan membukanya nanti malam. Itu pun kalau kamu masih pantas keluar.”
Langkah kaki Nakula menjauh dan meninggalkan kamar.
“Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan, Mas.” gumam Amira sambil menghapus air matanya.
Amira sudah lama bersabar menghadapi Nakula, Mama Mia dan Bagas.
Tetapi hari ini Amira sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi.
Ia mengambil gaun pesta yang diberikan oleh suaminya tadi.
"Apakah kamu kira aku tidak tahu jika selama ini kamu berselingkuh dengan Isabel?" gumam Amira.
Amira berjanji jika malam nanti, ia akan mengakhiri semuanya.
karna bastian mandul