NovelToon NovelToon
Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / TimeTravel / Perjodohan / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Rebirth For Love
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

“Tuhan, bila masih ada kehidupan setelah kematian, aku hanya ingin satu hal: kesempatan kedua untuk mencintainya dengan benar, tanpa mengulang kesalahan yang sama...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.9

Sementara itu, di tempat berbeda. Mia tersenyum senang menatap belanjaannya yang berada di tangan kanan dan kiri. Langkahnya kini tertuju ke toko salah satu brand ternama.

"Wahh, kayaknya tas itu cocok sama gue," gumamnya penuh semangat sambil masuk ke toko tersebut.

Matanya langsung terpaku pada tas berwarna merah marun. Dia menunduk, menatap label harga yang tertera.

"Aku beli satu, gak apa-apa kali ya. Toh Andreas gak pernah mempermasalahkan apa yang aku beli," pikir Mia sambil meraih tas itu dan membawanya ke kasir.

Namun, ekspresi percaya dirinya seketika hilang saat kasir berkata, "Maaf, kartu Anda tidak bisa digunakan."

"Hah? Kok bisa, sih? Tadi masih bisa, loh! Coba lagi, Mbak. Mungkin mesinnya rusak," balas Mia dengan nada tak percaya.

Kasir pun mencoba kembali dengan sabar, tetapi hasilnya tetap sama. "Maaf, tetap tidak bisa."

Kasir menyerahkan kartu itu kembali. Mia merengut kesal, terpaksa menyimpan tas impiannya lalu pergi begitu saja.

Mia menatap black card yang ada di tangannya.

"Masa sih abis? Ya kali, ini kan limited," gerutunya.

Dia mencoba menghubungi Andreas berulang kali, namun lelaki itu tidak juga menanggapi panggilannya.

"Akkhh, Andreas! Menyebalkan. Kemana sih dia!?" seru Mia dengan nada jengkel.

Dia pun meninggalkan mall, tujuannya adalah apartemen Andreas.

"Awas aja kalau gak ada," gerutunya lagi.

Beberapa puluh menit kemudian, Mia sudah sampai di apartemen mewah Andreas. Namun, langkahnya tertahan. Dia tidak bisa masuk karena tidak memiliki akses.

"Astaga..." desis Mia frustasi.

"Kemana aku harus mencari Andreas? Rumah orang tuanya aja aku gak tahu."

Dia mengacak rambutnya keras-keras. Rasa kesalnya semakin menjadi, campur aduk dengan kebingungan.

"Andreas!!" pekik Mia, penuh emosi.

*

*

Diana menatap Daisy yang tengah menyusui Vio. Bayi cantik itu rewel setelah lama digendong olehnya.

“Kenapa, Bu?” tanya Daisy pelan.

“Kenapa apanya?” bukannya menjawab, Diana malah balik bertanya.

“Huh! Sabar …” bisik Daisy, berusaha menenangkan diri.

“Kenapa Ibu membawa Ivana dan mendekatkannya dengan Damian? Ibu tahu kan, aku dan Damian tidak akan bercerai!” ujar Daisy penuh penekanan. Ya kali sudah melewati maut bersama Damian, aku balik lagi ke Andreas. Rugi besar!

Diana salah tingkah. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan menantunya itu.

“Bu, maafkan aku kalau dulu aku pernah salah. Aku memang jahat dan kasar,” ucap Daisy, mengembuskan napas kasar.

“Terserah Ibu mau maafin aku atau tidak. Tapi seenggaknya aku gak akan datang ke rumah Ibu sebelum Ibu benar-benar memaafkan aku. Dan aku juga melarang Ivana masuk rumah ini.”

Ia lalu menambahkan dengan nada cibir, “Diminum, Bu. Nanti aku dikira menantu yang gak tahu diri, gak kasih Ibu minum dan cemilan.”

