NovelToon NovelToon
Istri Dalam Bait Do'Aku

Istri Dalam Bait Do'Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Pelakor jahat
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yazh

Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.

Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.

Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenapa Baru Sekarang???

Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya perasaan Mecca saat itu. Insomnia menghampiri tiap malam sampai berbulan-bulan. Nilai-nilainya menurun, bahkan ia hampir tidak lulus. Beruntung, Dean begitu telaten mengurusnya waktu itu, menemani setiap malam, membantunya belajar, dan tidak pernah meninggalkannya sampai akhirnya Mecca bisa kembali hidup normal lagi beberapa tahun kemudian.

Kepergian Ken benar-benar meninggalkan luka terdalam yang mengoyak mental Mecca.

Luka itu kini memang tidak hilang sepenuhnya, tapi ia berhasil menyembuhkannya, atau setidaknya ia pikir begitu.

"Adikku sudah besar dan dewasa, pasti sudah bisa berpikir lebih baik kan sekarang?" Dean berucap lembut, mengusap puncak kepala Mecca.

"Kadang seseorang dihilangkan dari hidup kita itu memang untuk menyelamatkan kita dari rasa sakit yang lebih dalam. Dulu,kakak pun sangat membenci Ken, tapi sekarang kakak tahu, memang hanya Kenindra yang bisa membuat kakak tenang melepas kamu."

Mecca terdiam sejenak, memikirkan apa yang sebenarnya ia rasakan saat ini. Beberapa jam yang lalu, ia baru saja bertengkar dengan Darren, kekasihnya, karena mereka tidak jadi bertemu—padahal besok adalah hari terakhirnya cuti. Dan sekarang, ia bertemu lagi dengan sumber luka terdalamnya dulu. Seolah semesta sengaja mempermainkan takdirnya.

"Dadaku sesak banget kak, I can't barely breath. " lirih Mecca, suaranya nyaris tak terdengar.

"Rasanya seperti akan mati saat ini."

"Nggak!" jawab Kak Dean tegas, kedua tangannya menangkup pipi Mecca, memaksa adiknya untuk menatap matanya.

"Kamu sangat berhak untuk hidup dan bahagia. Aku tahu kamu tetap gadisku, cewek kuat yang manja. Kamu tahu kan kalau aku orang pertama yang sama sekali tidak rela kamu disakiti oleh siapa pun, termasuk Kenindra." Jari jempolnya mengusap lembut air mata yang sudah mulai mengering di pipi Mecca.

"Kalau saat ini aku mengijinkan kamu bertemu sama dia, itu berarti bisa dipastikan kalau ini bukan hal yang buruk. Kamu percaya kakak kan?"

Mecca mengangguk perlahan, sedikit ragu. Namun, tatapan mata Kak Dean yang tulus dan yakin, tatapan yang selalu menjadi pegangannya, perlahan memberinya kekuatan.

"Mecca Jesselyn Prawira yang sekarang, adalah wanita hebat yang nggak mudah disakiti. Kakak bisa yakin itu, oke?"

Ucapan Kak Dean meyakinkan Mecca untuk cukup berani menyapa Kenindra dan keluarganya. Mecca menarik napas dalam sebelum turun dari atas kapal mobil, tangan Dean tertaut, membantunya memantapkan langkah.

Dari dulu, Mecca tidak punya track record buruk dengan kedua orang tua Kenindra. Bahkan, dengan ibunya, ia cukup dekat. Jadi, tidak sulit baginya untuk menyapa lebih dulu, meskipun sedikit canggung setelah sekian lama tidak berkomunikasi.

Mecca merapikan pakaiannya, melangkah dengan anggun menuju tempat semua orang berkumpul. Ia melepas tautan tangan sang kakak, memaksakan senyum di wajahnya.

"Mm… siang, Tante, Om," sapa Mecca, sambil menyalami Ibu Khadijah dan Ayah Maulana, orang tua Kenindra. Keduanya membalasnya dengan senyuman hangat.

"Siang, sayang... makin cantik aja, Mecca," puji Ibu Khadijah, yang siang itu nampak sangat anggun dengan abaya hitam dan jilbab syar'i yang menjuntai sampai ke kaki.

