"Tante, aku pulang aja ya? Aku nggak bawa baju ganti soalnya." Dengan sangat hati-hati Nora meminta izin pulang, takut menyinggung mamanya Devano jika ia menolak untuk menginap.
"Nginep sini ya sayang, tante mohon! Liat mereka, ayah dan anak itu." Nara melirik sekilas ke arah Devano yang sedang sibuk bersama papanya.
Hya, Bayu sedikit memberi ilmu kepada sang anak tentang dunia bisnis.
Nora pun mengikuti arah pandang Nara, melihat Devano terlihat serius belajar tentang bisnis tanpa sadar bibirnya mengukir senyum tipis. Nyaris tak terlihat.
"Tapi, tant--"
"Biar Devano menyiapkan beberapa pakaianmu, sayang! Besok sore baru kamu boleh pulang ya. Tante seneng loh kalo kamu ada disini, ada temen ngobrol ceweknya, satu server kan kita. Beda sama mereka!" Mama gaul mah memang begitu ya, Nara memang sosok mama yang baik hati, buktinya baru bertemu dengan Nora. Ia sudah sesenang ini.
Mungkin selama ini, Devano tak pernah menyadari bahwa definisi sayang tak melulu selalu bersama, kadang kita harus sedikit berjauhan agar bisa mengartikan apa itu rindu.
"Kamu anterin kopi ke mereka ya! biasanya memang papa sama anak itu, suka ngopi jam segini." Nora mengangguk, lalu membawa nampan berisikan dua capucinno latte untuk Bayu dan Devano.
"Kopinya, Om, Dev." Ucap Nora sembari meletakkan cangkir diatas meja.
Devano mengulas senyum, "Liat kan pa, bener-bener calon istri idaman, peka sama calon suami." puji Devano.
Ingin sekali rasanya Nora menginjak kaki Devano yang berada tak jauh dari tempatnya. Namun, lagi-lagi Nora hanya mampu tersenyum masam.
Detik berikutnya, Nara menyusul tiga orang itu dengan membawa dua cangkir teh.
"Udah ya pa, belajarnya. Nora kan lagi disini, besok-besok bisa. Kita ngobrol-ngobrol santai dulu." Ajak Nara, tak lupa mengajak Nora duduk.
"Nggak usah sungkan sayang, anggap aja rumah sendiri. Toh kamu kan calon istri Devano!"
Saat sedang bercengkrama di ruang tamu, seorang pelayan datang membawa dua buah paperbag menghampiri Devano, " Tuan muda, ini pesanan anda!" Pelayan yang tak lain bernama Maya itu mengulurkan dua paberbag kepada Devano. "Makasih, Mbak May!" ucap Devano. Maya mengangguk kemudian pamit.
"Maya tunggu, Tolong kamu siapkan kamar samping Devano untuk Nora ya?" pinta Nara,
"Baik Nyonya!"
**
"Tant, mandi dulu yuk?" Ajak Devano, seketika Nora melotot tajam.
"Eh, maksud aku. Aku antar tante mandi ke kamar atas." ralat Devano, kemudian baru diangguki oleh Nora.
" Om, tante. Nora ke atas dulu!" pamit Nora, Bayu dan Nara pun mengiyakan dengan anggukan kepala sembari senyum.
Rumah Devano memang terbilang besar, rumah dengan beberapa pelayan, sangat berbeda dengan rumahnya. Meski Nora anak orang kaya, tapi kekayaan orang tuanya jauh dibawah keluarga Devano.
Nora masih setia mengekor, saat Devano menapaki anak tangga, bibir mungil itu memilih diam, terkunci.
Hingga langkah kaki mereka terhenti di sebuah kamar, Devano membuka pintu dan mempersilahkan Nora masuk.
"Masuk tant, ini kamarku!" ajak Devano. Desainnya hampir mirip dengan kamar yang ia tempati di apartemen, hanya saja lebih luas dan mewah dengan kasur king size, lengkap juga dengan ruang baca dan sofa besar di samping pintu.
"Dah gih mandi, oh iya ini baju buat tante!" Devano menyodorkan paperbag dan Nora menerimanya.
"Makasih, Dev!" Hanya itu, kata yang keluar dari bibir Nora, gadis itu memilih langsung masuk ke dalam kamar mandi membawa serta dua paperbagnya.
Nora memutuskan mandi, mengguyur tubuh lengketnya dibawah air dingin.
