Di kenal seorang pendiam dan tidak banyak bergaul membuatnya minder , sejak di usia belia seorang gadis desa sangat aktif dan sudah mengenal yang namanya jatuh cinta , apakah sekedar jatuh cinta saja atau sudah mengenal lebih dari sekedar cinta monyet ?
Dibalik kisah asmara ada sekelumit masalah pada sikap saudaranya yang membuatnya risih dan menjadi tertutup . lambat laun ia tahu siapa dirinya yang sebenarnya .
Mampukah ia menjalani kehidupan di luar sana tanpa ia sadari sudah terjebak dalam arus kehidupan dunia luar yang penuh dengan drama dan masalah ?
Apakah gadis yang dulu pendiam akan menjadi pendiam atau akan menjadi sosok yang lain ?
Yuk baca pelan-pelan dan berurutan agar tidak salah paham .jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Rumah Sederhana
Rumah sederhana berpagar papan adalah ciri khas orang desa meskipun papan rumah itu terlihat sangat kokoh dari tahun ke tahun . Tidak ada yang berubah sedikitpun dari rumah itu .
Banyak tetangga yang sering main di rumah tersebut mulai anak-anak sampai orang dewasa bahkan tua muda . Di rumah itu Seorang anak kecil dilahirkan dan dibesarkan dengan kasih sayang seorang ibu sejak ditinggalkan seorang ayah .
Rumah dengan banyak ruang sebagai sarana tempat tinggal seorang janda dengan keempat anaknya menjadikanya tulang punggung yang bekerja sebagai buruh tani untuk bertahan hidup .
Setiap sore selesai maghrib semua anak-anak belajar mengaji di rumah guru ngaji . Seorang gadis kecil berjalan memakai jilbab instan berjalan menuju rumah guru ngaji bernama Bu Aisyah ..
Gadis itu dengan semangat mengaji agar bisa khatam Alquran , tidak hanya dia banyak anak-anak yang lain mengaji dengan Bu Aisyah . Mereka mengaji dengan bergiliran , jika satu sedang mengaji yang lain diam menyimak , tidak ada yang berisik .
Malam hari di rumah Ira belajar sendirian , setelah belajar ia menonton televisi bersama dengan kedua kakaknya , satu kakak perempuan sudah berkeluarga dan tinggal bersama suaminya di kampung sebelah .
"Sudah malam sana tidur ," Kakak ketiga cowok bernama Yaman mengusir Ira dan merebut remot di tangannya sambil tersenyum jahil . "Aku mau nonton televisi itu filmnya bagus , Kak , jangan di ganti ," rengek Ira kesal pada kakaknya yang dengan santai rebahan disampingnya .
"Dah sana tidur besok sekolah ," katanya memberi peringatan pada Ira . Dengan terpaksa Ira beranjak dan masuk kamar matanya pedih ingin menangis namun di tahan .
Beberapa tetangga pada nonton televisi di rumah Ira ada ibu-ibu dan anak muda seumuran Ira juga remaja . Mereka menonton di rumah Ira karena belum mempunyai televisi .
Di dalam kamar Ira mendengar banyak orang sedang menonton televisi , saling menyahut acara televisi entah acara apa Ira sudah tidak lagi peduli karena sudah di usir kakaknya .
Kakak pertama sudah menikah namun ia tinggal bersama mereka sedangkan istrinya tinggal di rumah bersama ibu dan anaknya keduanya tidak bercerai . Hanya tinggal Ira dan Kakak ke tiga yang belum menikah .
Ira pergi keluar dan duduk di teras sendirian . Tetangga depan rumah mempunyai usaha bengkel ada beberapa karyawan yang menginap di sana . Ira tidak mengenal mereka hanya sekedar tahu saja .
Di usia sekolah dasar Ira tidak banyak berteman , ia hanya sekedar bermain selesai pulang . Begitu seterusnya . Semenjak ada pendatang baru di kampungnya semua remaja heboh , mereka para remaja gencar mendekati orang baru tersebut ada yang pacaran juga ada yang putus bahkan ada yang menikah .
Sejak usia belia Ira dijuluki orang yang pendiam . Ia sangat pemalu jika berteman dengan lawan jenis . Diam-diam Ira menyimpan rasa pada salah satu pemuda di kampungnya , orangnya berkulit putih tinggi hidung mancung . Pemuda itu bernama Ruli kedua orang tuanya bekerja sebagai buruh tani juga sama dengan ibunya Ira .