"Cantik, mandiri, hebat, Nduk," sahut Eyang Ilyas, kakek Kenindra, dengan tatapan memuji.

Mecca hanya bisa tersenyum sopan. Lalu, tiba-tiba, matanya bertemu dengan mata Kenindra yang juga sedang menatapnya.

Pria itu tampak lebih dewasa sekarang, dengan sorot mata yang teduh namun menyimpan banyak hal yang sulit dijelaskan.

"Kabar kamu gimana?" Kalimat pertama yang didengar Mecca dari Kenindra setelah bertahun-tahun. Hatinya terasa diremas, kepalanya tertunduk dalam, menghindari tatap Kenindra yang berkaca-kaca.

Suaranya masih sama, dalam dan tenang. Mecca hanya bisa menggigit bibir bawahnya yang sedikit bergetar. Napasnya tercekat di tenggorokan, lidahnya kelu, tidak mampu merangkai satu kata pun.

Tak ingin menjawab, ia segera berlalu dari hadapan Kenindra, mengambil tempat duduk di samping Dean sambil terus menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya sendiri.

Hal yang ia rasakan sekarang adalah kembali gugup saat berada sedekat itu dengannya, perasaan yang sama persis saat dulu ia menjadi juniornya di SMA. Ia selalu merasa gugup tiap kali hanya dengan melihatnya dari kejauhan. Jantungnya

Namun, ia menyentuh dadanya, meyakinkan dirinya sendiri bahwa rasa gugup itu hanya sesaat.

Oke, Mecca, ini hanya reuni biasa tanpa melibatkan perasaan, ia meyakinkan dirinya sendiri.

___

Setelah serangkaian acara pertemuan kedua keluarga yang tidak ia mengerti maksudnya, Ayah dan Ibu Mecca memutuskan untuk kembali ke kota karena Ibu, yang merupakan seorang dokter militer, mendapat panggilan tugas mendadak.

Mecca akhirnya bisa merasa lega, akan segera pulang.

Namun, lagi-lagi harapannya harus pupus.

Hal yang tidak ia sangka lagi adalah mereka semua pulang tanpa mengajaknya. Eyang Prawira memintanya tetap tinggal bersama beliau di pesantren.

Ya, Eyang memintanya untuk membantu mempelajari bisnis barunya yang harus ia lakukan di pesantren. Lagi-lagi, ia tidak sanggup membantah titah Eyang.

"Butik juga butuh aku, Eyang, kalau kelamaan di sini nanti jadi numpuk kerjaan aku," keluh Mecca saat mobil yang Kak Dean kendarai berjalan keluar area pesantren, setelah mengantarnya dan Eyang lebih dulu dari vila tadi.

"Ada Chacha, kan, Nduk? Dia orang kepercayaan kamu. Pasti bisa bekerja dengan baik untuk butik. Ada Gery dan lainnya juga yang sangat kamu percaya," jawab Eyang, suaranya tenang, jelas mengandung sebuah perintah mutlak.

Mecca berhenti memohon dan mengeluh. Percuma. Ia hanya bisa terus mengikuti titah Eyang yang menurutnya tidak masuk akal ini. Ia menghela napas, menatap pemandangan pesantren yang asri. Hatinya kembali terasa berat. Ingin memberontak,

Sudah cukup malam, sekitar pukul delapan lebih, usai ia membantu Ibu Khadijah membereskan sisa makan malam. Mecca memilih duduk di teras sebuah rumah yang cukup besar di lingkungan pesantren itu.

Angin malam yang sejuk menerpa wajahnya. Perasaan kesal, lelah, dan sedih bercampur aduk. Ia menatap sekeliling seolah tengah berada di dalam dunia lain, tak ada yang bisa ia lakukan di sana.

Mecca membuka ponselnya, membuka percakapan dengan Darren, kekasihnya. Ia ingin membalas pesan Darren yang menanyakan kabarnya, tapi ia urungkan. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Rasanya terlalu rumit. Ia menutup ponsel, membiarkan pikirannya melayang ke masa lalu.

Masa lalu yang kelam, saat hidupnya hancur karena Kenindra, kebahagiaannya direnggut paksa secara sepihak, impian manis mereka berhamburan tergerus oleh keegoisan Kenindra, dan kini takdir menyatukan mereka kembali dalam satu garis yang tak Mecca mengerti.

