Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Pemilihan ketua OSIS telah usai. Tepuk tangan riuh mengiringi pengumuman nama ketua baru. Rion bukan lagi pemimpin. Tanggung jawabnya telah diserahkan kepada adik kelas yang kini berdiri di podium. Setelah acara selesai, Rion berjalan menghampiri Calya.
"Ke kantin bareng?" ajak Rion dengan senyum menawan.
Vira dan Jojo yang berada di samping Calya, saling pandang. Mereka tahu tentang rumor Rion yang suka main-main, dan mereka tidak ingin Calya semakin jatuh hati. Vira hendak membuka mulut, namun Calya sudah lebih dulu mengiyakan ajakan Rion.
"Ayo!" jawabnya dengan semangat.
Tanpa menoleh, Calya langsung mengikuti langkah Rion. Hanya sekilas ia membalikkan badan, melemparkan senyum singkat ke arah Vira dan Jojo sebelum benar-benar meninggalkannya. Kedua sahabatnya hanya bisa menghela napas, tak berdaya melihat Calya yang begitu buta karena cinta.
Vira dan Jojo hanya bisa saling pandang dengan rasa kesal yang campur aduk. "Gue bilang juga apa! Lo sih, enggak dicegah!" bisik Vira, menyalahkan Jojo.
Jojo mendengus. "Salahin gue? Lo juga cuma diam aja!" balasnya. Keduanya kini hanya bisa melihat punggung Calya dan Rion yang semakin menjauh ke arah kantin.
Di sisi lain, Aksa yang berdiri tak jauh dari mereka, melihat semuanya. Ia melihat bagaimana Rion menghampiri Calya, melihat Calya tersenyum, dan melihat kedua sahabat Calya hanya bisa pasrah. Hatinya terasa perih, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Ia hanya bisa berjalan, berpura-pura tidak sengaja melewati Rion dan Calya. Saat ia mencoba melangkah, tiba-tiba sebuah cekalan kuat mendarat di kakinya. Rion, dengan sengaja, menginjak kaki Aksa, membuat Aksa kehilangan keseimbangan dan jatuh terhuyung ke depan.
Calya yang melihat itu terkejut. Ia ingin sekali membantu Aksa. Ia ingin menjulurkan tangannya, namun ia menahannya. Ia takut. Takut jika hubungannya dengan Aksa akan diketahui semua orang. Ia takut Rion akan melihat mereka, dan ia takut Rion akan meninggalkannya.
Di antara ketakutan dan rasa bersalah, Calya hanya bisa terdiam, membiarkan Aksa yang sudah jatuh tergeletak di lantai.
Calya merasakan dadanya sesak. Ia melihat Aksa tergeletak di lantai, menjadi tontonan para siswa yang kini menertawakannya. Sisi baiknya ingin menolong, tapi rasa takut akan Rion dan reputasinya lebih besar.
Tiba-tiba, Calya menguatkan diri. Ia tidak bisa membiarkan Rion bertindak sejauh ini.
"Rion, jangan!" Calya mencegah Rion yang tampak puas melihat Aksa tersungkur. Tanpa banyak bicara, Calya menarik tangan Rion, menjauh dari kerumunan yang menertawakan Aksa. Ia berjalan cepat menuju kantin, meninggalkan Aksa yang masih berjuang untuk bangkit. Ia tidak berani menoleh ke belakang, tak sanggup melihat wajah Aksa yang pasti dipenuhi rasa sakit dan kekecewaan.
Sesampainya di kantin, Calya langsung melepaskan genggaman tangannya. Suasana canggung menyelimuti mereka. Rion yang menyadari perubahan sikap Calya, mencoba mencairkan suasana.
"Mau pesan apa?" tanya Rion sambil tersenyum.
"Terserah," jawab Calya singkat. Perhatiannya masih terbagi antara Rion dan Aksa. Hatinya merasa sangat bersalah. Ia tahu, ia telah membuat kesalahan fatal.
Aksa bangkit dari lantai dengan susah payah. Kakinya terasa nyeri, tetapi rasa sakit di hatinya jauh lebih pedih. Ia berjalan dengan langkah gontai menuju kelasnya, namun di tengah jalan, ia berbelok, memilih untuk pergi ke taman sekolah. Di bawah rindangnya pohon, ia duduk termenung, menatap kosong ke depan.
Ia tidak bisa lagi diam. Ia tidak akan membiarkan dirinya diinjak-injak seperti ini. Tekadnya kini bulat. Ia harus mempercepat pernikahan ini.
Hanya dengan cara itulah ia bisa memiliki Calya dan menjauhkannya dari Rion. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, dan menelepon sang bunda.
"Bun, Aksa mau mempercepat pernikahan," ucapnya tanpa basa-basi.
Dari seberang telepon, suara bundanya terdengar terkejut. "Nak, apa yang kamu bicarakan? Kami masih di luar kota. Sabar dulu, ya."
