Akhirnya kami berhasil membawa Kevin ke rumah sakit.
" Dimana Nindi?" tuan Darren menghadang ku saat aku meninggalkan ruang rawat Kevin, karena adiknya telah datang dan menungguinya.
Aku hanya diam dan berfikir keras, apa yang harus kukatakan padanya.
" Hei...cepat katakan, aku harus tau bagaimana keadaannya..."
" Maaf...belum waktunya..." sahutku padanya.
Tuan Elhan memang memintaku agar keberadaan mereka dirahasiakan dulu. Dia ingin memastikan istri dan calon anaknya dalam keadaan baik-baik saja.
" CK...!! Kau ini benar-benar..." kedua tangan pria didepanku itu dikepalkan dihadapanku.
" Kenapa anda begitu menghawatirkannya ? Bukankah sekarang nona Nindi sudah bersama suaminya? Apakah anda juga menaruh hati pada istri bosku itu?" tanyaku bertubi tubi sambil menatapnya dengan sebal.
Dan hal itulah yang kini membuatnya berkacak pinggang dan menatapku tajam.
Menurut rekaman percakapan mereka, tuan Darren hanya menganggap nona Nindi sebagai adiknya sendiri, namun aku ingin mendengar langsung darinya.
" Itu sama sekali ..... bukan urusanmu!!" geramnya.
" Tentu saja itu semua urusanku, karena anda akan menikahi ku..." sahutku dengan nada kesal lalu berbalik arah dan berjalan meninggalkannya.
" Hei tunggu!!! Apa maksudmu itu???" sebuah tangan kembali mencekal lenganku.
Seketika aku meringis, menahan sakit saat dia mencengkeram lenganku yang terluka. Dan tentu saja dengan reflek siku tangan kananku bergerak menghantam perutnya.
Seketika dia mundur dan melepaskan tangannya dariku.
" Jangan menyentuhku tiba-tiba!!!" ucapku tegas.
" Ah iya aku lupa.., sebaiknya temui dokter agar memeriksa lukamu, ayo..."dengan wajah menahan ngilu diperutnya, tuan Darren memaksaku berjalan menuju ke tempat dokter karena melihat rona merah kembali muncul dilenganku.
Aku hanya bisa mengikutinya, karena lukaku benar-benar perih, takut juga bila ada infeksi.
Sampai diruang tindakan, dokter memeriksa luka dilenganku itu.
" Hmm...lukanya tidak terlalu dalam, jadi tak perlu dijahit, tapi tetap harus diganti balut steril dengan rutin ya..." ucap dokter cantik itu dengan ramah.
" Baik dok, terima kasih..."sahutku.
Setelah lukaku kembali tertutup dengan balutan steril yang lebih rapi dibanding hasil balutan ku yang seadanya tadi, kamipun keluar dari ruang tindakan yang terpisah oleh tirai.
Tuan Darren menoleh saat kami keluar menyibak tirai.
" Bagaimana lukanya dok?" tanya tuan Darren kemudian.
" Lukanya memang tidak terlalu dalam dan saya yakin pasti cepat kering, namun akan meninggalkan bekas...ini ada rekomendasi dokter kulit, beliau akan mengembalikan kulit istri anda kembali halus seperti semula..." dokter itu tersenyum sambil menyerahkan sebuah kartu pada pria yang bertanya tadi.
Dan aku menahan tawa melihat ekspresi bingung tuan Darren menerima kartu dari dokter itu.
" ... Terimakasih dok.." jawabnya kaku.
Setelah menyelesaikan administrasi, kami beriringan keluar dari rumah sakit saat waktu menunjukkan lebih dari jam tiga sore.
" Kita makan dulu, aku lapar..."
" Tuan...aku harus pulang sekarang...kita kembali ke Mega Mall saja, anda bisa turun disana dan saya bisa segera pulang..."
" Tidak!! sebelum kau jelaskan perkataan mu tadi!! "ucapnya marah.
" Hhh...baiklah..." ucapku sambil menutup mulutku dengan telapak tangan saat menguap menahan kantuk.
Dalam perjalanan aku mulai tak bisa menghindar dari rasa kantuk dan tak terasa aku benar-benar tertidur. Semua yang terjadi hari ini membuatku sangat lelah.
Entah berapa lama mataku terpejam, aku tersentak saat kurasakan sesuatu menyelimuti tubuhku.
" Aduuuh...!!" suara itu terdengar tepat pada saat kedua mataku terbuka dan menatap wajah seorang pria reflek mundur ke belakang hingga kepalanya terbentur spion dalam mobil ( rear vision mirror ) yang tergantung pada plafon mobil mini milikku ini.
Aku menoleh dan menarik sudut bibirku melihat tuan Darren bersungut-sungut kembali ke kursi kemudinya sambil mengusap kepalanya yang mungkin benjol karena benturan yang cukup keras tadi.