"Kenapa? Kenapa harus dia lagi?" bisik Mecca pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki mendekat. Ia menoleh, dan melihat sosok Kenindra berdiri tidak jauh darinya. Pria itu memakai kemeja koko panjang dan sarung, terlihat sangat berbeda dari sosoknya yang dulu.

Kenindra melangkah mendekat, lalu duduk tak jauh dari Mecca, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Malam yang dingin mendukung keheningan canggung yang menyelimuti mereka.

Mecca memilih untuk membuang pandangannya ke arah lain. Hatinya kembali bergemuruh, namun kali ini bukan gugup, melainkan amarah yang tertahan. Ia ingin berteriak, menuntut penjelasan, tapi ia terlalu lelah.

"Mecca," panggil Kenindra, suaranya lembut, memecah keheningan. "Aku tahu kamu marah."

Mecca tidak menjawab, hanya menggenggam erat ponsel di tangannya.

"Aku akan jelaskan semuanya," lanjut Kenindra, seolah ia bisa membaca pikiran Mecca.

"Semua yang terjadi enam tahun lalu... semua yang terjadi hari ini... Aku akan jelaskan semuanya." Kenindra terus menatap Mecca dari samping, ada sudut dalam hatinya yang berdenyut nyeri melihat gadis yang selalu ia sebut namanya dalam doa, kini berada di hadapannya namun tidak dengan hatinya.

Hati Mecca bergetar. Penjelasan? Setelah enam tahun? Apa gunanya? Ia sudah berusaha sangat keras untuk tidak bersentuhan dengan hal apapun yang berhubungan dengan laki-laki itu.

Tapi, jauh dalam hatinya ia juga penasaran. Ingin tahu, mengapa.

"Kenapa baru sekarang?" sahut Mecca dingin, ada senyum getir terbit dari bibir mungilnya. "Setelah enam tahun lebih kamu menghilang, setelah aku mati-matian melupakan kamu, setelah aku hampir gila karena kamu. Kenapa baru sekarang?" seru Mecca bertubi-tubi. Air matanya kembali menggenang di pelupuk mata.

Sekuat mungkin coba ia tahan, tetap saja buliran jernih itu meluncur bebas tanpa bisa dikendalikan.

Kenindra terdiam, menatapnya dengan tatapan penuh sesal. Air matanya pun sama, luruh dalam keheningan. "Maafinn aku, Mecca. Aku tahu, maaf nggak akan cukup. Tapi... aku nggak dikasih pilihan saat itu."

"Nggak punya pilihan?" Mecca tertawa sinis, ia mengusap kasar air mata yang membasahi pipinya. "Apa itu alasan klasikmu? Semua orang punya pilihan, Ken. Asal kamu mau. Kamu bisa saja bilang baik-baik sama aku. Kamu bisa saja memintaku untuk menunggu kamu. Tapi kamu nggak. Kamu menghilang, dan ninggalin aku sendirian dengan keegoisan kamu. "

Kenindra menunduk, tidak berani menatap mata Mecca. "Aku tahu. Dan aku sangat menyesal. Aku juga syok saat tahu harus pergi ke Kairo secepat itu. Aku pun kalut, sampai aku nggak bisa berpikir jernih. Aku nggak ingin egois meminta kamu menunggu, sedang aku sendiri nggak tahu pasti akan bisa kembali."

"Nggak ingin egois?" Mecca tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Kamu pikir membuatku hampir gila adalah cara untuk nggak egois? Kamu egois, Ken. Sangat egois."

"Aku tahu, aku salah," ujar Kenindra, suaranya bergetar. "Aku pikir dengan seperti itu, kamu bisa lebih mudah mendapatkan pengganti aku dulu."

Mecca terdiam. Memejamkan matanya sejenak, memproses setiap kata yang diucapkan Kenindra. Ada rasa tidak terima di hatinya.

"Jadi, kamu nggak percaya kalau perasaan aku nggak cukup besar, nggak cukup untuk nunggu kamu? Apa sependek itu pikiran kamu? " tanya Mecca lagi, nada suaranya sedikit meninggi tanpa sadar.