Aksa menghela napas. "Tapi Aksa enggak mau menunggu. Tolong percepat, Bun. Aksa mohon."
Meskipun bingung dengan perubahan sikap putranya yang mendadak, bundanya hanya bisa menenangkannya dan memintanya untuk bersabar. Firasat bundanya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia memilih untuk mengabaikannya. Ia hanya bisa mengiyakan permintaan Aksa, meskipun tidak tahu mengapa putranya begitu terburu-buru.
Bunda Aksa segera menelepon suaminya, menceritakan keinginan putra mereka untuk mempercepat pernikahan. Sang ayah menyambutnya dengan bahagia, tanpa bertanya alasan di balik keputusan mendadak itu. Ia langsung menelepon sahabatnya, Amelia, mama Calya.
"Amel," sapa ayah Aksa dengan suara gembira, "Aksa ingin mempercepat pernikahan. Bagaimana menurutmu?"
Amelia terkejut sekaligus senang. "Tentu saja! Itu kabar baik! Aku akan beritahu Calya."
Mereka berdua akhirnya sepakat. Setelah kembali dari luar kota, mereka akan langsung mempersiapkan pernikahan. Tanpa sepengetahuan Calya, takdirnya kini telah diputuskan dan akan segera dilaksanakan.
...----------------...
Bel sekolah berbunyi nyaring, menandakan waktu pulang. Calya berjalan gontai, perasaannya masih campur aduk setelah kejadian di kantin. Ia segera mencari Vira dan Jojo, dan saat bertemu, tanpa ragu Calya menceritakan apa yang Rion lakukan pada Aksa.
Mendengar cerita itu, Vira dan Jojo langsung naik darah. "Gue bilang juga apa! Dia emang enggak akan pernah berubah, Cal!" seru Vira, wajahnya memerah.
"Bajingan emang dia! Sengaja banget ngejatuhin Aksa!" timpal Jojo, suaranya dipenuhi amarah. "Lo masih mau-maunya aja bela dia? Jelas-jelas dia jahat, Cal!"
Namun, Calya tetap membela Rion. "Dia enggak jahat, kok. Dia cuma bercanda," elaknya, meskipun ia sendiri tahu itu bukan sebuah candaan.
Di tengah perdebatan mereka, Rion menghampiri. "Calya, mau pulang bareng?" tawarnya dengan senyum menawan, seolah kejadian tadi siang tidak pernah terjadi.
Calya tersenyum, hatinya kembali berbunga. Ia hendak mengiyakan ajakan itu, tapi tiba-tiba seorang siswi, yang tak lain adalah bendahara OSIS, muncul di samping Rion.
"Rion, ayo. Kamu kan janji mau anterin aku," ucap siswi itu dengan nada manja.
Rion terperanjat, matanya membelalak. Ia benar-benar lupa sudah berjanji dengan Reina, si bendahara OSIS. Reina, dengan rambut hitam panjang tergerai dan tatapan sinisnya, berdiri di sana, menunggu. Penampilannya sangat mencolok. Reina memiliki tubuh yang berisi dan montok, dengan lekuk tubuh yang indah dan menawan yang dibalut seragam sekolah yang pas.
Reina menatap Calya dari atas ke bawah, seolah menilai pesaingnya. Calya yang menyadari tatapan itu, hanya bisa menunduk, merasakan hatinya kembali mencelos. Rion mencoba menjelaskan pada Calya, namun Calya hanya bisa tersenyum getir.
Reina merapatkan tubuhnya ke Rion, memeluk erat lengan pria itu. Senyum sinis terukir di bibirnya saat ia menoleh ke arah Calya. "Lo siapa? Ngapain lo deketin Rion?" tanyanya, suaranya terdengar merendahkan.
Rion gelagapan. Ia berusaha melepaskan pelukan Reina. "Reina, jangan begitu!" tegurnya. Ia menatap Calya dengan rasa bersalah yang kentara. "Calya, maafin gue. Gue... gue harus nganterin dia."
Mendengar permintaan maaf Rion, Calya hanya bisa tersenyum getir. Ia sudah tahu. Sejak awal, ia sudah tahu.
Vira dan Jojo yang melihat kejadian itu tak bisa lagi menahan amarah mereka. Mereka berdua maju, wajah Vira memerah menahan kesal. "Lo berdua mending pergi, deh!" seru Vira. "Jangan mainin perasaan sahabat gue!"
"Pergi lo!" timpal Jojo, suaranya dipenuhi amarah. "Jangan bikin dia nangis lagi gara-gara lo!"
Rion mencoba untuk bicara, tapi Reina lebih dulu menyahut. "Kenapa? Cemburu?" ucap Reina sinis pada Vira dan Jojo. "Calya itu enggak cocok sama Rion. Dia cuma buang-buang waktu Rion."
Vira dan Jojo terdiam, tak bisa membalas. Reina memanfaatkan momen itu, menarik Rion pergi, meninggalkan Calya yang kini tak bisa lagi menahan air matanya.