Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Pindah
Iriana Dhamar, dipindahkan ayah nya ke perdesaan bukan desa yang sulit di jangkau, mobil dan motor masih bisa lewat, tapi mungkin memang masih jauh dari kota jarak kota dan desa nya bisa 3 jam, ayah nya tidak ingin Iriana masih bersama pria yang hanya menyakiti nya, Iriana di selingkuhi tunangan bersama sahabatnya. Ia sering melamun patah hati nya dalam, membuat ayah nya iba. Satu-satu cara hanya memindahkan Iriana ke desa tempat nenek nya yang hanya tinggal sendirian, ibu dari ayahnya.
Dan harapan ayah nya, Iriana bisa bangkit lagi, semangat seperti biasa nya, Iriana terlalu bodoh masalah cinta. Sampai-sampai membuat nya tidak bisa berpikir banyak, ayah nya menjadi khawatir.
"Maaf jika ayah dan ibu membawa mu ke sini. Di sini bagus buat me rileks kan pikiran dan hati mu nak."
Iriana tidak tau, apakah ini bagus untuk nya, ia hanya ingin mencoba nya. Air mata memang sudah tidak ada, tapi sakit nya masih ada, bayang kan saat kamu memergoki mereka sedang bermesraan di dalam kamar apartemen nya. Ingin membuat kejutan, benar ia emang terkejut sangat.
"Benar nak ibu juga khawatir, jangan lagi pikir kan pria bajingan itu. Lebih bagus tau sekarang sayang, dari pada nanti.!" Tatap ibu Iriana sedih ia melihat anak nya seperti tidak bernyawa, mengapa sampai
segitu nya.?
Hanya helaan nafas Iriana yang terdengar.
Mobil itu pun mulai masuk gapura desa klayangan. Iriana suka menatap rumah di pedesaan, anak-anak yang sedang main di sore hari, berlarian, tertawa, menangis seperti tidak ada beban. Ia sering ke desa nenek nya jika hari libur sekolah, sampai ia sudah kerja. Mungkin sudah 2 tahunan ia tidak pernah kesini lagi. Di pedesaan Iriana hanya harus kuat telinga dan hatinya saja, kebanyakan orang sini sering bergosip, jika sudah sore hari mereka akan berkumpul di salah satu rumah buat bergosip ria. Benarkan baru saja mobil ayah nya lewat sudah ada banyak ibu-ibu yang ngumpul, dilihat dari cara tatapan penasaran mereka dengan kedatang mobil ayah, mereka seperti menebar gosip, atau ke kepo an yang mendalam di sanubari mereka.
Iriana mulai melihat rumah nenek nya, saat itu lah ia menyadari mungkin ia akan bertahan lebih lama di sini beda seperti biasa nya jika liburan mungkin hanya seminggu. Ini bisa kah ia bertahan berbulan atau per tahunan.
Di sini mayoritas nya pekerjaan warga desa nya sawit. Nenek nya punya kebun sawit tidak banyak, tapi cukup untuk hidup nenek yang sendiri. Anak nenek ada 3 ayah anak pertama pria satu-satu nya, adik nya perempuan dua-dua nya, bibi Iriana juga tidak tinggal di sini.
"Iriana,, ayo turun itu nenek mu menunggu di luar pelantaran.!"
Iriana tau ini saat nya ia harus mulai bangkit lagi, ia mencoba berusaha sebisanya dulu.
"Aduh cucu nenek,, kenapa semakin kurus?" Nenek berusaha memegang pipi Iriana yang tinggi. Ia tidak sampai cucu nya sudah terlalu tinggi.
"Halo nenek.!" Iriana menunduk kan kepala nya untuk bisa di pegang nenek nya.
"Ayo masuk, jangan di luar hari sudah mulai senja." membawa anak mantu, cucu nya kedalam rumah.
"Taro barang nya di dalam kamar Dhamar.! Kalian berdua langsung balik besok Dham?"
"Iya ibu,, pekerjaan Dhamar masih banyak di sana." Dhamaran ayah iriana anak nenek.
"Siap-siap sana kalian, Iriana ayo mandi terus kita makan bersama, nenek sudah masak tadi." lestari nenek Iriana memerintah kan anak cucu nya untuk mandi.
"Dhamar dan Embun harus lebih cepat istirahat, agar esok hari tidak kelelahan saat di perjalan..!"