Kenindra mengangkat kepalanya, menatap Mecca dengan tatapan penuh kerinduan.

"Maaf Mecca, maafin kebodohan aku yang akhirnya justru melukai kamu begitu dalam. Ijinkan aku buat menebus semuanya,karena aku nggak pernah bisa melupakanmu. Selama enam tahun ini, nggak pernah sekalipun aku terlewat memintamu dalam do'aku. Dan ya, kamu benar, Allah menghukumku dengan rasa penyesalan yang begitu besar ini. "

Mecca membeku. Kalimat terakhir Kenindra itu membuatnya merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya, sesuatu yang ia pikir sudah mati. Perasaan yang dulu ia yakini sudah hilang.

Keduanya kembali diam. Mecca menyibukan matanya untuk terus mengamati lalu lalang para santri yang masih beraktifitas.

"Nggak capek? Mau istirahat?" kata Ken memulai memecah keheningan.

" Capek. Pengin cepet cepet balik makannya. " jawab Mecca ketus, pria itu hanya tersenyum tipis. " Udah malam, nginep aja, jalanan di sini kan lumayan rawan, apalagi untuk pengendara baru. " ucapnya lagi.

" Iyaa sayangg,, nginap saja, mm..di sini kamarnya penuh kamu nginap di rumah belakang yaa. " sahut bu Khadijah, Mecca sudah ingin langsung mendebatnya kalau saja eyang Prawira tidak muncul juga bersama eyang Ilyas.

" Iyaa ndukk kamu istirahat sanaa. " titah beliau.

" Mm,, Mecca pulang aja yaa eyang, bisa kok Mecca nyetir sendiri, eyang tahu kan Mecca jago nyetir. " eyang Prawira menggeleng,

" Sudah malam, perempuan nyetir sendiri bahaaya, nanti kalau di perjalanan di hadang babi hutan atau harimau gimana? Ini di kompleks pegunungan loh ndukk, kanan kirinya hutan. Udahh sana, Ken,, ajak Mecca istirahat yaaa? "

" Baikk eyangg.. "

Tubuh Mecca menurut pasrah mengikuti Ken menuju ke arah belakang rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh, setelah beberapa menit berjalan, tidak sampai sepuluh menit sebenarnya mereka sudah sampai.

Dua bola mata Mecca membelalak seketika mendapati sebuah bangunan bergaya american klasik dengan dua lantai berdiri cukup anggun di hadapannya, rumah yang tidak asing menurutnya. Desainnya, dekorasinya, warna catnya bahkan setelah masuk, detail ruangannya pun Mecca merasa cukup mengenalnya, tapi ia lupa di mana melihatnya, mungkin dari dimensi lain dalam otaknya

" Kenapa? Hmm.. " tanya Ken melihat Mecca terus mengedarkan pandangan ke setiap sudut rumah.

" Ini rumah siapa? " matanya masih tidak bisa di kondisikan, menatap kagum dan suka bersamaan pada setiap sudut ruangan di rumah iitu.

" Rumah kitaa. " jawabaan Ken membuat Mecca menoleh tanpa bersuara padanya.

" Rumah yang dulu kita desain bersama dan sekarang aku sudah mewujudkannya. " jelas Ken tanpa diminta.

" Maksud kamu? Kamu yang punya rumah ini? Samaaa... istri kamu? " tanya Mecca masih tidak percaya.

1
MimmaRia
ceritanya bagus, gk monoton yg pesantren bgt, tp jg gak sok CEO2 gt , mskipun chapter awal2 msh yg byk flashbacknya, tp bkn yg lebay ke blakang bgt gt..
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍
Yazh: Wahh😍 Terima kasih kak. Iya memang konfliknya aku sengaja buat yang ringan, jadi nggak bikin kalian mikir banget.

Udah banyak pikiran kan? Ya kali aku nambahin beban🤭
becandaa kak✌
total 1 replies
MimmaRia
wkwkwkkkk... Mecca jd mikir pstinya,, jaim salah gak jaim mancing Kenindra😂😂
Yazh: 😄😄 betul kak, galau maksimal dia. Denial terus, antara nggak mau jujur sama diri sendiri dan nggak kuat sama godaan Ken😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!