Waktu Ruli jatuh di sungai Ira menangis namun tidak ia tampakkan di depan umum karena waktu itu banyak sekali orang yang berdatangan menengok Ruli yang terbaring lemah di tempat tidur .
Ira berdiri di samping Ruli menahan tangis , hatinya sedih melihat orang yang dicintai sakit . Ruli tidak tahu kalau Ira menyukainya , bahkan mereka bermain ya sekedar bermain tanpa melibatkan perasaan , sampai mereka pernah tidur bersama dengan ayahnya Ruli dan berebut pelukan seorang ayah .
Setiap malam Ruli menonton televisi di rumah Ira bersama teman lainnya , Ira sangat senang karena ada Ruli , keduanya duduk bersampingan sambil bercanda . Ira semakin jatuh cinta bila melihat dan bisa duduk berdekatan dengannya . Tapi entah dengan Ruli sepertinya hanya menganggap teman saja bagi Ira itu tidak masalah asalkan ia bisa berdekatan dengan Ruli .
_________________
Hari berganti hari sudah hal biasa bagi Ira dan Ruli semakin dekat , kadang mereka berjauhan , ya begitulah cinta monyet .
Setial hari Ibu Ira bernama Haryati pergi ke sawah ikut para petani menanam padi , kadang ikut mengambil padi ( istilah jawa derep) , pulang membawa hasil padinya dan di jemur di bawah terik matahari di terpal yang terbuat dari bambu .
Setiap pulang sekolah Ira di suruh menjemur padi , dan kalau sudah kering di angkat lalu dimasukkan ke dalam karung kemudian di bawa ke lumbung padi untuk di giling jadi beras .
Sebenarnya Ira anak yang penurut tapi kadang rasa kesal dalam hatinya ketika di suruh menjemur padi dan membawa ke lumbung , karena sangat berat . Jika tidak nurut nanti jadi anak durhaka pikir Ira .
Ada saudara dari ayahnya yang menjadi sopir grab Ia selalu di ajak bareng kalau berangkat ke sekolah . Ira sangat senang menikmati momen itu , saudaranya bernama Mukhlis selalu memberi uang jajan kepada Ira karena ia belum dikaruniai seorang anak .
Waktu kecil Ira sering main ke rumahnya bahkan setiap lebaran selalu pergi ke tempat saudaranya bersama teman sebayanya .
Hari hari Ira banyak sekali kejutan dari saudara ataupun teman , badannya yang bergerak lincah membuat orang yang melihatnya senang , banyak orang mengagumi banyak juga yang merasa kasihan karena di tinggal oleh ayahnya .
"Ira ayo kita main ," ajak Desi datang ke rumah Ira sambil membawa mainan alat masak . "Ayo , kita main dimana ?" tanya Ira dengan antusias .
Desi berpikir mencari ide . "Bagaimana kalau bermain di samping rumahmu itu kan kebun , kita masak-masakn di sana ," kata Desi berjalan mendahuluinya menunjuk tempat bermain . "Oke ," sahut Ira berjalan mengikuti Desi .
Keduanya main masak-masakan di samping rumah Ira , sedangkan Ibu Ira sedang menjemur padi d samping rumahnya tidak mempermasalahkannya .
Tidak hanya Desi yang ajak Ira bermain , kadang bermain dengan Nina dan Lusi yang rumahnya jauh .Mereka berteman sebagai teman bermain bukan saling memusuhi atau membenci satu sama lain . Tidak pernah terlihat mereka saling membenci atau dendam .
Di sekolah pun demikian Ira tidak banyak bergaul , dia selalu bermain di depan kelas bersama teman-temannya jika ada yang mengajak .
Hari itu ia pulang sekolah sendirian , teman-temannya ada yang pulang lebih dulu ada yang paling belakang .
Sepulang sekolah ia langsung nonton televisi acara kesukaannya sambil rebahan sendirian . Karena ia sudah hapal dengan tayangan harian . Kadang kala Ira kemana-mana sendiri main sama teman saja bila ada yang mengajak .
Sore harinya ia pergi mandi di sungai di bawah air pancuran ia sirami seluruh tubuhnya , tidak lupa memakai sabun mandi . Sejak usia belia ia sudah di biasakan mandi sendiri , tidak pernah manja pada ibu dan saudara lainnya .