NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Guru Baru

Istri Rahasia Guru Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah / Pernikahan rahasia
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Gara-gara fitnah hamil, Emily Zara Azalea—siswi SMA paling bar-bar—harus nikah diam-diam dengan guru baru di sekolah, Haidar Zidan Alfarizqi. Ganteng, kalem, tapi nyebelin kalau lagi sok cool.

Di sekolah manggil “Pak”, di rumah manggil “Mas”.
Pernikahan mereka penuh drama, rahasia, dan... perasaan yang tumbuh diam-diam.

Tapi apa cinta bisa bertahan kalau masa lalu dari keduanya datang lagi dan semua rahasia terancam terbongkar?


Baca selengkapnya hanya di NovelToon

IG: Ijahkhadijah92

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benda Mencurigakan di Tas Emily

Hari ini seperti biasa, suasana sekolah dipenuhi dengan suara langkah kaki dan bisik-bisik antar siswa. Di sekolah favorit ini, hari senin adalah hari razia—tas, pakaian, sampai rambut. Semua harus rapi dan sesuai aturan. Tidak ada yang boleh macam-macam.

Emily duduk di bangkunya sambil mengunyah permen karet, satu kaki di atas kursi, satu lagi goyang-goyang santai. Gaya bicara dan gerak-geriknya ceplas-ceplos, kadang bikin guru geleng-geleng kepala. Dia memang terkenal bar-bar, tapi kalau soal peraturan sekolah? Jangan ditanya. Dia selalu berusaha taat. Bukan karena takut dihukum sekolah, tapi karena... dia ngeri kalau sampai keluarganya tahu.

Keluarga besar dari ayahnya adalah tipe orang yang selalu mementingkan nama baik keluarga besarnya. Satu masalah kecil saja bisa jadi perkara besar.

Sret.

"Emily, tasmu Ibu periksa, ya," ucap Bu Deti, guru yang sedang bertugas razia pagi ini.

Emily menurunkan kakinya, tangannya bersedekap di meja. "Silakan, Bu. Aman kok. Paling isinya cuma buku, binder, sama... eh, jajan dua bungkus." Emily tertawa santai.

Bu Deti mulai membongkar isi tas Emily. Satu per satu buku dikeluarkan, lalu tempat pensil, dan...

Dahi Bu Deti berkerut.

"Apa ini?" gumamnya pelan, tangannya mengangkat sebuah dus kecil dan pipih berwarna cokelat dari balik buku paket Matematika.

Emily refleks berdiri. "Hah? Itu apaan, Bu?"

Riska, teman sebangkunya, ikut menunduk ke meja, wajahnya bingung.

Bu Deti tidak langsung menjawab. Ia meneliti dus itu, membaliknya perlahan. Ada tulisan mencolok di bagian atasnya. Seketika ekspresinya berubah. Serius. Tegang.

"Emily, ini tas kamu, kan? Masa kamu nggak tahu ada benda begini?"

Emily melotot. "Ya ini tas saya, Bu! Tapi saya nggak pernah masukin benda aneh kayak gitu. Sumpah, Bu, itu bukan punya saya!"

Deg.

Bu Deti menatap Emily lama. "Yang benar kamu nggak tahu ini isinya apa?"

Emily mulai panik. Meskipun biasanya galak dan sok cuek, dia paling benci kalau harus berurusan sama hal-hal yang bisa mencoreng namanya di sekolah. Apalagi kalau sampai... keluarganya tahu.

"Bu, serius. Saya juga baru lihat itu barusan!" jawabnya dengan suara meninggi. Nadanya ketus, tapi matanya jelas-jelas menunjukkan kekhawatiran.

Bu Deti menutup dus itu pelan. Ia tidak ingin kehebohan terjadi di kelas.

"Ikut Ibu ke kantor sekarang," ucapnya tegas.

Suasana kelas langsung hening.

Emily terpaku. Jantungnya berdetak keras. Ini pertama kalinya dia dipanggil ke kantor karena sesuatu yang dia bahkan tidak tahu apa. Gengsinya sebagai siswi yang dikenal "bar-bar tapi patuh aturan" mulai runtuh.

Langkahnya terasa berat. Setiap mata memandanginya, seolah-olah dia baru saja ketahuan menyelundupkan b0m.

Satu pertanyaan terus berputar di pikirannya:

Siapa yang naruh dus itu di dalam tas gue?!

**

Di ruang BK, suasana tegang membungkus udara. Emily duduk di kursi tamu dengan tangan gemetar, matanya terus menatap dus kecil dan pipih yang kini tergeletak di meja. Sekilas saja dia tadi melihat isinya—alat tes kehamilan dengan hasil garis dua. Matanya tak berkedip, pikirannya kalut. Rasanya ingin pingsan saja detik itu juga.

Tak lama kemudian, pintu ruang BK terbuka. Seorang pria bersetelan rapi masuk dengan langkah panjang. Wajahnya serius, tanpa senyum.

