Mobil sport milik Nora terparkir cantik di sebuah gedung apartemen menjulang tinggi dimana apartemennya berada. Selepas menenangkan dirinya di taman, Nora pulang ke apartemen. Bersikap egois, dan mengabaikan kekhawatiran mamanya.
Nora berjalan terburu-buru memasuki lobi apartemen, kemudian langsung masuk ke dalam lift dan menekan angka sepuluh, dimana lantai apartemennya berada.
Beruntung suasana sepi, berulang kali Nora mendesah, menghela nafas kasar di dalam lift, ia merasakan dadanya sesak luar biasa.
Ting!
Pintu lift terbuka, Nora berjalan cepat menuju unitnya.
Namun, dahinya mengkerut seketika, tampak seseorang dengan setelan jass serta tangan yang dimasukkan ke saku celana, Nora hafal betul jika itu Zain, saudara kembar laki-lakinya.
"Za-Zain," panggil Nora, jika dengan mamanya Nora berani menunjukkan sikap datarnya, berbeda jika dengan Zain saudara laki-lakinya.
"Apa kau tidak merindukanku, anak pembangkang!" Seru Zain kemudian merentangkan tangannya, meminta Nora segera memeluk.
Nora menghambur memeluk Zain, sejenak mematung dalam pelukan saudara kembarnya.
"Kapan pulang ke Indonesia?" tanya Nora kemudian membawa Zain masuk ke dalam apartemennya.
"Begitu Mama dan Papa memberitahu kalau kamu sekarang tinggal di apartemen, sebenarnya aku sudah tidak sabar ingin terbang kesini!" Zain mendaratkan bokongnya di kursi, lalu menatap Nora heran, sejenak menghela napas kasar lalu melanjutkan ucapannya.
"Kenapa pergi dari rumah, hm?"
Nora meletakkan orange jus dan camilan ke atas meja, lalu ikut duduk di sofa, berseberangan dengan Zain.
"Kamu nggak akan tahu, Mama dan Papa maksa banget jodohin aku sama Alan!" Nora mendengus kesal, lalu melipat tangannya di dada.
"Kamu dijodohkan dengan Alan, apa itu Alan Carley?" tanya Zain mengintimidasi.
Nora mengangguk, "aku nggak mau, aku nggak suka dipaksa apalagi itu soal menikah, menikah itu sekali seumur hidup dan aku tak mau menjalaninya dengan terpaksa!" seru Nora.
"Aku bingung harus membela siapa, di satu sisi aku setuju dengan pemikiran kamu, tapi Mama dan Papa....." Zain menggantung ucapannya.
Nora paham, Zain bukan orang pembangkang seperti dirinya. Zain memiliki hati yang lembut dan penyayang, berbeda dengan Nora yang terkesan tegas dan dingin.
Nora sedang memasak di dapur, ia ingin memasak makanan untuk Zain, hari ini ia meminta agar Zain lebih lama tinggal di apartemennya.
Nora meletakkan masakannya di meja makan, meski apartemen milik Nora terkesan minimalis tapi cukup luas dan lengkap, bahkan gadis itu juga memiliki ruang baca di apartemennya.
"Hmm, baunya lezat sepertinya, sejak kapan gadis kecilku ini pintar masak?" tanya Zain, tanpa menunggu lebih lama, ia mengambil piring, mengisinya dengan nasi dan lauk masakan Nora.
"Sudah lama, hanya saja aku malas memasak di rumah, bukankah aku ini anak pembangkang." Nora pun melakukan hal yang sama.
"Jika aku tidak menikah dengan Alan, aku akan memanjakan lidah suamiku dengan masakanku!" Sambung Nora lagi, kemudian dua orang kembar itu mulai menyuapkan makanan ke mulut.
"Jika sudah selesai, pulanglah! kasian Mama sama Papa," Seru Nora sembari mengambil tisu dan mengusap mulutnya.
"Apa kamu benar-benar tidak tertarik dengan Alan, hm? Dia tampan, berotot mempesona, semua wanita mengaguminya," ucap Zain.
Namun, Nora tetap bersikukuh, tak mau mencoba menerima perjodohannya dengan Alan. Nora lantas memalingkan wajah.
Drrt...
Bunyi ponsel Nora memekakkan telinga, menampilkan dering lagu milik adam levine yang berjudul - Locked away. Nora sangat menyukai lagu itu, hingga menjadikannya nada dering ponsel, bahkan Nora juga sering memutarnya berulang-ulang.
