Devano terpaksa membiarkan Nora mengantarkannya pulang. Mau bagaimana lagi, Nora memang keras kepala. Padahal Devano bisa menyuruh orang rumah menjemputnya, Namun Nora bersikeras mengantarkan Devano pulang dengan ancaman akan pergi jika bocah itu menolak. Sungguh pintar bukan, dan ancaman itu berhasil membuat Devano mengalah. Bagi Dev, Nora tinggal di apartemennya adalah anugerah terindah. Dan ia, tak akan pernah membiarkan tante kesayangannya itu lepas.
Mobil sport itu melesat bebas, menembus batas lalu lalang mobil lain. Beruntung Nora dan Devano tak terjebak macet, lima belas menit kemudian mobil sport berwarna merah itu memasuki komplek elite kelas atas.
"Astaga, apa benar bocah ini anak sultan? Dari lingkungannya saja sudah terlihat bahwa dia anak orang tajir." Batin Nora, matanya tanpa sadar melirik Devano yang masih fokus memegang kemudi.
"Tant, aku ganteng ya. Sampai gak kedip gitu?" Selorohnya tiba-tiba, namun pandangannya masih fokus ke depan.
"Ge er, aku cuma mau nanya kenapa gak sampe-sampe." alibi Nora, mendadak ia salah tingkah.
Devano mengulum senyum, kemudian menghentikan mobilnya mendadak, membuat Nora terlonjak kaget.
"Dev!" pekiknya. "Kenapa berhenti, gimana kalo kepalaku terbentur, kamu mau tanggung jawab." omel Nora.
"Dengan senang hati, bila perlu aku nikahin tante sekalian." Selorohnya menahan senyum.
"Dev, aku tidak sedang bercanda!" kesal Nora.
Devano menghela nafas, meraup oksigen. Berdebat dengan Nora memang tak ada habisnya, bukankah kemarin ia sudah menawarkan kerja sama. Sepertinya ia memang membutuhkan bantuan orang tuanya untuk menikahi Nora.
"Kita sampai!" Devano menekan klakson mobil, lalu dengan cepat satpam membukanya.
"Siang Tuan Muda," sapa pak Arman, yang tak lain satpam jaga di rumah Devano. Laki paruh baya itu menunduk, memberi hormat lalu membiarkan mobil milik Nora masuk ke pekarangan rumah.
Nora mematung, Rumah milik orang tua Devano dua kali lipat lebih besar dari milik orang tuanya.
"Ini rumah kamu, Dev?"
"Bukan," Singkat Devano. "Tapi rumah orang tuaku!" Sambungnya.
"Dev, aku langsung pulang aja ya?" mendadak Nora merasa minder, terlebih Devano anak SMA, apa pantas ia jalan dengan Devano. Meski Nora belum memiliki perasaan apa-apa, tapi ia merasa tak enak hati jika harus bertemu dengan keluarga Devano.
"Nggak, pokoknya masuk dulu!" kekeh Devano, "Tuh mama mertua siap menyambutmu!" tunjuk Devano ke arah sang mama yang berdiri diambang pintu.
Nara berbinar kala melihat mobil sport warna merah itu memasuki pekarangannya, ia siap menyambut bahkan sampai rela berdiri diambang pintu, berharap Devano pulang bersama wanita.
Senyum Nara semakin lebar, kala Devano turun dari mobil, lalu beralih ke pintu samping kemudi. Devano membukakan pintu untuk Nora.
"Sayang...." Panggil Nara tak sabar, sedang Nora ia memilih berjalan dengan wajah menunduk malu.
"Hai ma," devano melambaikan tangan ke arah Nara.
"Dev, aku malu." lirih Nora, seketika Devano menggenggam jemari lembut Nora. "Tant, jangan nunduk. Senyum plis, mamaku nggak galak kok!"
Perlahan, Nora mengangkat kepalanya saat jarang ia dan Devano dengan mama semakin dekat.
"Sore tante," Sapa Nora, lalu mencium tangan Nara, sopan.
"Hm, jadi ini calon menantu mama!" Nara mengulas senyum, meraih jemari Nora dan mengajaknya masuk.
Devano tersenyum tipis, kala melihat sang mama menyambut Nora dengan antusias.
"Duduk dulu sayang," Ajak Nara kepada Nora. "Iya tante, maaf!" Nora yang biasa bersikap keras mendadak berubah berubah melembut.
"Bik buatin minum yaaa, makasih!" ujar Devano kepada bi Inah yang berada di dapur.
"Siap tuan!" sahut sang bibi, Devano kemudian ikut bergabung bersama Nora dan sang mama.
"Papa mana, ma?" tanya Devano, "Di kantor Dev, nah gini dong punya calon di kenalin sama mama dan papa!"
Devano hanya mengulum senyum.