"Pak Rakha, silakan masuk," sambut Bu Deti dengan nada hati-hati.

Pria itu mengangguk singkat. Di belakangnya, seorang wanita anggun dengan wajah cantik tapi cemas menyusul masuk. Bundanya, Indira.

"Ada apa ini?" tanya Indira dengan suara terburu-buru. Matanya langsung tertuju pada Emily yang menunduk dalam diam. "Kenapa anak saya dipanggil ke sini? Apa Emily bikin masalah?" tanyanya.

Bu Deti menarik napas, lalu menunjuk dus kecil di meja. "Kami menemukan ini di dalam tas Emily, Bu."

Indira berjalan cepat, meraih dus itu, lalu membukanya. Saat melihat isinya, wajahnya pucat seketika.

"Apa-apaan ini...?" desisnya nyaris tak terdengar.

Emily langsung berdiri, panik. "Bunda! Aku nggak tahu itu apa! Aku—aku nggak naro itu di tas aku! Sumpah demi Allah!"

 Rakha masih berdiri di tempatnya. Matanya tajam menatap dus itu, lalu menatap Emily. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Tapi sikap dinginnya justru membuat udara di ruangan makin menusuk.

"Mas... kamu nggak bilang apa-apa?" Indira menoleh dengan suara bergetar.

Sang suami hanya menggeleng pelan. "Kita selesaikan di rumah," katanya datar. Satu kalimat pendek yang terasa seperti vonis.

Emily tercekat. "Ayah... percaya aku kan?" tanyanya lirih.

Sebelum ada yang menjawab, tiba-tiba pintu diketuk dan dibuka dari luar.

"Permisi... saya mau bicara soal Emily," ucap seorang siswi berambut panjang yang masuk dengan ekspresi percaya diri. Disa. Sepupu Emily. Mereka memang satu sekolah, tapi beda kelas dan... bisa dibilang hubungannya tidak terlalu akrab.

"Aku lihat sendiri, Bu... pagi tadi Emily ke apotek dekat sekolah. Dia beli alat itu. Aku yang lihat langsung."

Deg.

Suasana mendadak panas.

"A—APA?!" Emily membentak kaget. "Lo ngigau apa sih, Dis?!" ia tidak terima dengan tuduhan Disa.

"Aku nggak ngigau. Aku lihat sendiri kamu ngeluarin uang, ngomong ke kasir, terus bawa pulang dus kecil. Itu, kan? Itu tuh dusnya!"

"Bukan itu! Emang gue ke apotek, iya! Tapi bukan buat beli alat kayak gitu! Gue beli plester, karena jari gue luka gara-gara ngeraut pensil!" Emily nyaris berteriak. Matanya memerah. "Kenapa lo ngarang yang aneh-aneh, hah?!"

"Ngaku aja, Em. Kamu malu, ya?"

BRAK!

Emily menampar meja sekuat tenaga. Air matanya mengalir, tapi bukan karena sedih—karena marah.

"Lo pikir gue segila itu, Dis?! Lo tuh sepupu gue, bukan musuh gue! Lo pikir gue main-main sama harga diri keluarga kita?!"

Disa mundur setengah langkah. Bu Deti cepat berdiri dan mencoba melerai.

"Sudah, sudah! Ini bukan tempatnya saling menyalahkan!"

Indira ikut berdiri, memeluk Emily yang tubuhnya mulai gemetar. “Sudah, Nak. Sudah… Bunda percaya sama kamu.”

Tapi Rakha tetap diam. Wajahnya dingin. Sorot matanya sulit ditebak.

“Biar ayah selesaikan di rumah,” ulangnya. Suaranya datar, tapi tegas. Ia menatap Disa sejenak, lalu berbalik keluar dari ruangan.

Emily ingin mengejarnya, tapi kakinya lemas. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya menangis dalam pelukan ibunya.

Sekarang, bukan hanya reputasi di sekolah yang terancam—tapi juga kepercayaan ayahnya.

**

Suasana di dalam mobil sepanjang perjalanan pulang terasa beku. Tidak ada satu pun suara yang terdengar. Rakha di kursi kemudi hanya menatap lurus ke depan. Tak ada tanya, tak ada tegur. Tangannya menggenggam setir erat, seperti menahan sesuatu yang ingin meledak.

Indira duduk di sebelahnya, sesekali melirik Emily di jok belakang yang hanya menunduk sambil menggenggam rok seragamnya erat-erat. Matanya masih sembab. Dia ingin bicara. Menjelaskan. Tapi dia tahu—Ayahnya bukan tipe orang yang mau mendengar ketika amarahnya belum padam.

Setibanya di rumah, Rakha langsung membuka pintu tanpa berkata sepatah kata pun. Emily dan Indira mengikuti pelan di belakangnya. Baru setelah pintu tertutup, suara yang selama ini ditahan pun pecah.

“Sekarang jelaskan. Sebenarnya apa yang terjadi?” suara Rakha terdengar dalam dan tajam.

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!