"Ternyata dia benar-benar anak sultan ya." gumam Nora pelan saat pandangannya mengedar ke seluruh isi kamar mandi.
Nora membalut tubuhnya dengan handuk, lalu membuka paperbag yang ia bawa masuk tadi. Betapa terkejutnya ia, kala melihat isi paperbag itu lengkap dengan dalaman sesuai dengan ukurannya. " Apa emang orang tajir bisa melakukan segala hal, termasuk perihal detail ini." Nora heran.
"Tant, tante nggak pingsan kan?" tanya Devano diluar sana, sembari terus mengetuk pintu kamar mandi.
Nora tersentak, ia lalu keluar dengan dress yang membalut tubuh rampingnya.
"Maaf, lama." Sesaat Devano terpaku, melihat rambut Nora terbungkus handuk membuat imajinasinya liar.
Ahh, andaikan ia dan Nora sudah menikah, mungkin pemandangan seperti ini akan terlihat sangat manis.
**
Nora membuka handuk di kepalanya, lalu menyisir rambut panjangnya yang basah, sembari duduk di depan cermin. "Ini tas tante, tadi Mbak maya yang nganter kesini."
Nora meraih tas itu dan membukanya, lalu memoles tipis wajah dan bibirnya. Namun, saat matanya menangkap ponsel yang akhir-akhir ini tak pernah ia buka, mendadak rindu itu menyelimuti.
"Dev, aku kangen mama! Bisa mengantarku pulang besok?"
"Bisa tant, lagian besok minggu, kita pulang temui mereka." ucap Devano serius.
Kita? Lagi-lagi Devano menggunakan kata kita, apa ia benar-benar lelaki yang bisa diandalkan.
Meski begitu, Nora menghela nafas lega, besok ia akan pulang. Mencoba lagi membujuk papa dan mamanya untuk membatalkan perjodohan itu.
"Em, Dev! Soal itu, Aku mau." Sulit sekali bilang, jika Nora setuju dengan tawaran Devano.
"Soal apa, tant?"
"Soal, nikah. Eh, aku mau kita nikah pura-pura, eh maksud aku kita nikah, tapi cuma untuk menghindari perjodohan itu." Devano mengulas senyum, "Aku tau, tante pasti lebih milih nikah sama aku kan dari pada om si-Alan itu!" ucap Devano bangga.
"Jangan Geer ya kamu, aku cuma,-"
"Gak papa, cuma terpaksa juga! Asal tante nikahnya sama aku!" potong Devano.
Mereka kini duduk bersebelahan, di sisi ranjang, tiba-tiba Nora menjatuhkan kepalanya di bahu Devano. Entah kenapa, ia mulai nyaman dengan berondong kelas tiga SMA itu.
"Dev, pinjem bahumu! Sebentar saja begini, begini sudah cukup kok!" Nora memejamkan mata sejenak, entah kenapa fikirannya mulai tenang jika bersandar di bahu milik Devano, entah kenapa? Untuk berbagi kesedihan, ia memilih bahu Devano sebagai sandaran.
"Inget kata-kata aku nggak? Kalo kita akan lewati masalah ini sama-sama, dengan atau tanpa tante minta, aku akan tetap selalu ada di samping tante!" Devano menghembuskan nafas kasar, lalu ikut memejamkan matanya. Jemari tangannya tergerak mengusap lembut rambut Nora.
"Rambut tante basah, biar aku keringkan."
Tiba-tiba suasana berubah, gagal mellow.
"Hmm, emang punya?"
"Ada banyak, mau berapa?" Apa Nora lupa kalau Devano anak sultan. Jangankan hairdryer satu, selusin pun dengan mudah ada di depan mata.
"Duduk, jangan protes! Lihat ke arah kaca." Titah Devano, kali ini Nora diam menurut. Lalu dengan telaten, Devano mengeringkan rambut Nora.
Nora diam-diam melirik ke arah Devano yang sibuk menyisiri dan mengeringkan rambutnya.
"Lihat aku tant, jangan cuma di lirik, sakit mata nanti." seloroh Devano, Nora langsung mengalihkan matanya, pipinya sudah bersemu merah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
inayah machmud
devano ngegemesin banget. ..🥰🥰
2023-05-16
1
🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🍁Henny❣️
so sweet okai bingitz ih....
2023-01-10
1
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
Pinter bgt dah Dev .. ngerayain n godain Tante cantik
2023-01-06
1