***
Kamar di sini kecil, Iriana sudah terbiasa, ia sudah se jam berdiam diri di kamar, duduk di dekat jendela kamar yang ia bukai. Melihat gelap nya malam, suara jangkrik di kesunyian malam. Masih dengan lamunan nya, bukan, ia bukan melamun pria itu tapi pada diri nya kenapa ia bisa terlalu bodoh.
"Ternyata,, mungkin aku salah memilih." Gumaman lirih Iriana dengan tatapan ke arah luar jendela, tidak ada bintang angin masuk terlalu kencang, seperti nya akan turun hujan malam ini.
Menutup pintu jendela nya, dengan bersiap untuk istirahat kan tubuh dan pikiran nya.
Ternyata hari sudah masuk pagi, sebab hujan malam tadi terlalu lebat, membuat matahari masih malu-malu menampakan dirinya.
Iriana sudah bangun, ia sudah mandi dan sekarang ia ada di dapur bersama ibu nya untuk memasak, ibu dan ayah mungkin akan balik lagi ke kota dengan waktu 2 jam lagi.
Cuaca juga belum terlalu panas untuk matahari yang baru keluar menampakan dirinya.
"Mungkin kamu akan kerasan tinggal di sini nanti nak.!"
"Aku akan coba ibu. Tapi jika aku sudah bisa berdamai dengan keadaan bisa kah aku pulang ibu.?"
"Tentu nak, ayah pasti akan jemput kamu jika sudah mau kamu untuk pulang kerumah." Ibu Embun melirik anak nya yang sedang menggoreng ikan di wajan.
"Mana nenek bu.? "
"Kata nya keluar dulu sama ayah mu, mau lihat kebun kelapa sawitnya."
"Oh kenapa tidak bawa aku.!" Ia juga ingin jalan-jalan sebentar melihat suasana desa.
"Ngapain kamu kan tinggal di sini lebih lama jadi lebih banyak waktu mu." Dengan tangan yang cekatan mengangkat masakan nya yang sudah matang.
Iriana seperti lupa, bahwa ia akan lebih lama tinggal di sini bersama nenek nya. Ia hanya menggaruk kepala nya menyadari kelupaan nya.
Terdengar suara samar dari luar yang semakin jelas.
"Siapa yang pemanenan biasa bu,? Itu sudah pada masak bu buah kelapa sawitnya.!!" Itu suara ayah yang mulai terdengar jelas, ini seperti membahas siapa pekerja untuk nenek nya di kebun kelapa sawitnya. Perkebunan nenek ini hasil peninggalan kakek. Sudah 6 tahun lama nya, mungkin penghasilan nenek sudah masuk 2 tahun ini.
Dhamar tidak bisa terlalu mengurus nya, ia sibuk di kota ia seorang dosen. Sedang kan istri nya guru SMA. Jadi dia bisa ke sini jika ada libur. Ini juga ia cepat-cepat harus balik lagi.
"Ada toh Mang Danang, sama Mang Uji tapi kata nya besok Dham.!" Suara itu makin jelas di pendengar an Iriana.
"Kenapa besok itu buah nya banyak jatuh lah bu." Ternyata ayah dan nenek singgah di depan ruang tv. Tidak terlalu jauh sama dapur belakang.
"Itu kata nya masih pemanenan punya nya pak RT lah Dham.! Sudah, tidak usah terlalu tergesa-gesa biar lah besok." Timpal lestari
"Ada apa toh Mas,?" Embun bertanya kepada suaminya.
"Itu loh Mbun, buah kelapa sawitnya sudah banyak yang masak.!"
"Emang berapa hari si Bu jangka waktu masak buah nya setelah panen.?" Embun juga bertanya kepada mertua nya.
"Tergantung lah Mbun. Ada yang 20 hari bisa juga 25 hari. Kalo 25 hari yah gini banyak jatuh buah sawitnya." Yang jawab Dhamar. Nenek hanya mengangguk.
Iriana mendengarkan semua nya dari belakang, meski tatapan nya melihat ke belakang halaman rumah nenek.
Saat Iriana terlalu asik melihat sebarang arah. Di sebelah kanan nya rumah tetangga ada pria tampan tinggi melihat nya dengan berkulit tan. Keseringan kerja kepanasan, tatapan itu tidak berpaling dari Iriana yang tidak mengetahui nya.