" Aku hanya mau menyelimutimu saja... soalnya aku ingin keluar membeli makanan...."
" Maaf ... saya memang sangat sensitif..."sahutku sambil tersenyum simpul.
Ada perasaan hangat saat seseorang memberi perhatian meski baginya mungkin biasa saja.
" Ayo turunlah, temani aku makan..." ucapnya kemudian lalu keluar dari mobil.
Kuedarkan pandangan disekelilingku, sepertinya tempat ini tak asing bagiku.
Ah iya, ini kan restoran milik tuan Chen, ayah dari tuan Jimmy.
" Hei..kenapa diam disitu?" panggilan itu menyadarkan lamunanku.
Dengan malas akupun melangkah menyusulnya masuk ke dalam restoran Chinese food itu.
Setelah mendapatkan tempat, kami duduk dan mulai memilih menu.
" Mau menu apa ?" tanya tuan Darren setelah dia memilih menu sesuai dengan seleranya sendiri.
" Lemon tea saja..." ucapku singkat.
" Hei..makanlah, ini sudah hampir sore...kamu sudah melewatkan makan siang..."
" Tidak , terima kasih..."
" Baiklah , terserah kamu saja..." tuan Darren menyerahkan buku menu pada waiters.
Setelah kepergian waiters tadi, tuan Darren terlihat menghela nafas dan meletakkan kedua tangannya dimeja sambil memicingkan mata.
" Sekarang ceritakan, kenapa kamu bilang aku akan menikahimu!!!" tanya pria itu dengan nada penuh selidik.
Sejenak aku merasa takut, kepercayaan diriku menguap saat dia memaksaku untuk mengingat kejadian masa lalu.
" Aku jadi berfikir, pertemuan kita yang tiba-tiba sering terjadi apakah memang sengaja kamu lakukan?"tanyanya lagi.
" Tidak..! Hanya hari ini, saya memang sengaja menghubungi anda untuk bertemu.." sahutku jujur.
" Jadi ?"
" Begini tuan Darren...saya tahu semua informasi tentang anda...termasuk hal yang pribadi sekalipun..."
" Apa kamu salah satu paparazi?"
" Astaga!! Anda tahu sendiri saya adalah anak buah tuan Elhan..."
" Lalu untuk apa kamu menyelidiki kehidupanku?"
" Karena anda dekat atau malah sengaja mendekati nona Nindi yang notabene istri dari tuan Elhan, bos saya itu..."
"Jadi semua karena perintah Elhan?!?"
" Benar.... memang kami akhirnya tau anda hanya menganggap nona Nindi sebagai adik, seperti adik kandung anda yang meninggal dulu...dan tuan Elhan juga sudah menerima bila nona Nindi juga menganggap anda sebagai kakaknya..."
" Lalu apa hubungannya dengan semua ini dengan ucapanmu itu!!"
" Nona Nindi berharap anda akan kembali menjadi pria normal dan saya bersedia menemani anda berobat keluar negeri setelah menikah nanti..." sahutku datar.
"Hah!!!...kenapa kamu harus melakukan hal konyol seperti itu !!! Apa kamu pikir , pernikahan itu juga bagian dari pekerjaan!!!" ucapnya dengan nada tinggi.
Akupun mengedarkan pandangan ke sekitar kami, karena beberapa orang yang mendengar ucapannya itu menoleh kearah kami.
" Permisi..."seorang waiters menyela perdebatan kami dengan ragu-ragu.
Menu yang kami pesan tadi diletakkannya dimeja dengan hati-hati, sementara itu tuan Darren masih terlihat menahan emosinya.
" Silahkan menikmati tuan...nona.... permisi..."ucap wanita muda itu terlihat tegang.
" Terima kasih ...." sahutku, karena tuan Darren masih diam dengan wajah marahnya.
Setelah kepergian waiters tadi aku mengambil minuman pesananku tadi dan menyesapnya.
" Makanlah dulu tuan..."
Dengan diam, dan sempat kudengar helaan nafasnya , akhirnya dia mulai menikmati makanannya.
Hingga habis makanan yang ada didepannya , tuan Darren tak berkata apapun lagi padaku. Sementara itu aku menerima kabar dari tim twelve tentang teman-teman yang terlibat penyelamatan nona Nindi tadi.
" Ayo pulang.."
Aku mendongak mendengar suara itu dan melihat tuan Darren berjalan melangkah keluar.
Segera aku beranjak dan menyusulnya.
Dalam perjalanan menuju Mega Mall, kami juga terdiam dengan pikiran kami masing-masing.
" Berhenti!!!" ucapku tiba-tiba, membuat si sopir menepi dan mengerem mendadak di pinggir jalan itu.
" Apa?!?"
" Saya lapar mau beli burger itu...tunggu disini sebentar..."ucapku sambil menunjuk penjual burger jalanan.
Kemudian kutinggalkan pria yang mendengus kesal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments