"Untukmu, seluruh waktuku. Dariku untuk menantimu"
____________________________
Yumi tak pernah mengira dirinya akan menjalin kasih dengan lelaki yang bahkan tak dikenalnya. Lelaki aneh, yang seakan tau segalanya tentang dia.
Berulang kali Yumi berusaha kabur, menjauh, bertindak tak semestinya agar lelaki itu merasa ilfeel dan meminta putus, tapi justru lelaki itu semakin melabelinya sebagai miliknya!
Aneh. Hampir tak masuk logika.
Apa alasan dibalik hubungan yang terbentuk dengan cara ekstrim ini?
Dan akankah Yumi berhasil membuat lelaki itu pergi?
Atau akankah dirinya terjebak selamanya dihubungan yang tak nyaman bersama lelaki asing itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Kondisi
...• Bab 24 •...
...»»——⍟——««...
..."Dirayakan saja aku bangga, apa lagi diperjuangkan"...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
Yumi berjalan membungkuk keluar kelas, ia terus merintih kesakitan dalam diam sepanjang perkuliahan berlangsung tadi. Perutnya terasa dililit dan diremas-remas.
Tubuhnya pun mulai terasa sangat lemas karena sejak dini hari tadi ia tak berhenti keluar masuk kamar mandi. Andai, hari ini tidak ada kuis yang diadakan dosen, Yumi pasti akan izin tidak masuk. Pasalnya, perutnya terasa sangat amat perih.
Yumi menyadarkan tubuhnya di tembok untuk menarik napas sejenak. Ia rasanya tak mampu lagi berjalan. Lidya teman satu-satunya itu ada perkumpulan organisasi sehingga tak bisa membantu Yumi yang memang sudah terlihat pucat sejak awal masuk. Sedangkan Pasha, lelaki itu pergi ditarik dosen untuk menjadikanya asisten selama satu hari.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya keras, ia meremas perutnya yang masih melilit kencang. Padahal ia sudah minum obat mag tadi pagi, tapi ternyata obat itu tak bereaksi sama sekali ditubuhnya.
Yumi berjalan tertatih menuju ruang tunggu lantai satu. Ia mengeluarkan ponselnya begitu sampai sana, dengan wajah yang sudah berkeringat gadis itu menelpon seseorang.
Tentu saja, siapa lagi.
"Halo, Maga... " panggilnya lirih
"Halo, Mi? Kenapa suara lo? Ada masalah?"
"Perut gue sakit lagi. Gue bahkan sampe berak.... sepuluh kali ada mungkin. Sekarang badan gue lemes banget, jempuuttt"
"Ah~ gue lupa ngabarin. Hari ini lo naik ojol dulu ya, nanti gue pesenin. Gue sekarang lagi anterin pulang Karin, dia pingsan tadi dikelas"
"Hah? terus gimana sekarang Karin?"
"Udah sadar kok"
"Ini lo anterin pake.. motor?"
"Enggak, pake mobil Karin, Itu dia dibelakang sama Teguh. Gue yang bawa mobilnya"
"Oh gitu... "
"Maaf ya... "
Yumi mendesah berat, ada getaran di napasnya itu. Bibirnya bergetar saat sedikit membuka, "Yaudah.. mau gimana lagi. Gue naik ojol aja, gak perlu lo pesenin. Fokus nyetir aja"
"Oke, Mi..hati-hati ya, kabarin kalo udah dirumah"
"Iya... "
Panggilan pun berakhir. Yumi merebahkan kepalanya yang terasa berat ditembok. Sebenarnya dia benar-benar tak kuat lagi berjalan. Badanya panas dingin tak karuan. Tapi, dia bisa apa? selain mengandalkan dirinya sendiri.
"Yumi??"
Gadis itu menoleh mendengar namanya dipanggil. Ia mengangkat kepalanya, "Kak Math? Halo kak... "
"Lo gak balik?"
"Iya kak, ini mau balik kok" ujar Yumi pelan.
Mathias nampak memicingkan wajahnya, ia melihat sedikit getaran ditubuh cebol adik tingkat nya itu, "Lo gak papa, Mi?"
Yumi berdiri, ia tersenyum kecil, "Gak pa.... akh!.. " gadis itu meringis membungkuk memegangi perutnya, gejolak panas meremas kembali menyerang isi perut Yumi.
"Kenapa, Mi? Ada yang sakit?"
"Ng..nggak ada, cu..cuma... cuma.. " belum sempat gadis itu menyelesaikan perkataan tubuhnya sudah limbung kedepan, dan dengan reflek Mathias menumpu tubuh Yumi didadanya.
Mata lelaki itu membulat saat merasakan kulit Yumi yang terasa sangat dingin, kening gadis itu sudah basah dengan keringat. Wajahnya pucat pasi, ia sempat merintih kesakitan sebelum akhirnya badannya benar-benar lemas terkulai tak sadarkan diri.
"Yumi?!?" Mathias mencoba menepuk pelan pipi Yumi untuk menyadarkan gadis itu. Ia menggendong tubuh yang sudah terkulai itu ke punggung nya. Membawanya berlari keluar gedung dengan cepat.
"Woi minggir! Ada yang pingsan!" pekiknya di penjuru lorong lantai satu. Membuat beberapa mahasiswa yang berjalan di depan mereka menoleh kebelakang dan membuka jalan dengan wajah terkejut.
Salah satu diantara mereka nampak memicingkan mata memastikan yang dilihat nya tak salah, ia mendelik dan ikut berlari disamping Mathias begitu mengetahui gadis yang tak berdaya di punggung nya itu.
"Eh ini Yumi kenapa bang?" tanya lelaki berambut gondrong dengan putung rokok ditangannya.
"Hah? Siapa? Pacar Yumi?"
"Bukan, gue Jodie, pacar Yumi temen gue. Ini kenapa si cebol bisa pingsan gini?"
"Gue juga gak tau. Ini mau gue bawa ke klinik kampus"
Jodie mengangguk, "Gue bantu bang" ia mengambil totebag Yumi yang dipegang Mathias membuat nya menjadi lebih leluasa menggendong gadis itu.
Kedua lelaki itu berlarian ke arah klinik dengan secepat kilat. Sebelum memasuki klinik Jodie mengambil ponsel memfoto Yumi yang berada digendongan Mathias dan mengirimnya ke Maga untuk memberi informasi.
[Jodie]
Si cebol pingsan, Ga
...• TBC •...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...