Hembusan napas Devano hangat menerpa bahu Nora, sesaat ia bisa merasakan ketulusan pemuda itu.
"Dev, andai rasamu itu rasaku. Mungkin aku adalah perempuan yang paling bahagia di dunia ini." Namun, kata-kata itu hanya mampu terucap dalam hati Nora.
"Tant, Lihat aku." Nora membalikkan badannya, menatap manik mata Devano. Kini posisi mereka berhadapan.
"Hmm," Nora hanya berdehem, ada debar aneh di dadanya tiap kali bertatap intens dengan Devano, akan tetapi egonya selalu berkata tak akan jatuh cinta pada bocah yang lebih cocok menjadi adiknya itu.
Senja mulai hilang, sinarnya tenggelam berganti dengan malam.
Devano, Nora, Alfin juga Abiyan memutuskan pulang.
"Dev, gue sama Alfin duluan ya." Pamit Abiyan, Devano menautkan alisnya.
"Gak ikut ke caffe, makan bareng-bareng?" tawar Devano, dengan kompak dua sahabatnya itu menggeleng.
"Ogah, gue takut gak kuat liat kebucinan lo." ujar Abiyan.
"Okeee, tiati lo pada." ucap Devano akhirnya, lalu kedua sahabat Dev itu melesatkan motor, meninggalkan Devano dan Nora.
"Thanks Dev, buat hari ini." ucap tulus Nora, Devano membalasnya dengan senyum dan anggukan kepala.
Devano memasangkan helm untuk Nora, meski menolak. Devano adalah orang yang gigih dan pantang menyerah untuk mengejar cinta Nora.
Perasaan Nora campur aduk, hatinya menolak keras untuk tidak jatuh cinta akan sosok Devano. Namun, sikap Devano, perlakuannya kepada Nora, seolah membuat benteng pertahanannya mulai runtuh. Kenyataannya saat hati dengan keras berusaha menampik, tubuhnya justru terdiam tak menolak dengan segala perlakuan dan perhatian Devano.
Devano melesatkan motornya, sebelum pulang ia ingin mengajak Nora untuk makan di sebuah caffe yang Dev pesan khusus untuk tante kesayangannya.
"Dev, maafin aku." seru Nora akhirnya, memecah keheningan karena sedari tadi Devano diam, fokus pada motornya.
"Hm, iya tant." lirih Devano, mendengar jawaban Devano seketika membuat perasaan bersalahnya menyeruak, Nora sudah terbiasa dengan sosok Devano yang konyol dengan gombalan-gombalan recehnya.
Tiba-tiba Devano menghentikan motornya di sebuah caffe, "Makan dulu, baru kita pulang!" Serunya sembari mematikan motor.
Nora turun dari motor Devano, lalu membuka pengait helmnya lebih dulu namun Nora kesusahan saat membukanya.
"Ish, gimana sih Dev kok susah." gerutu Nora, Devano menanggapinya dengan terkekeh.
"Cuma aku yang bisa, hhe." ucapnya dengan senyum bangga, benar saja mudah sekali bagi Devano membuka pengait helmnya.
"Ayo masuk," Ajak Devano, meraih tangan Nora dan mengaitkan jemarinya.
Lagi dan lagi Nora dibuat salah tingkah, karena Devano selalu memperlakukannya layaknya kekasih sungguhan. Nora menurut, membiarkan Devano mengandeng tangannya, memasuki area caffe. Jujur Nora sedikit risih ketika banyak pasang mata memperhatikan ia dan Devano, Nora merasa jika ia tak pantas jalan dengan bocah.
"Tant, udah tenang aja. Mereka gak akan tahu kalo kamu lebih tua dari aku." bisik Devano tepat di telinga Nora.
"Tapi aku risih, Dev. Mereka ngeliatin kita sambil senyum-senyum. Pasti mereka mau ngetawain kita."
"Kata siapa? Mereka itu kagum sama kita, kita kan pasangan paling serasi di dunia." ucap Devano, santai tanpa beban.
Ia lalu membawa Nora duduk di kursi salah satu sudut bagian depan yang telah ia pesan khusus untuk Nora, lalu melambaikan tangan pada pelayan untuk memesan makanan.