“Iya, iya … Ibu minum,” balas Diana cepat. Ia lalu menyesap teh hangat yang Jasmin seduh. Teh terbaik itu memang bisa membuat pikiran lebih tenang dan rileks.

Dari jauh, Jasmin mengulum senyum. Ia tidak memberi kesempatan Diana membalas ucapan Daisy. Dalam hati, ia salut. Putrinya kini tidak lagi meledak-ledak seperti dulu.

“Sepertinya aku harus mulai masak buat makan siang,” gumam Jasmin. Ia harus menyiapkan kiriman makan siang untuk suami dan menantunya di kantor.

“Ibu, aku mau masak makan siang buat Damian. Gak apa-apa kan kalau aku tinggal sebentar?” tanya Daisy sambil meletakkan Vio ke dalam boks bayi.

“Gak apa-apa. Biar Ibu yang menjaga Vio,” jawab Diana.

Daisy mengangguk, tersenyum tipis. Ia ingin membuktikan sesuatu.

“Masakanku pasti lebih enak daripada masakan si ulat bulu itu, Ivana,” gumamnya lirih.

“Mom!” pekik Daisy, membuat Jasmin yang baru masuk dapur sedikit terkejut.

“Ngapain di sini?” tanya Jasmin heran. Putrinya biasanya paling anti menginjak dapur.

“Mau petak umpet sama Mbak Tyas,” jawab Daisy datar.

“Hah? Kok di dapur? Lagian kamu kayak anak kecil aja.”

Tyas yang sedang mencuci sayur hanya tersenyum kecil, sementara Daisy memutar bola mata malas.

“Mbak, tolong siapkan ayam yang tadi sudah dimarinasi, ya. Terus bumbu lainnya juga, sama sayurnya,” titah Daisy pada Mira.

“Baik, Nona,” sahut Mira patuh.

“Kamu mau masak?” Jasmin bertanya lagi.

“Bukan, Mommy. Aku mau main masak-masakan,” balas Daisy ketus.

“Sy … Mommy serius loh nanya ini.”

“Menurut Mommy, aku mau apa? Lebih baik Mommy temani besan Mommy sana. Biar semua ini aku yang kerjakan,” tegas Daisy.

“Hah? Kamu bisa masak?”

“Sudahlah, Mommy. Sana temani besan Mommy.”

Akhirnya Jasmin menyerah. Ia memilih meninggalkan dapur dan membiarkan Daisy sibuk. Ia pun kembali menemani Diana, yang sedang mengawasi cucunya yang baru tertidur pulas.

****

Andreas duduk di sofa kulit hitam, di dalam ruangan VIP sebuah klub milik sahabatnya, Riko. Meski klub itu baru buka malam nanti, Andreas bisa masuk kapan saja. Botol minuman keras sudah berserakan di mejanya.

“Kali ini kenapa lagi?” tanya Riko sambil menjatuhkan diri ke kursi seberang.

“Daisy.” Andreas meneguk minuman tanpa menatap sahabatnya.

“Kenapa? Dia nggak jadi pisah sama suaminya?” tanya Riko santai, meski matanya tajam meneliti raut Andreas.

“Lebih dari itu. Dia usir gue dari rumahnya.” Andreas mendengus, lalu kembali menenggak minumannya.

Riko melotot. “Lo serius? Bukannya Daisy dulu nggak bisa lepas dari lo?”

Andreas tak menjawab, hanya meraih botol ketiga. Namun Riko cepat-cepat merebutnya.

“Udah jangan minum terus, bisa-bisa lo beneran lewat lagi.”

Andreas menepis tangannya kasar. “Balikin!”

Saat itu ponsel Andreas berdering. Nama Mia muncul di layar.

“Dre, tuh… Mia nelpon.”

“Biarkan saja. Gue lagi pusing. Lo bantu gue aja, suntikin dana ke hotel sama resto gue,” ujar Andreas lesu.