"Siapa yang menelpon, kenapa tidak diangkat?" belum sempat Nora mengambil benda pipih itu, Zain sudah lebih dulu mengambilnya dan melihat nama siapa yang tertera disana.
Dahi Zain seketika mengernyit heran, Devano? hya yang menelpon Nora adalah Devano. Namun, saat tak mendapat respon panggilan itu mati.
Iseng Zain mengecek log panggilan di ponsel Nora, betapa terkejutnya kala ia melihat hampir tiap malam di jam yang sama, laki-laki bernama Devano itu menghubungi saudara kembarnya.
"Ra," panggil Zain.
"Hmm, iya!" respon Nora, biasa saja.
"Siapa Devano?" tanya Zain dengan sorot mata tajam.
Sejenak Nora menghela napas kasar, lalu membalas tatapan Zain.
"Tidak penting, sekarang pulanglah Zain. Mama dan papa sudah menunggu!" titah Nora dengan sikap dingin.
Zain menghembuskan napas kasar, memicingkan kemeja dan melihat jam yang melingkar di tangannya, benar saja malam sudah hampir larut.
Zain memakai kembali jasnya, lalu bangkit berdiri.
Menatap Nora penuh tanda tanya, kenyataannya tidak ada yang bisa menebak saudara kembarnya itu.
"Aku akan pulang, kamu berhutang penjelasan padaku!" tegas Zain kemudian melangkah pergi meninggalkan apartemen Nora.
Nora meraih botol mineral di dalam kulkas, dan meneguknya hingga menyisakan setengah air dingin itu, lalu kembali ke meja makan dan mengambil benda pipihnya yang tertinggal.
***
Sampai di kamar, Nora langsung merebahkan diri sembari melihat ponsel, kemudian mengembuskan napas kasar.
"Bocah, kenapa tiap malam selalu menggangguku, hah!" Nora kemudian membuka aplikasi chat-nya, terlihat nama Devano disana mengirimnya pesan.
"Tante kesayangan, lagi apa?" Devano.
"Ck! berhenti memanggilku dengan sebutan tante!" balas Nora.
Namun, bukan kesal Nora senyum-senyum sendiri membaca pesan dari bocah seperti Devano, baginya Devano itu sangat polos dan menggemaskan.
"Lalu apa? Sayang bagaimana?" Devano.
"Jangan berulah, sekolah dulu baru sayang-sayangan." Nora.
"Siap Tante sayang, tante lagi apa? aku kangen *emot peluk*.
Nora gedek-gedek membaca pesan dari Devano, kenapa juga bocah seperti Devano selalu menggodanya?
"Dasar, calon buaya! belajar yang bener." Nora.
"Siap, Tan! Gapapa kan ngebuayain calon istri sendiri." balas Devano.
Nora lama-lama ingin membanting ponselnya karena gemas, bisa-bisanya bocah kelas tiga SMA itu hobi sekali menggodanya.
Tak ingin sakit perut karena mentertawakan gombalan Devano, Nora memilih menaruh ponselnya di atas nakas, kemudian menarik selimut dan tidur.
Sementara itu, Devano menatap langit-langit kamar. Entah kenapa ia sangat merindukan Nora, Devano juga tak mengerti kenapa ia selalu merasa bahagia saat bersama Nora, mungkin bagi orang lain perasaannya hanyalah cinta monyet belaka, tapi tidak bagi Devano.
Sejak pertama kali ia bertemu Nora lima tahun yang lalu, Devano sudah menyukai gadis itu.
Devano tahu, Nora lebih tua darinya. Tapi bukankah usia seharusnya tidak jadi masalah dan tolak ukur seseorang dalam jatuh cinta.
Devano kecil sangat menyukai Nora, Nora yang cantik dan sangat mengemaskan waktu itu kini telah berubah menjadi wanita dewasa kesayangannya.
Lama tak ada balasan, Devano memilih mengirim pesan lagi.
"Selamat tidur, Tante kesayanganku! jangan lupa mimpiin Devano."
Dev tersenyum memandangi ponselnya, ia sudah benar-benar bucin akut, padahal di sekolahnya banyak sekali wanita cantik yang bahkan menaruh hati padanya.
Mak sajen mak, biar semangat up!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀Alyyaaa🥑⃟🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
sekali seumur hidup😌jadi ke inget lagunya lesti🤣🤣
2023-01-04
4
✅k⃟K⃠S⃟S⃟F Ica agustin
baru aja singgah tapi aku udah seneng bacanya
2023-01-04
1
тαуσηg
yang digombalin nora kenapa aku yang ke geeran wkwk
2023-01-04
0