Caffe yang mereka datangi memang cukup ramai, nuansa santai dengan iringan musik penyanyi lokal sangat cocok menjadi tempat nongkrong kawula muda.
"Mau makan apa?" tanya Devano kala seorang pelayan sudah datang menghampiri.
Nora melihat-lihat di buku menu, lalu pilihannya jatuh pada makanan nachos dan roti bakar es krim sedangkan Devano sendiri memilih beef steak dengan saos ekstra.
Dua orange jus juga menemani mereka malam ini.
Sembari menunggu pesanan, Devano bangkit dari duduknya.
"Tant, aku ke toilet dulu ya." pamit pemuda bertubuh jangkung itu. Nora menjawab dengan anggukan kepala.
"Jangan lama-lama." ucap Nora, Devano menyunggingkan senyum manisnya.
"Kalo lama, jangan kangen." celetuk Devano, Nora memutar bola matanya malas. Devano memang selalu begitu. Nora memilih memainkan ponsel sembari menunggu Devano kembali, ia sibuk menscroll layar whatshap-nya, Kemudian matanya membulat sempurna saat membaca pesan dari Zain, saudara kembarnya.
"Nora, aku sudah putuskan untuk menerima perjodohan dengan Maura, demi kamu agar papa tak lagi memaksakanmu menikah dengan Alan. Ingat Noe, setelah ini kamu harus bahagia."
Antara senang dan sedih menyeruak, senang karena akhirnya ia terlepas dari jerat perjodohan dengan Alan, dan sedih karena ia telah membohongi keluarganya perihal Devano.
"Apa aku harus melanjutkan sandiwara ini, terlebih orang tua Devano begitu baik, apa aku siap jika suatu saat nanti mereka akan kecewa?" Batin Nora, pesanan sudah datang, tapi Devano belum menunjukkan batang hidungnya. Dan itu berhasil membuat hati Nora mendadak gelisah.
Tiba-tiba lampu terang berubah menjadi temaram, berganti dengan lampu warna warni nan indah, suasana yang tadinya santai berubah menjadi romantis.
"What the hell, kenapa suasana seperti ini Dev malah nggak balik-balik, dasar bocah! Awas kalo sampai ninggalin aku." umpat Nora, ia menengok kanan dan kiri, jalan dari arah toilet pun tak ada tanda-tanda.
Tiba-tiba suara iringan musik terdengar, Nora mendongkak, matanya tak berkedip karena terpaku akan sosok yang duduk di area musik sembari memegang gitar, bibirnya mengukir senyum manis kala menatap Nora, hingga si empu terkesiap.
Siapa lagi kalo bukan si bocah, Devano. Dev mulai memetik gitarnya dan menyanyi, lagu milik Payung teduh - Untuk Perempuan yang sedang dalam pelukan.
Tak terasa gelap pun jatuh
Di ujung malam
Menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya
Lalu mataku merasa malu
Semakin dalam
Ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus
Berpapasan di tengah pelariannya
Di malam hari
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya
Lalu mataku merasa malu
Semakin dalam
Ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus
Berpapasan di tengah pelariannya
Di malam hari
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya
Di malam hari
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya.
Saat lagu selesai, suara riuh tepuk tangan terdengar. Orang-orang memuji Devano, sebagai idola, karena selain tampan berkharisma, Devano juga memiliki suara merdu.
Nora mematung, terlebih saat mendengar kata terakhir Devano sebelum melepas gitarnya.
"Lagu terkhusus untuk perempuan paling cantik yang sedang aku perjuangkan, disana." tunjuk Devano kepada Nora.
Sontak pengunjung caffe mengikuti arah pandang Devano, dan saat tahu wanita itu adalah Nora, banyak orang mulai berbisik.
"Benar-benar serasi ya, wanitanya cantik. Cowoknya ganteng."
Bersambung✍🏻
Maaf ya up malem hari ini, karena mertua sakit.
Jangan lupa kasih like, komen, rate bintang lima dan vote seikhlasnya ya 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
Dev udah buktikan keseriusan y ke km nor... jd. yakin lah. ngk usah melihat umur...
2023-01-07
2
Wislan Thu Wislan
co cwetyyyyyyyyy
2022-08-17
0
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 Avi 🦐🐾
gimana gak meleleh coba, orang dev sweet gtu
2022-03-22
0