“Gila kali. Dari mana gue duit? Gue bukan sultan kaya lo.”

Andreas memukul meja. “Sial! Usaha bokap juga hancur gara-gara bokapnya si Daisy. Harusnya dari awal gue porotin dia habis-habisan!”

Riko berdiri sambil menggeleng. “Lo udah nggak waras. Sana sadar dulu. Gue mau tidur.”

Andreas meraih botol lain dan mulai tertawa miris, lalu mendadak menyebut-nyebut nama Daisy. Riko hanya mencibir sebelum meninggalkan ruangan. Tinggallah Andreas sendiri, mabuk, meracau memanggil nama Daisy seperti orang kehilangan akal.

Di sisi lain kota, suasana kontras. Damian tersenyum lebar ketika kurir ojek online mengantarkan bekal makan siang. Kotak makan itu dibuka, aroma harum ayam goreng bawang putih langsung menyeruak. Ada sambal, tumis brokoli, jagung wortel, dan telur dadar.

Namun bukan hanya masakannya yang membuat Damian bahagia, melainkan secarik kertas kecil di atas kotak itu.

Semoga kamu suka, suamiku.

Love, Daisy istri kesayanganmu.

Damian mengusap tulisan itu dengan senyum penuh cinta. Tepat saat itu ponselnya berdering—panggilan video dari Daisy.

“Sayang!” sapa Daisy antusias. “Gimana? Bekalnya udah nyampe?”

“Sudah. Nih baru aku buka.” Damian membalik kamera, memperlihatkan isi kotak makan.

Daisy tersenyum puas. Dari layar terlihat ia sedang duduk bersama Diana, sambil sesekali melirik Vio yang tertidur lelap di box bayi.

“Apa Ibu nggak ngomong yang aneh-aneh sama kamu?” tanya Damian hati-hati.

“Enggak kok. Dari tadi Ibu main sama Vio, terus makan siang bareng.” Daisy menampilkan senyum tipis, memilih tak menyinggung Ivana maupun Andreas.

“Oh, syukurlah. Ibu datang sendiri atau…”

“Dengan supir, Sayang.” Daisy cepat memotong. Nada suaranya tenang, meski ada sesuatu yang ia simpan sendiri.

Damian hanya mengangguk lega, sementara hatinya semakin mantap. Apapun yang terjadi, ia tahu Daisy kini benar-benar memilihnya.

Bersambung ...

1
Epi Widayanti
hempaskan ulat bulu itu Daisy
Epi Widayanti
/Heart//Heart//Heart/
Asa Asa
belom pernah hidup serumah sama mertua
Susma Wati
ivana terlalu terobsesi pada damian yang menghancurkan dirinya sendiri, akibat dari perbuatan ayahnya yang lebih pergi dengan pelakor, da si pelakor dengan tidak tahu diri ingin memeras ivana
Epi Widayanti
Lanjut 👍👍
Epi Widayanti
lanjut
Epi Widayanti
Lanjut, makin kepanasan tuh si Ivana /Joyful/
Nix Ajh
eh Andrean mokondo, harusnya Daisy yang marah ini malah kebalik, kamu yang marah
Asa Asa
jahat banget
Margaretha Indrayani
lanjut thor
Nix Ajh
selalu ada kesempatan kedua, bahagia buat Damian, Daisy, dan Vio
Mochi 🐣
Kepedean
Susma Wati
banyak yang kayak ibu diana,
AriNovani
Komen guyss
Epi Widayanti
suka 💓💓
Nadira ST
musuhnya pada berdatangan kepalaku kok pusing ya daisi baru lahiran belum bisa balas dendam
Susma Wati
alfa dan andreas sama-sama punya penyakit hati,, dendam yang si pupuk terus menerus oleh mereka sendiri tanpa berpikir untuk memperbaiki diri
Nadira ST
lanjut thor penasaran nih
AriNovani
mobilnya bukan kaki 😭
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!