Berfokus pada Kaunnie si remaja penyendiri yang hanya tinggal bersama adik dan sang mama, kehidupannya yang terkesan membosankan dan begitu-begitu saja membuat perasaan muak remaja itu tercipta, membuatnya lagi dan lagi harus melakukan rutinitas nyeleneh hanya untuk terbebas dari perasaan bosan tersebut.
tepat jam 00.00, remaja dengan raut datar andalannya itu keluar dan bersiap untuk melakukan kegiatan yang telah rutin ia lakukan, beriringan dengan suara hembusan angin dan kelompok belalang yang saling sahut-sahutanlah ia mulai mengambil langkah, Kaunnie sama sekali tidak menyadari akan hal buruk apa yang selanjutnya terjadi dan yang menunggunya setelah malam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BI BAB 1 - Teman ganjen.
Aku berjalan riang sembari menenteng plastik hitam berisikan aneka jajanan yang tadi aku beli. Hari ini hari kamis, kemarin aku dan temanku janjian untuk pergi ke pasar bersama, dan yap! tadi kami sudah puas bersenang-senang dan sekarang kami berdua sedang dalam perjalanan pulang.
"Kamu liat kakak yang jualan pentol tadi gak?"
Netraku bergulir malas pada gadis yang berjalan di sampingku. Ia teman janjianku.
"Enggak, kenapa?" Aku menyahut datar sembari terus merajut langkah. Wajahku lempeng, nadaku datar, sudah jelas sekali bahwa aku sama sekali tidak tertarik dengan topik si kampret ganjen yang berjalan tepat di sampingku ini.
Sebenarnya sih aku agak malas meladeni si temanku ini karena aku hafal betul dengan kepribadiannya yang pede mampus itu, namun yeah.. karena aku sedang dalam suasana hati baik, maka aku akan meladeninya kali ini.
...(( Missthor : suasana hati Kaunnie bisa baik karena jajanan ditangan. ))...
"Gak ada, aku cuma ngerasa dia kayak ngeliatin aku banget gitu."
'kan!'
batinku kesal dengan raut nge-judge abis. Namun tentu raut menyebalkan pada wajah imutku ini tidak bisa di lihat temanku karena posisi kami yang tepat bersebelahan, dan sepertinya kedua netra temanku pun mungkin sedang tidak berfungsi karena ia yang pasti sedang asyik berkhayal.
Mengkhayalkan abang-abang penjual pentol yang baru saja jadi topik pembahasannya itu tentu. Dasar.
...(( komentator L : ini yang dari tadi ngebatin busyuk serius tokoh utamanya? ))...
...(( komentator W : mau dibilang bukan tapi ceritanya dari POV dia, heum.. ))...
"Dia punya mata. Hadehh!" sahutku sembari mendengus. Aku mengangkat plastik hitam ---- mengarahkannya pada kedua lubang hidung, heummmm~ mood ku kembali baik ketika aroma sedap itu menyapa.
"Tau, tapi dia kayak ngeliatin aku banget gitu loh, temen-temennya yang dibelakang gerobak juga, huh! Bingung aku tuh, padahal kan cewe yang beli pentol sama dia bukan cuma aku ajaaa!!"
Hadeh.
Respon yang bisa kutunjukan pada ocehan pede mampus bin najis teman di sebelahku ini hanya anggukan saja. Memangnya aku bisa bereaksi apalagi coba?
'iyain aja deh, biar gak ribet..'
Aku dan temanku terus berjalan beriringan sambil sesekali temanku tersenyum pada orang-orang yang berjalan berpapasan dengan kami. Jangan tanya kenapa aku tidak memberi senyum atau apalah itu, karena memang begitulah aku.
"Oh iya! Kamu juga sadar gak sih? Pas dari awal kita masuk area pasar, kita emang udah jadi sorotan, atau cuma aku aja ya yang jadi sorotan? Eh, sorry.. maksud aku tuh kayak se- ######"
Masih diiringi dengan celotehan temanku yang unfaedah, netraku berlayar ke sekeliling untuk mengamati jalan setapak didepan lalu pindah pada teras rumah warga yang disana terdapat kucing putih abu sedang berjemur.
Aku terkekeh, kendati merasa geli ketika kucing itu mengamati kami yang lewat dengan lidah menjulur keluar.
'Kayak anjing, ihihii~'
"By the way, kamu tadi beli Bakaran apa aja?" Temanku akhirnya berbicara sesuatu yang bukan tentang cowo, sontak saja aku sedikit bersemangat.
Tidak langsung menyahut, dengan wajah cengengesan aku mulai memarkirkan tangan ke dagu. "Eumm... Kalau enggak salah lima tusuk deh," ujarku sembari mengangkat kelima jari.
"Oowh," mulut temanku membentuk huruf 'O' lalu setelahnya ia mengantup mulut begitu saja. Mungkin sudah terlalu lelah berceloteh.
Kami terus berjalan sampai kami berdua berada didekat area masjid.
Aku memperlambat tempo langkah ketika menangkap siluet diriku yang masyaallah tabarakalah dari kaca masjid.
Aku berpose, mulutku monyong dengan mata sebelah ditutup.
Huwek.
...(( komentator gang : huwek ))...
Woy! Semenjijikan itukah wajahku sampai-sampai ketujuh pembawa juga ikut memberi 'huwek' ? T-T