"Tapi tant, Nora itu hanya --" Nora bingung harus bagaimana, kenapa ia berada di posisi sesulit ini, haruskah ia bilang jika dirinya dan Devano hanyalah teman. Namun, melihat senyum mamanya Devano membuat Nora tak tega.
"Silahkan Tuan, Nyonya, Nona!" ujar bi Inah sembari meletakkan minum dan beberapa camilan di meja tamu.
"Minum dulu, tant." Devano menyodorkan minum kepada Nora, ia tahu saat ini Nora sedang gugup dan canggung luar biasa, terlebih sikap mamanya terlalu antusias.
Nora pun meraih minuman itu dan meminumnya.
"Oh ya Nora, bagaimana keluargamu? apa akan setuju jika kalian menikah bulan depan?"
"Uhukk!" Lagi Nora tersedak, karena kaget dengan pertanyaan mamanya Devano.
"Pelan-pelan! Ma, Jangan terlalu antusias, kasian tante Nora!"
Kini Nara yang di buat bingung, saat mendengar sang anak memanggil calon istrinya dengan sebutan tante.
"Tante?" Nara menautkan alisnya.
"Tante itu panggilan sayang, mama!" santai Devano, padahal baru saja Nora hendak membuka mulutnya, ingin mengatakan jika ia dan Devano tak ada hubungan apa-apa.
"Ohh, anak muda sekarang memang suka aneh-aneh ya." Nara terkikik geli.
Nora akhirnya memilih diam, membiarkan.
Mungkin itu lebih baik, ketimbang menerima perjodohan dengan Alan. Entah kenapa, meski tak memiliki perasaan terhadap Devano, ia merasa nyaman. Tak begitu keberatan dengan salah paham yang sengaja Devano buat, detik ini ia memasrahkan takdirnya. Entah dengan Alan atau Devano. Atau tidak dengan mereka sama sekali, melihat Devano ternyata adalah anak sultan. Nora jadi semakin yakin untuk meminta perlindungan dari bocah tengil itu.
**
Kenia menatap kosong balkon kamarnya, Zain yang belum kembali dan Nora yang entah dimana membuat hidupnya seperti kertas putih, tak berwarna.
Sementara Shaka, pulang kerja ia langsung membersihkan diri dan menyapa sang istri.
"Ma, kenapa si luar? Udara dingin, ayo kita masuk!" ajak Shaka, namun Kenia masih bergeming.
"Lalu, apa papa memikirkan Nora, bagaimana ia makan, gimana kalo dia kedinginan, tinggal dimana dia sekarang, sudah makan apa belum."
ujar Kenia dengan tatapan mata sayu.
"Ma, aku sudah berusaha mencari anak kita, Zain dan Alan pun sama!"
"Hentikan perjodohan itu, aku mohon." lirih Kenia, air matanya luruh membasahi pipi, saat ini ia benar-benar rindu dengan anak perempuannya.
"Ma, tapi papa sudah terlanjur janji sama keluarga Carley!"
"Itu salah papa, kenapa menjadikan Nora sebagai jaminan." Kenia melangkah masuk meninggalkan Shaka.
Shaka menyusul, lalu ikut merebahkan diri di atas ranjang, ditatapnya punggung sang istri yang tidur membelakanginya.
Fikirannya melayang, Shaka sadar akan sikapnya yang berubah dan salah.
**
Sementara itu di kediaman Devano, Nora mulai gelisah. Lantaran Nara melarangnya pulang ke apartemen. Wanita paruh baya itu membujuknya agar menginap sehari di rumah Devano.
"Besok kan minggu, nginep ya disini? Kamu kan calon menantu tante, dan Devano pasti nggak keberatan, iya kan Dev?"
Masalahnya bukan seperti itu yang Nora pikirkan, tapi kesalah pahaman yang semakin menjadi.
"Gapapa, tant! nginep aja. Banyak kamar kosong kok di rumah ini, anggap aja sedang mengakrabkan diri sama calon mertua." goda Devano.
"Paan sih Dev, kamu tuh ya!" ingin rasanya Nora memukul Devano dan mencabik-cabiknya.
"Papa pulang!" teriak Bayu, namun seketika terdiam saat tau ada Nora di ruang tamu.
"Malam Om!" Sapa Nora, mencium punggung tangan Bayu.
"Wah, gercep juga kamu Dev! Baru di kasih syarat nikah bulan depan, langsung bawa calon istri pulang ke rumah." Seru Bayu dengan seulas senyum.
Emak sajen makkk🥳
Jangan lupa, like komen, vote dan Rate bintang lima😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
inayah machmud
gercep banget anak nya papa bayu sama mama nara....
2023-05-16
1
🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🍁Henny❣️
Devano keyen....
2023-01-10
1
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
Harus gercep keburu d ambil orang🤭🤭
2023-01-06
1